Mohon tunggu...
Annisa Dwi Rahayu
Annisa Dwi Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah Universitas Negeri Malang

mahasiswa rantauan yang menempuh pendidikan di S1 prodi Ilmu Sejarah Universitas Negeri Malang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Antusias Masyarakat Memeriahkan Kegiatan Belimbur dalam Rangkaian Acara Adat Erau di Tenggarong Kutai Kartanegara

15 Desember 2022   18:08 Diperbarui: 19 Desember 2022   00:58 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Annisa Dwi Rahayu | #MahasiswaSejarahUM

Tenggarong - Pada hari Minggu (02/10/22) masyarakat sangat berantusias memeriahkan rangkaian kegiatan Belimbur dengan suasana hati yang riang gembira. Tradisi Belimbur menjadi penutup dari banyaknya rangkaian acara adat Erau Adat Pelas Benua yang dilaksanakan rutin setahun sekali di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur.

Acara adat Erau ini tidak diselenggarakan selama kurang lebih 2 tahun lamanya karena adanya wabah Covid-19 yang menyerang hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Maka dari itu, masyarakat tidak ingin melewatkan kesempatan bagus ini dengan beramai-ramai datang ke Tenggarong untuk menyaksikan serta memeriahkan acara belimbur ini dengan sebaik-baiknya.

Belimbur ini merupakan kegiatan yang di dapat dikatakan sebagai pembersihan dari hal-hal yang buruk atau jahat. Jadi, Belimbur ini pada pelaksanaanya harus menggunakan air yang bersih dan dilarang menggunakan air kotor.

Salah satu akun twitter bernama @txtdaritgr, membuat sebuah thread yang berbunyi, "Belimbur merupakan tradisi saling menyiramkan air kepada sesama anggota masyarakat yang merupakan bagian dari ritual penutup Festival Erau. Selain itu, belimbur memiliki filosofis sebagai sarana pembersihan diri dari sifat buruk atau unsur kejahatan. Air yang dipercaya sebagai sumber kehidupan dipercaya sebagai media untuk melunturkan sifat buruk manusia."

Hal lain yang membuat kegiatan Belimbur tahun ini dilakukan dengan antusias yaitu karena Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura XXI Adji Muhammad Arifin  telah mengubah Titah dalam melaksanakan Belimbur ini.

Dilansir dari laman niaga.asia Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura XXI Adji Muhammad Arifin, menegaskan, dalam acara Belimbur, masyarakat  dilarang melakukan pelecehan seksual dan menggunakan air kotor. "Bagi yang melanggar Tata Krama Belimbur selain disanksi adat, juga diberlakukan sanksi hukum positif di Indonesia," kata Sultan.

Alasan Sultan Kutai Kartanegara mengubah Titah tersebut karena pada 2017 acara belimbur ini dinodai oleh beberapa masyarakat yang tidak menaati aturan dari belimbur itu sendiri. Mereka menggunakan air asal-asalan, tidak bersih bahkan menggunakan air yang kotor. Hal ini melenceng dari acara adat istiadat yang ada sebelum nya.

Adapun larangan lain dalam melaksanakan kegiatan Belimbur, yaitu dilarang menggunakan air kotor dan air najis, dilarang Belimbur menggunakan air yang dimasukkan kedalam plastik dan dilempar, dalam melakukan Belimbur dilarang menggunakan mesin pompa air yang disemprotkan secara langsung kepada masyarakat.

Berdasarkan surat resmi Sekda Kukar, tertanggal 28 September 2022, 8 titik (lokasi) atau zona Belimbur, adalah:

  • Simpang Gunung Pendidik sampai dengan Simpang kantor Badan Kesbangpol
  • Simpang kantor Badan Kesbangpol sampai dengan Simpang Museum Mulawarman
  • Simpang Museum Mulawarman sampai dengan Jembatan Bongkok
  • Jembatan Bongkok sampai dengan simpang Lampu Merah Pos Polisi Pulau Kumala
  • Simpang Lampu Merah Pos Polisi Pulau Kumala sampai dengan Depan Bankaltimtara
  • Depan Bankaltimtara sampai dengan Simpang Jalan Ruwan
  • Simpang Jalan Ruwan sampai dengan Simpang Jalan Jelawat
  • Simpang Jalan Jelawat sampai dengan Simpang DPRD Kukar

"Atau acara Belimbur oleh masyarakat dilaksanakan mulai dari Kepala Benua sampai Buntut Benua (tanah Hambang Mangkurawang sampai dengan Pal 4 Jalan Wolter Monginsidi," tulis Sekda.

Dimulainya Belimbur ini ditandai dengan percikan air tuli. Air tuli merupakan air yang diambil dari Kutai Lama. Percikan ini dilakukan oleh Sultan kepada para hadirin. Setelah itu, barulah masyarakat saling menyiramkan air kepada sesamanya. Dalam ritual ini, masyarakat larut dan menikmati dalam suka cita dan keceriaan sambil berbasah-basahan.

Menurut Sekda, untuk tertibnya acara Belimbur, di setiap titik dimana air bersih disediakan lengkap dengan gayung, akan dijaga oleh ASN/THL/Karyawan/Karyawati dari masing-masing OPD yang sudah ditugaskan, minimal 20 orang, dibantu oleh anggota Satuan Polisi (Satpol) Pamong Praja.

Dikutip dari Kaltimpost, Heriansyah berpesan, "melalui ritual ini harapannya seperti air. Dimana para kerabat Kesultanan dan seluruh rakyat saling membersihkan diri. Kami berharap jangan sampai proses ini nanti tercoreng dengan perbuatan-perbuatan tercela."

Meriahnya acara Belimbur ini tak lepas dari tindak kejahatan yang muncul seperti tindak pelecehan, pencopetan dan lain-lain. "Hantu kacak" pun marak beredar saat acara Belimbur sedang berlangsung.

Untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara mengutus 120 personel Satuan Polisi Pamong Praja atau Satpol PP.  Hal ini diharapkan dapat menjaga keamanan dan ketentraman saat kegiatan berlangsung dan menghindari tingkat kriminalitas sehingga masyarakat bisa antusias tanpa terluka.

Tipe pengamanan nya terbagi menjadi dua bagian, yaitu yang pertama, patroli keliling di lokasi belimbur. Lokasinya dari Kepala Benua (Kelurahan Mangkurawang) hingga Buntut Benua (Pal 4 Timbau) yang panjangnya mencapai 10 kilometer. Tipe berikutnya yakni menempatkan personel Satpol PP di beberapa titik yang dianggap strategis dan rawan.

Di kutip dari prokom.kukarkab.go.id, Budi salah satu warga yang dikenal dengan sebutan Datoq Marangan mengatakan "Kami berharap momen ini menjadi contoh bagi masyarakat yang lain sehingga tidak terjadi lagi hal-hal yang dapat menghilangkan nilai dari acara belimbur ini sendiri karena makna belimbur ini adalah untuk mensucikan atau membersihkan diri dan kota, tentunya tidak dengan air kotor apalagi air bekas cucian."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun