Mohon tunggu...
Annisa Rahmi Restyani
Annisa Rahmi Restyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya bermain musik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Kesulitan Membaca di SD

14 Januari 2024   10:00 Diperbarui: 14 Januari 2024   10:18 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

PENDAHULUAN

 Pendidikan merupakan usaha secara sadar untuk mewujudkan sesuatu pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Pendidikan menjadikan generasi ini sebagai sosok panutan dari pengajaran generasi yang terdahulu. Pendidikan juga berperan penting dalam pengembangan bahasa peserta didik. Salah satu indikator perkembangan bahasa pada anak adalah kemampuan membaca, menulis, dan menghitung. 

 Kesulitan dalam proses belajar setiap individu tidak selalu berlangsung secara konsisten. Terkadang seseorang mampu memahami materi dengan lancar, sementara pada saat lainnya menghadapi hambatan dan merasa kesulitan. Kemampuan menangkap pembelajaran dapat bervariasi, dan semangat belajar juga dapat naik turun, menyebabkan sulitnya menjaga konsentrasi. Fenomena ini umumnya terjadi pada siswa dalam kegiatan belajar sehari-hari. Sayangnya, masalah seperti kesulitan membaca sering kali tidak mendapatkan perhatian yang memadai dari guru kelas I. Sebagai pendidik, guru memiliki tanggung jawab untuk mendorong, membimbing, dan menyediakan fasilitas pembelajaran agar siswa dapat mencapai tujuan mereka. Penting bagi guru untuk memantau segala situasi di kelas guna membantu perkembangan anak-anak. Oleh karena itu, perencanaan pembelajaran membaca yang efektif menjadi kunci dalam membentuk kebiasaan membaca yang menyenangkan bagi siswa. Pendidik perlu merancang strategi pembelajaran membaca yang baik agar siswa dapat dengan cepat menguasai keterampilan ini, karena kemampuan membaca secara langsung memengaruhi seluruh proses pembelajaran siswa. Terutama pada tingkat rendah, terutama di kelas 1, keberhasilan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah sangat dipengaruhi oleh sejauh mana mereka dapat menguasai kemampuan membaca pada awalnya.

      Satu aspek yang tak boleh dilupakan oleh guru atau pendidik di sekolah dasar adalah pemahaman terhadap karakteristik siswa yang akan diajar. Khususnya di kelas awal, anak-anak di sekolah dasar berada dalam rentang usia dini yang merupakan periode singkat namun sangat penting dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk memahami bahwa pada masa ini, anak-anak memiliki potensi yang perlu didorong agar dapat berkembang secara optimal. Setiap individu mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan psikologis, dan pada anak-anak sekolah dasar, perkembangan bahasa menjadi salah satu aspek penting dari perkembangan mental mereka. 

      Menurut Syamsu Yusuf (2001: 118) Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan dan mimik muka. Menurut Abin Syamsuddin dalam Ahmad Susanto (2013: 74), pada awal masa ini (usia 6-7 tahun), anak sudah menguasai sekita 2.500 kata, dan pada masa akhir (usia 11-12 tahun), anak telah menguasai sekitar 50.000 kata. Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia 6-7 tahun, saat ia mulai bersekolah. Jadi, perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Menguasai alat berkomunikasi disini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan dipahami orang lain. (Enung, 2006: 100).

     Kemampuan berbahasa yang paling nampak dalam kehidupan keseharian adalah berbicara. Anak pada awal masa kanak-kanak mempunyai keinginan yang sangat kuat untuk berbicara karena: (1) Sebagai sarana bersosialisasi. Kalau mereka tidak dapat berbicara, tidak dapat diterima sebagai anggota kelompok, (2) Mereka belajar berbicara sebagai sarana untuk memperoleh kemandirian. Kalau mereka tidak dapat berbicara, orang tua tidak mengerti keingianan anak, sehingga anak selalu dibantu seperti bayi, akibatnya tidak mandiri. (Sri Rumini dan Siti Sundari, 2004: 43).

METODE

 Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris, berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. (Sugiyono, 2015 : 3)

 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif adalah pendekatan penelitian yang digunakan untuk memahami fenomena kompleks atau konteks tertentu melalui pemahaman mendalam, deskriptif, dan interpretatif. Beberapa karakteristik utama metode kualitatif melibatkan pengumpulan data secara langsung dari sumbernya, seperti observasi, wawancara, dan analisis teks. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan guru, siswa dan beberapa orang tua siswa agar nantinya memperoleh hasil yang maksimal dalam penelitian ini. Nantinya wawancara ini dilakukan untuk mengetahui apakah anak tersebut bermasalah dengan kesulitan membaca. 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 Dari hasil observasi dan wawancara siswa kelas 1 SDKUB Muhammadiyah Purworejo menunjukkan adanya variasi tingkat kesulitan membaca di antara siswa kelas 1. Beberapa siswa menunjukkan kemajuan yang baik, sementara yang lain mengalami hambatan dalam mengenali huruf, memahami kata, dan membangun kalimat. Faktor-faktor seperti latar belakang pendidikan keluarga, tingkat keterampilan motorik anak, dan kebiasaan membaca di rumah juga tampak memengaruhi tingkat kesulitan membaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun