Mohon tunggu...
Vita Sophia Dini
Vita Sophia Dini Mohon Tunggu... Lainnya - Busy chasing dreams

Seafood lover yang demen jogging, nonton, dan jeprat-jepret 📷📸 Blog : http://annisarona.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

PT Deltomed, ‘Pohon Tinggi’ di Sebuah Lahan yang Luas

23 Juni 2014   09:24 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:46 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahap produksi paling awal yang kami saksikan adalah proses perlakuan simplisia di gudang pencucian bahan baku. Ketika itu, simplisianya berupa jahe kering berkarung-karung, yang tiap karungnya seberat 50 kg. Pantas saja begitu masuk gudang, aroma jahe menguar begitu kuat. Setelah dipastikan tidak terpapar jamur, mikroba, logam berat, serta kadar airnya di atas 10%, simplisia tadi dicuci dalam bak besar panjang yang (sepertinya) terbuat dari aluminium. Simplisia kemudian diaduk dengan mesin, lalu disaring agar terpisah dari bahan organik asing yang masih menempel. Proses selanjutnya simplisia dibilas, dan dianginkan mengikuti alur mesin. Hasil pembilasan ditampung di nampan-nampan untuk dikeringkan dalam ruang oven bersuhu 60 derajat Celcius.

Simplisia yang telah selesai di-oven selama 5-6 jam, masuk tahap kedua yakni ekstraksi atau penyulingan tanaman yang dikeringkan (simplisia) guna diambil sari-sarinya. Penyulingan ini berlangsung di ruang perkulasi, di mana ada sejumlah tangki yang disebut perkulator. Dalam tangki tersebut potongan-potongan kecil tanaman diproses untuk diambil sarinya. Proses penyulingan tadi memakan waktu sekitar 1,5 jam untuk setiap 400 kg simplisia. Setiap harinya Deltomed mampu mengekstraksi sekitar 2,4 ton bahan baku, lho. Nah, hasil ekstraksi yang berupa sari-sari tanaman itulah bahan dasar pembuatan tablet dan obat cair.

140346625332913
140346625332913

Proses ekstraksi simplisia di ruang perkulasi

Dokumentasi : www.deltomed.com

Tahap ketiga itu evaporasi, yakni pemisahan antara zat terlarut dari bahan pelarut (solvent) sampai kadar air tertentu. Fase konsentrasi pada evaporasi menggunakan sistem vakum hingga 150 mbar (titik didih air di bawah 60 derajat Celcius). Pada tahap inilah hasil ekstraksi dipisah menjadi dua jenis, likuid (obat cair) dan solid (tablet). Likuid misalnya, sari-sari simplisia direbus oleh mesin canggih untuk selanjutnya diproses menjadi obat cair, seperti Antangin JRG. Pembuatan obat cair ini amat steril, lho. Soalnya obat cair itu rawan terkontaminasi, makanya kudu bebas dari sentuhan tangan manusia. Sementara yang jenis solid, sari-sari simplisia disalurkan ke mesin vacuum belt dryer untuk dikeringkan sampai kadar airnya di bawah 5%. Pengeringan ini dilakukan secara kontinyu dengan teknologi steam jet ejector selama 45-70 menit. Hasil pengeringan ini berupa crystal extract yang kelak dibentuk menjadi pil atau tablet, seperti Kuldon Sariawan.

1403466307205222631
1403466307205222631

Tangki-tangki berukuran raksasa di ruang evaporasi

Dokumentasi : www.deltomed.com

Tablet dan obat cair yang telah diproses di lantai dua gedung, kemudian dialirkan ke lantai satu dengan mesin biar dicek oleh petugas quality control (QC). Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan apakah ada kebocoran pada obat cair, lalu volumenya sudah tepat atau belum. Oh ya, ketika obat cair baru saja didistribusikan ke lantai bawah, kami dibolehin icip-icip gratis Antangin yang masih hangat, bersuhu sekitar 50 derajat Celcius. Begitu meminumnya, tenggorokan dan perut terasa nyeeesz gitu, hehe.

14034663441491002101
14034663441491002101

Petugas QC menjalankan tugasnya di ruangan yang steril

Dokumentasi : www.deltomed.com

Kelar diperiksa QC, tahap berikutnya adalah pengemasan obat agar siap dipasarkan [package]. Sebelum dikemas ke dalam bungkus kertas, plastik maupun dus kecil berbentuk kotak, tablet/sirup sachet mesti melalui proses filling, yakni obat dipilah sesuai etiket merek dengan mesin otomatis. Tahapannya begini, tablet Kuldon Sariawan yang selesai dibentuk, diberi kaver, lalu dicek ada nggak yang kosong/terlewat. Bila tak ada, masukin ke mesin filling, dari yang tadinya satu strip 20 tablet. Agar sesuai etiket merek, 20 tablet itu dipotong menjadi 5 strip dengan masing-masing strip berisi 4 tablet. Tanggal kadaluarsa produk (expire date) muncul otomatis setelah obat di-filling. Terus di-bundling deh, jadi 10 strip per kotak. Itu pengemasan obat jenis tablet atau cair yang sachet.

14034663901003160368
14034663901003160368

Mesin filling di pabrik Deltomed

Dokumentasi : www.deltomed.com

Pengemasan obat cair botol, beda lagi. Setelah diproses di lantai 2, obat cair dialirkan ke lantai 1 biar dimasukin ke dalam botol. Botol sirup yang telah tertutup disalurkan ke keranjang untuk diberi kemasan. Petugas QC kemudian mengambil 1-2 botol sebagai sampel. Bila ditemukan pertumbuhan mikroba, pihak laboratorium akan langsung menahan produk bermasalah itu, lalu menghentikan penggunaan pasokan bahan baku dan menggantinya dengan bahan baku lain yang lebih berkualitas. Namun bila tak diketemukan mikroba, berarti produk dinyatakan aman konsumsi sehingga siap untuk diembalase (pengepakan barang sebelum dikirim). FYI, dalam sehari Deltomed memproduksi sekitar 300 ribu bungkus obat cair sachet, 300 ribu bungkus obat herbal tablet, dan 30 ribu botol obat herbal cair, lho. Wow, banyak sekali yaa!

Pengawasan proses pengepakan juga diperhatikan oleh Deltomed. Misalkan nih, satu kotak yang berisi 10 strip Kuldon Sariawan berat bersihnya 10 gram. Pas dilakukan pemeriksaan, nemu satu kotak yang isinya cuma 9 strip dengan berat 9 gram. Nggak sesuai etiket merek kan? Kalau gitu, kotak yang isinya nggak sesuai takaran, dipisah untuk kemudian digenapin lagi menjadi 10 strip dengan berat 10 gram. Begitulah penjelasan yang kutangkap dari Pak Adhi Surya, manajer produksi yang memandu kami berkeliling pabrik. Dan sepanjang pengamatanku, buruh-buruh pabrik pada terampil, lho. Mereka cekatan sekali mengoperasikan mesin filling, memasukkan obat ke dalam kemasan, dan mengepaknya. Selain itu, mesin pendistribusi obat dari lantai satu ke lantai dua terletak di ruangan yang steril, dilengkapi kaca pembatas. Petugas operator mesin pun melindungi dirinya dengan pakaian khusus serba putih.


14034664311038529913
14034664311038529913

Buruh pabrik yang cekatan dalam bekerja

Dokumentasi : www.deltomed.com

Rombongan kemudian beranjak ke gedung sebelah, laboratorium. Unit yang berada di lantai 2 itu memiliki sejumlah ruangan dengan fungsi yang berbeda-beda. Di sebuah ruangan misalnya, tampak alat pengetes daya tahan tablet. Entah disebut apa, tapi bentuk alatnya mirip wheel (putaran roda hamster untuk berlari). Tablet dibanting-banting dalam wheel itu. “Ketika obat didistribusikan dengan truk, bisa aja kan medannya nggak rata. Nah, alat ini untuk mengetahui obatnya gampang hancur atau tidak,” kata Bu Hani menjelaskan fungsi wheel.

Di ruangan berikut, ada beberapa lemari pendingin (kulkas) yang menurut Bu Hani sebagai tempat penyimpanan/pengawetan formula obat. Terus ada ruang instrumen 1-3, ruang retain sample, serta ruangan lain dengan beberapa orang sedang tekun bekerja di dalamnya. Walau pekerja di laboratorium tak sebanyak gedung sebelah, namun kesibukannya tetap sama. Bayangkan saja, tiap 10 menit sekali petugas QC datang dari unit sterilisasi, perkulasi, evaporasi maupun pengemasan, sambil membawa sampel untuk dikaji. Dengan demikian, setiap tahap proses produksi betul-betul diawasi secara ketat oleh laboratorium. Hal itu menandakan komitmen Deltomed dalam menjaga kualitas produk-produknya. Terbukti orientasi Deltomed terhadap mutu dan kepuasan konsumen tak sebatas lips service yang tercantum di plang belaka, mereka mengimplementasikannya juga di lapangan.

'Benang merah' dari kunjungan langsung ke pabrik Deltomed ini adalah rantai proses produksi dikerjakan dalam satu atap, secara integrasi, dan tanpa putus. Hampir semua tahapan produksi obat menggunakan mesin berteknologi tinggi. Hanya tahap pengemasan saja yang manual, dikerjakan oleh ratusan pasang tangan manusia. Aku yang terkadang tanpa sengaja menjatuhkan tablet, lalu membuangnya ke tempat sampah. Jadi tersadar bahwa di balik tablet yang ukurannya kecil, terkandung proses panjang nan kompleks dalam pembuatannya. Kuharap ke depannya, aku dapat lebih berhati-hati kala memegang tablet sebelum diminum. Paling tidak, itulah caraku mengapresiasi perjuangan petani, kerja keras mesin, dedikasi para staf dan buruh pabrik, yakni dengan tidak menyia-nyiakan tablet hasil jerih payah mereka. Semoga tidak terdengar lebay ya, hehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun