Manfaat Menulis
Telah banyak penelitian tentang manfaat menulis bagi kesehatan mental. Sejumlah psikolog menyebutkan bahwa kekuatan menulis tidak terletak pada pena dan kertas, melainkan di pikiran penulisnya. Kini, menulis tidak terbatas dengan menggunakan pulpen/pensil dan kertas, namun juga dapat menggunakan blog dan media sosial. Tidak sedikit juga para penggiat kesehatan mental menggunakan tulisannya untuk mengedukasi publik atau bahkan untuk menceritakan pengalaman hidupnya.
Awalnya, saya juga bukan seseorang yang aktif menulis. Namun, pada tahun 2018, saya pernah mengalami kedukaan. Rekan seprofesi saya menguatkan saya untuk menulis tentang emosi dan pemikiran saya waktu itu. Jika mengingat masa itu, sekalipun saya memahami hal tersebut bermanfaat, namun saya juga sempat merasakan kesulitan untuk menulis di awal. Dengan energi terbatas, motivasi yang maju-mundur, saya berusaha untuk melakukan langkah-langkah kecil untuk menulis sedikit demi sedikit, serta menjadikannya sebagai kebiasaan baru. Hingga kini, kegiatan menulis tetap saya lakukan dalam keseharian saya.
Dalam menulis, saya mengolah pengalaman, mengenali hubungan sebab akibat yang terjadi dan menginterprestasi pengalaman. Dengan menulis, saya lebih clear dalam melihat proses berpikir yang saya miliki, membantu banyak di dalam mengenali pola-pola otomatis yang saya miliki. Saya juga menjadi mengerti kekuatan dan kelemahan, mengenali area pengembangan yang perlu ditingkatkan, serta membantu saya untuk fokus terhadap apa yang bisa saya kontrol dan apa yang perlu saya lakukan.
Telah banyak penelitian tentang manfaat menulis pikiran dan emosi yang muncul dari pengalaman traumatis dan stres. Pada tahun 1980-an, Profesor James Pennebaker, PhD dan rekannya dari University of Texas menemukan bahwa menulis tentang emosi dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, menurunkan tekanan darah, menurunkan detak jantung, mengurangi gejala asma dan radang sendi, serta mengurangi gangguan tidur pada pasien kanker metastatis. Penelitian lain juga telah menjabarkan manfaat psikologis dari menulis, seperti menurunnya kecemasan dan berkurangnya beberapa gejala depresi.
Seorang peneliti bernama Smyth, dalam journal of Consulting and Clinical Psychology (Vo.66, No.1) yang diterbitkan pada tahun 1998, mengemukakan bahwa menulis dapat membuat pengaruh, meskipun tingkat perbedaannya tergantung pada individu yang diteliti dan bentuk tulisannya.Â
Kunci keefektifan dari menulis terletak pada bagaimana cara individu menginterpretasikan pengalaman mereka, hingga kata-kata yang mereka pilih. Smyth menekankan bahwa jika hanya mengeluarkan emosi (menulis atau berbicara), hal tersebut belum cukup untuk mengatasi stres. Untuk memanfaatkan kekuatan menulis, orang tersebut harus lebih memahami dan belajar dari emosi yang mereka miliki (Murray, 2002).
Namun, ada pula penelitian yang mengemukakan bahwa pada awal seseorang menulis tentang pengalaman traumatisnya, ia dapat mengalami stres dan merasakan ketegangan fisik dan emosional. Tidak semua orang berhasil mengatasi stres yang mereka rasakan di awal dan kemudian bisa saja orang tersebut tidak melanjutkan lagi kegiatan menulisnya. "Dalam menulis, seseorang perlu menemukan makna dari pengalaman traumatis serta merasakan emosi yang terkait dengan pengalamannya."
Dalam menjelaskan fenomena ini, Pennebaker mengemukakan "Orang yang membicarakan hal-hal berulang kali dengan cara yang sama, tidak akan menjadi lebih baik. Harus ada pertumbuhan atau perubahan dalam cara mereka melihat pengalaman mereka."
Pennebaker juga mengakui bahwa beberapa tipe kepribadian kemungkinan merespons lebih baik terhadap kegiatan menulis. Bukti awal menunjukkan bahwa orang yang lebih tertutup cenderung mendapatkan manfaat yang lebih besar dari menulis. Sejumlah faktor lainnya adalah terkait bagaimana kemampuan seseorang mengelola stres, kemampuan regulasi diri dan bagaimana hubungan interpersonal yang mereka miliki.
Blog dan Sosial Media.
Seorang psikoterapis bernama Deborah Serani yang berbasis di New York mengemukakan bahwa ada banyak ilmu yang mendasari penulisan bahasa ekspresif dan jurnal sebagai bagian yang sangat membantu dalam menjaga kesehatan mental. Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa Serani mendorong kliennya untuk terlibat dalam seni ekspresif, baik itu melalui blogging, jurnalisme, atau mengikuti kelas seni, musik, atau tari. Ia mengemukakan bahwa ia tidak ingin pasien hanya menggunakan sesi konseling untuk memproses apa yang sedang terjadi dalam hidup mereka. Ia merasa perlu adanya suatu perangkat atau cara lain agar klien dapat mengekspresikan diri.
Blogging, salah satu media ekspresi menulis dapat membantu dan memperkuat efek positif di dalam menulis. Anonimitas dalam menulis blog juga bisa membantu beberapa orang. Hal tersebut memungkinkan mereka untuk mengekspresikan diri lebih bebas tanpa khawatir keluarga dan teman-teman mengetahui pikiran mereka.