Dimulainya Belimbur ini ditandai dengan percikan air tuli. Air tuli merupakan air yang diambil dari Kutai Lama. Percikan ini dilakukan oleh Sultan kepada para hadirin. Setelah itu, barulah masyarakat saling menyiramkan air kepada sesamanya. Dalam ritual ini, masyarakat larut dan menikmati dalam suka cita dan keceriaan sambil berbasah-basahan.
Menurut Sekda, untuk tertibnya acara Belimbur, di setiap titik dimana air bersih disediakan lengkap dengan gayung, akan dijaga oleh ASN/THL/Karyawan/Karyawati dari masing-masing OPD yang sudah ditugaskan, minimal 20 orang, dibantu oleh anggota Satuan Polisi (Satpol) Pamong Praja.
Dikutip dari Kaltimpost, Heriansyah berpesan, "melalui ritual ini harapannya seperti air. Dimana para kerabat Kesultanan dan seluruh rakyat saling membersihkan diri. Kami berharap jangan sampai proses ini nanti tercoreng dengan perbuatan-perbuatan tercela."
Meriahnya acara Belimbur ini tak lepas dari tindak kejahatan yang muncul seperti tindak pelecehan, pencopetan dan lain-lain. "Hantu kacak" pun marak beredar saat acara Belimbur sedang berlangsung.
Untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara mengutus 120 personel Satuan Polisi Pamong Praja atau Satpol PP. Â Hal ini diharapkan dapat menjaga keamanan dan ketentraman saat kegiatan berlangsung dan menghindari tingkat kriminalitas sehingga masyarakat bisa antusias tanpa terluka.
Tipe pengamanan nya terbagi menjadi dua bagian, yaitu yang pertama, patroli keliling di lokasi belimbur. Lokasinya dari Kepala Benua (Kelurahan Mangkurawang) hingga Buntut Benua (Pal 4 Timbau) yang panjangnya mencapai 10 kilometer. Tipe berikutnya yakni menempatkan personel Satpol PP di beberapa titik yang dianggap strategis dan rawan.
Di kutip dari prokom.kukarkab.go.id, Budi salah satu warga yang dikenal dengan sebutan Datoq Marangan mengatakan "Kami berharap momen ini menjadi contoh bagi masyarakat yang lain sehingga tidak terjadi lagi hal-hal yang dapat menghilangkan nilai dari acara belimbur ini sendiri karena makna belimbur ini adalah untuk mensucikan atau membersihkan diri dan kota, tentunya tidak dengan air kotor apalagi air bekas cucian."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H