Mohon tunggu...
Annisa Nurul Koesmarini
Annisa Nurul Koesmarini Mohon Tunggu... Wirausaha - Do Good, Feel Good

Saya Senang Membaca-Menulis-Menonton-Berbisnis Jika membaca diibarat menemukan harta karun. Maka menulis seperti menjaga harta karun itu tetap abadi. Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya - Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saya Jadi Tahu Apa Korelasi Pengendalian Pertumbuhan Penduduk dengan Tingkat Kesejahteraan Suatu Negara dari Nangkring Bersama BKKBN

12 Juli 2015   21:09 Diperbarui: 12 Juli 2015   22:00 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bapak Dr. Abidinsyah Siregar Sedang Menjelaskan Definisi Keluarga Menurut UU No.52 Tahun 2009 [Foto: Dokpri]

Peran keluarga juga sangat penting bagi anak karena merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pembinaan tumbuh kembang anak, menanamkan nilai-nilai moral kepada anak, pembentukan kepribadian anak, juga sebagai tempat belajar bagi anak dalam mengenal dirinya sebagai makhluk sosial. Adapun fungsi keluarga mencakup fungsi agama, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi dan fungsi pembinaan lingkungan.

Bapak Dr. Abidinsyah Siregar Sedang Menjelaskan Fungsi Keluarga [Foto: Dokpri]

Pak Abidin juga menjelaskan alasan mengapa orang tua zaman dahulu rata-rata memiliki 10, 9, 8, atau 7 anak dan kemudian hanya jeda 1 generasi hal ini berubah. Kini rata-rata orang tua memiliki 2 orang anak saja. Hal itu dikarenakan dulu di zaman era Presiden Soekarno berkuasa, beliau berkata “untuk menjadi Negara yang besar dan kuat, Indonesia butuh 250 juta penduduk” (padahal saat itu penduduk Indonesia baru sekitar 40 juta orang). Maka saat itu, diberlakukanlah kebijakan yang Pro-Natalis yang mendukung dan mendorong agar setiap keluarga memiliki banyak anak. Namun, jika kita lihat lebih dalam, diantara anak yang dilahirkan itu banyak juga yang meninggal/tidak sempat menginjak usia dewasa serta tidak mendapat akses pendidikan yang cukup.

Setelah era Soekarno berakhir, pemerintahan Indonesia kemudian dipimpin oleh Presiden ke-2  Soeharto. Ia berpikir bagaimana Indonesia bisa sejahtera. Apa yang harus dikerjakan? Karena saat itu urusan Ideologi sudah clear, urusan Republik dan sistem pemerintahan sudah clear di era Soekarno, maka yang dilakukan selanjutnya adalah membangun, agar semua rakyat Indonesia bisa sejahtera. Pak Harto kemudian berkonsultasi dengan Menteri Perencanaan Pembangunan pada saat itu, Bpk. Wijoyo Nitisastro. Pak Wijoyo kemudian memprediksikan bahwa pada tahun 1970, penduduk Indonesia akan mencapai 109 juta, lalu pada tahun 2000 mencapai 285 juta kemudian pada tahun 2010 mencapai 335 juta jiwa. Jelas, terjadi lonjakan pertumbuhan penduduk yang eksponensial.

Hal ini tentu akan berpengaruh kepada daya dukung lingkungan atau carrying capacity, yaitu kemampuan suatu tempat/lingkungan dalam menunjang kehidupan makhluk hidup secara optimum dalam periode waktu yang panjang. Disini ada 2 komponen penting, yaitu daya tampung, bagaimana suasana keleluasaan di suatu lingkungan/daerah dan daya dukung, apakah semua orang bisa mendapatkan akses air yang cukup, sehingga mereka bisa terhindar dari berbagai penyakit. Apakah semua orang bisa mendapatkan akses listrik cukup, sehingga anak-anak mereka bisa cukup penerangan ketika belajar di malam hari. Apakah akses pasar dekat, sehingga semua orang bisa mudah mendapatkan beras, sayur, dan makanan pokok lainnya dengan harga yang wajar. Jika makanan kebutuhan pokok di-supply dari luar daerah semua, maka yang terjadi adalah harga barang tersebut akan menjadi mahal dan akhirnya, pendapatan masyarakat tidak bisa mengejarnya.

Jadi, jika masyarakat belum bisa mendapatkan akses air yang cukup, listrik yang cukup, makanan yang cukup, maka otomatis masyarakat Indonesia yang sejahtera belum tercapai. Oleh karena itu, pada tahun 1970 dijadikanlah milestone berdirinya BKKBN oleh Pak Harto yang identik dengan pasukan baju biru yang naik sepeda biru dan motor biru (kini ada juga mobil biru) untuk blusukan ke pelosok-pelosok demi memberikan penyuluhan dan mensukseskan program-program yang dicanangkan oleh BKKBN (salah satunya adalah program Lingkaran Biru).

Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB)/Penyuluh KB (PKB) Yang Sedang Berpawai [Foto: http://sumut.bkkbn.go.id/AnalyticsReports/Road%20Show%20KKB%20di%20siantar.jpg]

Mobil Tempur ‘Biru’ PLKB BKKBN [Foto: http://images.solopos.com/2011/12/22mobilKB.jpg]

Pak Abidin juga menjelaskan secara gamblang gambaran tentang lonjakan pertumbuhan penduduk dunia. Ketika tahun 1000, jumlah penduduk dunia hanya 250 juta saja, dan hanya butuh 800 tahun untuk kemudian menjadi 1 Milyar (di tahun 1800). Selanjutnya, hanya butuh 130 tahun untuk kemudian menjadi 2 Milyar (di tahun 1930). Lalu, untuk bertambah 1 Milyar berikutnya hanya butuh waktu hampir 30 tahun, sehingga penduduk dunia menjadi 3 Milyar (di tahun 1959). Bahkan selanjutnya, hanya perlu 15 tahun untuk mencapai 4 Milyar di tahun 1974. Ini ibarat seperti teori pertumbuhan bakteri, pertumbuhannya eksponensial. Kini di tahun 2015 diperkirakan penduduk dunia sudah mencapai 7,5 Milyar. Jika pertumbuhan penduduk dunia tidak bisa dikendalikan, pasti Anda bisa membayangkan apa dampaknya terhadap carrying capacity atau daya dukung lingkungan.

Lonjakan Eksponensial Jumlah Pertumbuhan Penduduk Dunia [Foto: Capture Materi Kompasiana 2015-Deputi Adpin]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun