Mohon tunggu...
ANNISA SHABIRAH
ANNISA SHABIRAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI

43223110043 Kampus Universitas Mercu Buana Meruya | Fakultas Ekonomi dan Bisnis | Prodi S1 Akuntansi | Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB | Dosen Pengampu : Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Quiz 5 - Model Etika Komunikasi Habermas

12 Oktober 2024   11:30 Diperbarui: 12 Oktober 2024   11:42 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

WHAT

Pendahuluan

Model Etika Komunikasi Habermas dikembangkan oleh seorang filsuf Jerman bernama Jurgen Habermas.
Jurgen Habermas, seorang filsuf sosial Jerman, dikenal dengan teorinya tentang tindakan komunikatif. Dalam teorinya, Habermas menyoroti pentingnya bahasa sebagai alat untuk mencapai kesepahaman dan membangun konsensus dalam masyarakat. Etika komunikasi Habermas, secara sederhana, adalah kerangka kerja yang digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi interaksi sosial berdasarkan kualitas dialog yang terjadi.

Salah satu tokoh yang memberikan pengaruh perspektif terhadap khazanah ilmu komunikasi yakni Jurgen Habermas, dikenal memiliki segmentasi pengembangan ilmu komunikasi pada mazhab Frankfurt (Die Frankfurter Schule). Dia merupakan generasi keduadari mazhab Frankfurt juga penerus dari para teoritikus kritis seperti Max Horkheimer (1895-1973), Theodor Adorno (1903-1969), dan Hebert Marcuse (1898-1979). Teori kritis Frankfurt menghendaki adanya metode diskursus dialektis yang diterapkan pada fenomena sosial. Sementara Habermas lebih spesifik menambahkan paradigma komunikasi di dalam teori kritis.

(4) PPT PROF. APOLLO - TM 5
(4) PPT PROF. APOLLO - TM 5

Manusia dan Komunikasi Habermas: Parados Hubungan Manusia

Jurgen Habermas, seorang filsuf dan teoritikus sosial Jerman, menyusun teori mengenai komunikasi dan pengetahuan manusia yang dijelaskan dalam bukunya "Knowledge and Human Interests" (1968). Teori ini mengelaborasi bagaimana hubungan manusia terjadi di berbagai dimensi, yakni ilmu alam, dunia sosial, dan dunia subjek pemikiran.

Habermas membagi hubungan manusia menjadi tiga jenis utama:

  1. Ilmu Alam : Hubungan subjek-objek, di mana manusia berinteraksi dengan objek di luar dirinya, seperti alam atau benda-benda material.
  2. Dunia Sosial: Hubungan subjek-subjek, yaitu hubungan manusia dengan orang lain dalam konteks sosial.
  3. Dunia Subjek Pemikiran: Relasi "Subjek-It-Self", yaitu relasi yang dimiliki manusia dengan dirinya sendiri, atau bagaimana seseorang berpikir dan merefleksikan dirinya sendiri.

Rasio Komunikatif dan Ilmu Sosial

Dalam pemahaman Habermas, ada perbedaan mendasar dalam cara berpikir yang digunakan dalam ilmu alam dan ilmu sosial. Untuk ilmu alam, yang disebut sebagai rasio instrumental berlaku, di mana rasionalitas digunakan untuk tujuan praktis, seperti menghindari bahaya (misalnya, memakai sepatu di sawah untuk menghindari paku atau batu tajam). Namun, pendekatan ini tidak bisa diterapkan secara efektif pada ilmu sosial.

Ilmu sosial, menurut Habermas, memerlukan rasio komunikatif, yang berfokus pada pencarian kepentingan bersama melalui dialog dan komunikasi. Dalam konteks sosial, manusia tidak hanya berinteraksi secara strategis (untuk mencapai tujuan), tetapi juga secara komunikatif (untuk mencapai pemahaman bersama).

Jenis Ilmu dan Kepentingan yang Dihasilkan

Habermas juga membagi ilmu pengetahuan berdasarkan sifat dan jenis kepentingan yang dihasilkan:

  1. Ilmu Empirik-Analisis: Ilmu ini bersifat objektif dan menghasilkan kepentingan teknis. 
    Contohnya adalah ilmu-ilmu alam yang menggunakan metode eksperimen dan observasi untuk mencapai pemahaman yang bisa diaplikasikan secara teknis.
  2. Ilmu Historis-Hermeneutis: Bersifat subjektif, ilmu ini menghasilkan kepentingan intersubjektif
    yaitu kepentingan yang terfokus pada saling pemahaman antar individu. Contohnya adalah ilmu sejarah atau ilmu yang terkait dengan interpretasi makna.
  3. Ilmu Sosial-Kritis: Ilmu ini bersifat intersubjektif dengan tujuan emansipatif
    yaitu berusaha memperbaiki kondisi masyarakat. Contoh dari ilmu ini adalah teori-teori kritis yang mencoba mengubah struktur sosial yang tidak adil.

Paradoks Hubungan Manusia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun