Cerpen ini, menurut saya tidak hanya memberikan kritik namun juga menunjukkan bahwa tidak ada yang sangat benar atau sangat salah dalam hidup ini. Karakter Ayah sebagai sosok maskulin yang gagah, berotot, seram dan pekerja keras. Karakter ibu yang lembut, dan penyayang. Kemudian Kakek yang ceria, penuh wibawa, dan senang dengan bunga-bunga, menunjukkan bahwa hidup ini memberikan banyak pilihan. Hidup ini memberikan kebebasan. Kita bisa memilih apa saja yang kita suka, dan itu bisa saja berlandaskan dari apa yang kita yakini dapat memberikan kedamaian dan ketenangan jiwa. "...Malam hari aku pergi tidur dengan kenangan di kepala. Kakek ketenangan jiwa-kebun bunga, Ayah kerja-bengkel, Ibu mengaji-masjid."
Begitulah kiranya. Cerpen ini memberikan pesan bahwa, baik laki-laki maupun perempuan, tak masalah untuk memasak, mencuci, merawat tanaman, atau mencintai bunga-bunga, pun tak masalah juga untuk melakukan kerja kasar. Ketimpangan relasi gender yang ada saat ini merupakan konstruksi masyarakat yang terus dilanggengkan sehingga menjadi sesuatu yang memang sudah "normalnya" seperti itu. Sehingga, apabila tidak bisa terlepas dari ketimpangan itu, bisa saja merugikan keduanya. Baik laki-laki maupun perempuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H