Mohon tunggu...
Annisa Rahmi Restyani
Annisa Rahmi Restyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya bermain musik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Kesulitan Membaca di SD

14 Januari 2024   10:00 Diperbarui: 14 Januari 2024   10:18 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

ANALISIS KESULITAN MEMBACA PADA SISWA KELAS 1 SDKUB MUHAMMADIYAH PURWOREJO

Wilujeng Khoirunnisa1, Balkis Pratiwi2, Hanuf Farhatania3, Annisa Rahmi Restyani4, dan Surya Putri Alfi Sari5

1,2,3,4,5Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah Purworejo, Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia

Email : wilujengnisa@gmail.com, balkispratiwi5@gmail.com, hanuffarhatania1104@gmail.com, annisarahmirestyani@gmail.com, sputrialfisari@gmail.com 

Abstrak

Kemampuan membaca adalah kemampuan yang penting untuk dimiliki oleh siswa sekolah dasar. permasalahan utama yang dibahas pada penelitian ini adalah kemampuan membaca yang masih kurang pada siswa kelas 1 SDKUB Muhammadiyah Purworejo. Meteode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan mewawancarai guru kelas 1 SDKUB Muhammadiyah Purworejo. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kemampuan membaca pada siswa kelas 1 SDKUB Muhammadiyah Purworejo. Hasil dari penelitian ini masih terdapat beberapa siswa yang kesulitan dalam membaca.

Kata kunci: membaca, siswa, kesulitan.

 

Abstract

Reading ability is an important ability for elementary school students to have. The main problem discussed in this research is the poor reading ability of grade 1 students at SDKUB Muhammadiyah Purworejo. The method used in this research is qualitative research by interviewing grade 1 teachers at SDKUB Muhammadiyah Purworejo. The aim of this research was to determine the reading ability of grade 1 students at SDKUB Muhammadiyah Purworejo. The results of this research still show that there are several students who have difficulty reading.

Key words: reading, students, difficulties.

PENDAHULUAN

 Pendidikan merupakan usaha secara sadar untuk mewujudkan sesuatu pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Pendidikan menjadikan generasi ini sebagai sosok panutan dari pengajaran generasi yang terdahulu. Pendidikan juga berperan penting dalam pengembangan bahasa peserta didik. Salah satu indikator perkembangan bahasa pada anak adalah kemampuan membaca, menulis, dan menghitung. 

 Kesulitan dalam proses belajar setiap individu tidak selalu berlangsung secara konsisten. Terkadang seseorang mampu memahami materi dengan lancar, sementara pada saat lainnya menghadapi hambatan dan merasa kesulitan. Kemampuan menangkap pembelajaran dapat bervariasi, dan semangat belajar juga dapat naik turun, menyebabkan sulitnya menjaga konsentrasi. Fenomena ini umumnya terjadi pada siswa dalam kegiatan belajar sehari-hari. Sayangnya, masalah seperti kesulitan membaca sering kali tidak mendapatkan perhatian yang memadai dari guru kelas I. Sebagai pendidik, guru memiliki tanggung jawab untuk mendorong, membimbing, dan menyediakan fasilitas pembelajaran agar siswa dapat mencapai tujuan mereka. Penting bagi guru untuk memantau segala situasi di kelas guna membantu perkembangan anak-anak. Oleh karena itu, perencanaan pembelajaran membaca yang efektif menjadi kunci dalam membentuk kebiasaan membaca yang menyenangkan bagi siswa. Pendidik perlu merancang strategi pembelajaran membaca yang baik agar siswa dapat dengan cepat menguasai keterampilan ini, karena kemampuan membaca secara langsung memengaruhi seluruh proses pembelajaran siswa. Terutama pada tingkat rendah, terutama di kelas 1, keberhasilan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah sangat dipengaruhi oleh sejauh mana mereka dapat menguasai kemampuan membaca pada awalnya.

      Satu aspek yang tak boleh dilupakan oleh guru atau pendidik di sekolah dasar adalah pemahaman terhadap karakteristik siswa yang akan diajar. Khususnya di kelas awal, anak-anak di sekolah dasar berada dalam rentang usia dini yang merupakan periode singkat namun sangat penting dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk memahami bahwa pada masa ini, anak-anak memiliki potensi yang perlu didorong agar dapat berkembang secara optimal. Setiap individu mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan psikologis, dan pada anak-anak sekolah dasar, perkembangan bahasa menjadi salah satu aspek penting dari perkembangan mental mereka. 

      Menurut Syamsu Yusuf (2001: 118) Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan dan mimik muka. Menurut Abin Syamsuddin dalam Ahmad Susanto (2013: 74), pada awal masa ini (usia 6-7 tahun), anak sudah menguasai sekita 2.500 kata, dan pada masa akhir (usia 11-12 tahun), anak telah menguasai sekitar 50.000 kata. Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia 6-7 tahun, saat ia mulai bersekolah. Jadi, perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Menguasai alat berkomunikasi disini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan dipahami orang lain. (Enung, 2006: 100).

     Kemampuan berbahasa yang paling nampak dalam kehidupan keseharian adalah berbicara. Anak pada awal masa kanak-kanak mempunyai keinginan yang sangat kuat untuk berbicara karena: (1) Sebagai sarana bersosialisasi. Kalau mereka tidak dapat berbicara, tidak dapat diterima sebagai anggota kelompok, (2) Mereka belajar berbicara sebagai sarana untuk memperoleh kemandirian. Kalau mereka tidak dapat berbicara, orang tua tidak mengerti keingianan anak, sehingga anak selalu dibantu seperti bayi, akibatnya tidak mandiri. (Sri Rumini dan Siti Sundari, 2004: 43).

METODE

 Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris, berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. (Sugiyono, 2015 : 3)

 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif adalah pendekatan penelitian yang digunakan untuk memahami fenomena kompleks atau konteks tertentu melalui pemahaman mendalam, deskriptif, dan interpretatif. Beberapa karakteristik utama metode kualitatif melibatkan pengumpulan data secara langsung dari sumbernya, seperti observasi, wawancara, dan analisis teks. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan guru, siswa dan beberapa orang tua siswa agar nantinya memperoleh hasil yang maksimal dalam penelitian ini. Nantinya wawancara ini dilakukan untuk mengetahui apakah anak tersebut bermasalah dengan kesulitan membaca. 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 Dari hasil observasi dan wawancara siswa kelas 1 SDKUB Muhammadiyah Purworejo menunjukkan adanya variasi tingkat kesulitan membaca di antara siswa kelas 1. Beberapa siswa menunjukkan kemajuan yang baik, sementara yang lain mengalami hambatan dalam mengenali huruf, memahami kata, dan membangun kalimat. Faktor-faktor seperti latar belakang pendidikan keluarga, tingkat keterampilan motorik anak, dan kebiasaan membaca di rumah juga tampak memengaruhi tingkat kesulitan membaca.

 Latar belakang pendidikan keluarga memiliki dampak signifikan pada proses belajar siswa kelas 1 SDKUB Muhammadiyah Purworejo. Orang tua yang memiliki pendidikan tinggi cenderung menjadi contoh yang positif bagi anak-anak mereka. Keluarga yang memberikan nilai tinggi pada pendidikan umumnya menciptakan lingkungan belajar yang baik. Keluarga yang memberikan dukungan emosional dan motivasi kepada anak dapat membantu dalam mengatasi kesulitan belajar. Peran orang tua sangat penting dalam proses pendidikan anak. Orang tua yang aktif dalam mendukung pembelajaran anak-anak, baik di rumah maupun di sekolah, dapat memberikan dorongan positif. Memahami pengaruh latar belakang pendidikan keluarga juga dapat membantu guru dan pembuat kebijakan untuk merancang strategi pendidikan yang lebih efektif dan menyediakan dukungan tambahan kepada siswa yang mungkin mengalami kesulitan akibat latar belakang Pendidikan yang tidak setara. Latar belakang ekonomi keluarga dapat mempengaruhi ketersediaan media pendukung belajar, seperti buku, komputer, akses internet, dan kegiatan ekstrakurikuler. Siswa dengan latar belakang ekonomi yang kuat mungkin memiliki lebih banyak peluang untuk mengakses media pendukung pembelajaran.

 Tingkat keterampilan motorik anak dapat memiliki dampak yang signifikan pada kemampuan belajar siswa. Keterampilan motorik halus, seperti menulis, menggambar, dan manipulasi benda-benda kecil, berkontribusi pada kemampuan anak dalam mengekspresikan diri dan menyelesaikan tugas-tugas akademis kelas 1. Keterampilan motorik halus memiliki peran penting dalam pengembangan kemampuan membaca dan menulis. Keterampilan motorik anak memengaruhi kemampuan anak dalam menyelesaikan tugas-tugas akademis. Penting untuk diingat bahwa perkembangan keterampilan motorik anak dapat bervariasi, dan guru serta orang tua dapat berperan dalam memberikan dukungan. Stimulasi dan latihan keterampilan motorik dapat membantu anak-anak mengatasi hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar mereka.

 Kebiasaan membaca dirumah dapat mempengaru kemampuan membaca siswa. Orang tua merupakan teladan utama bagi anak. Berbagai ucapan dan tingkah laku yang dilakukan oleh orang tua akan ditiru dan dicontoh oleh anak-anak. Begitu pula dengan kebiasaan ayah dan ibu dalam kegiatan literasi. Bila membaca dan menulis menjadi hal utama dalam kehidupan keluarga makan dengan sendirinya anak akan terbiasa membaca dan menulis. Fitgerald, Speigel dan Cunningham (1991), adanya hubungan positif antar tataran literasi orang tua dan tingkat apresiasi mereka terhadap lingkungan literasi. Semakin tinggi tataran literasi, semakin tinggi komitmen mereka untuk menciptakan lingkungan literat bagi anak-anak mereka (Musthafa, 2008:6).

 Anak yang terbiasa dengan budaya membaca dan menulis (literasi) dalam keluarga maka ia akan membawa kebiasaan tersebut sampai kapan pun, karena contoh dan keteladan yang utama bagi anak adalah keluarga. Keluarga merupakan tempat yang terbaik untuk menumbuhkan minat membaca dan menulis bagi anak (literasi emergen). Hal ini di karenakan situasi dalam keluarga yang nyaman, aman, hangat dan menyenangkan yang dapat memicu pertumbuhan literasi bagi anak dengan cepat dan subur.

 Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan wali kelas 1 SDKUB Muhammadiyah Purworejo yang dimana menunjukkan adanya siswa yang belum mengerti huruf atau belum hafal. Pada awalnya siswa tersebut sulit untuk membedakan huruf B dan D, dan juga ada beberapa siswa yang masih menulis angka dengan terbaik. Beberapa siswa yang sudah bisa membaca tetapi harus di eja dan ada yang sudah lancar membaca. Pada saat PTS (Penilaian Tengah Semester) ada satu atau dua anak yang sudah lancar membaca dan bisa mengerjakan soal sendiri. Untuk anak yang belum bisa membaca pada saat mengerjakan PTS (Penilaian Tengah Semester) akan di pandu oleh wali kelas, seperti dibacakan soal atau di ejakan. Untuk peran orang tua sendiri ada beberapa yang sudah menyadari bahwa anaknya itu kesulitan dalam membaca dan orang tua melakukan upaya untuk membantu anak meningkatkan kemampuan membaca seperti mendaftarkan anak untuk mengikuti bimbingan belajar.  

 Lingkungan sosial juga berpengaruh terhadap perilaku siswa, jika siswa mendapatkan Pendidikan yang baik dirumah maka akan menunjukan perilaku yang baik di sekolah begitu juga sebaliknya jika siswa tidak di didik dengan baik oleh orang tuanya maka akan menimbulkan perilaku yang kurang baik di sekolah. 

 Solusi lain dari permasalahan ini adalah dengan membuat media pembelajaran untuk meningkatkan literasi kepada anak dan memudahkan anak untuk membedakan huruf-huruf. Seperti menambahkan buku tentang membaca dan menggambar agar anak-anak tidak terlalu bosan dalam belajar.  

KESIMPULAN  

 Dari hasil observasi dan wawancara di SDKUB Muhammadiyah Purworejo yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa di SD tersebut masih ada beberapa siswa yang memiliki kesulitan dalam membaca. Salah satu upaya guru untuk mengatasi anak yang kesulitan membaca yaitu dengan cara membantu mengeja pada saat pengerjaan PTS (Penilaian Tengah Semester). Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemampuan membaca siswa. 

DAFTAR PUSTAKA

Yanuastrid Shintawati. 2018. PENGARUH KETERSEDIAAN KOLEKSI BUKU PENUNJANG BAGI KEBUTUHAN BELAJAR SISWA: STUDIKASUS DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR NEGERI LARANGAN TOKOL 1 KECAMATAN TLANAKAN PAMEKASAN MADURA. Jurnal Tibanndaru Volume 2 Nomor 2.

Kusno, Rasiman, Mei Fita Asri Untari. 2020. ANALISIS KESULITAN MEMBACA PERMULAAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR. Journal for Lesson and Learning Studies Vol. 3 No.3.

Abd Rahman BP, Sabhayati Asri Munandar, Andi Fitriani, Yuyun Karlina, Yumriani. 2022. PENGERTIAN PENDIDIKAN, ILMU PENDIDIKAN DAN UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN. Volume 2, Nomor 1. 

Rafii Hamdi, Dr. Muhammad Yuliansyah, M.Pd, Dr. Husnul Madihah M. Pd. 2023. IMPLEMENTASI MANAJEMEN SEKOLAH RAMAH ANAK (STUDI KASUS : SD NEGERI 8 KAMPUNG BARU DAN SDIT AR-RASYID KABUPATEN TANAH BUMBU). Jurnal Manajemen Pendidikan Vol. 3 No.2.

Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2001.

Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2013.

Fatimah, Enung. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung: Pustaka Setia. 2006.

Rumini, Sri dan Siti Sundari. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta. 2004.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), Bandung : Alfabeta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun