Mohon tunggu...
Annisa Nurul Insani
Annisa Nurul Insani Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

hobi make up

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Tipologi Belajar Anak Didik dan Perbedaan Individual

27 Oktober 2024   18:20 Diperbarui: 27 Oktober 2024   18:25 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Suparman menyatakan bahwa tipologi belajar merupakan perpaduan dari cara  seseorang menyerap, mengelola, dan memproses informasi. Dalam buku Quantum  Learning karya Bobby de Potter dkk, disebutkan ada tiga jenis tipologi belajar, yaitu  visual, auditori, dan kinestetik. Setiap individu tidak hanya cenderung pada satu jenis  modalitas saja, tetapi juga memanfaatkan kombinasi dari berbagai modalitas yang  memberikan mereka kelebihan dan kelemahan tertentu. Tipologi belajar bertujuan  untuk mempermudah proses pembelajaran dan membantu siswa menangkap,  mengatur, dan mengolah informasi.  

Tipe-Tipe Belajar Menurut Teori Psikologi Pendidikan  

Diyakini bahwa gaya belajar memainkan peran penting dalam proses belajar  mengajar. Menurut Joko (2006), "Siswa belajar atau memperoleh pengetahuan dengan  cara unik mereka." Gaya belajar didefinisikan sebagai proses aktivitas, penghargaan,  dan kecenderungan seseorang. Kebingungan memberi jalan pada motivasi diri dalam  hal pembelajaran yang bermakna.

 Hamzah (2008) menyatakan bahwa "Ada beberapa tipe gaya belajar yang bisa kita  cermati dan mungkin kita ikuti apabila memang kita merasa cocok dengan gaya itu,  diantaranya: gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik".  

a. Gaya Belajar Visual  

Siswa dengan gaya belajar visual memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 

a) teratur dan  rapi

b) berbicara cepat

c) tidak mudah terganggu oleh suara latar saat mengingat  visual

d) lebih suka membaca daripada mendengarkan

e) membaca dengan cepat dan  teliti

f) sering tahu apa yang ingin diucapkan, meski kesulitan memilih kata

g)  mengingat melalui asosiasi visual

h) kesulitan mengingat instruksi verbal kecuali  tertulis, dan

i) perhatian pada detail. Mereka lebih baik dalam mengingat informasi  dengan melihat langsung.  

b. Gaya Belajar Auditorial  

Gaya belajar auditorial mengandalkan pendengaran. Ciri-ciri siswa auditorial menurut  Bobby De Porter dan Mike Hernacki meliputi: a) berbicara pada diri sendiri saat  bekerja

b) mudah terganggu oleh kebisingan

c) suka membaca keras dan  mendengarkan

d) kesulitan menulis tetapi pandai bercerita

e) belajar dengan  mendengarkan dan lebih mengingat diskusi dibandingkan dengan visual

f)  senang berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan. 

Dalam penyebutan ciri-ciri tersebut  dijadikan indikator observasi karena mencerminkan karakteristik siswa auditorial  dalam proses belajar. Siswa dengan gaya ini memerlukan lingkungan yang  mendukung pendengaran, seperti kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok.  

c. Gaya Belajar Kinestetik  

Sementara itu, gaya belajar kinestetik ditandai dengan kemampuan menyerap  informasi melalui gerakan dan sentuhan. Ciri-ciri siswa kinestetik menurut Bobby De  Porter dan Mike Hernacki adalah: 

a) berbicara perlahan

b) sulit mengingat peta  kecuali pernah berada di lokasi tersebut

c) menghafal sambil bergerak

d)  menggunakan jari saat membaca

e) tidak bisa duduk diam lama

f) tulisannya  cenderung jelek

g) aktif dan banyak bergerak

h) ingin melakukan segala  sesuatu. Siswa kinestetik cenderung mengingat informasi dengan berpartisipasi  langsung dalam aktivitas belajar

Implementasi Perbedaan Tipologi dan Individual dalam Belajar 

 Philip R.E. Verson dalam Hamalik (2009) menyatakan bahwa perbedaan  individu sebenarnya mencerminkan perbedaan dalam kesiapan belajar. Setiap anak  yang memasuki sekolah memiliki tingkat kecerdasan, perhatian, dan pengetahuan  yang bervariasi, serta kesiapan belajar yang berbeda-beda. Mereka juga memiliki  potensi dan karakter yang unik. Tantangannya adalah menentukan jenis pendidikan  yang sesuai untuk mendukung perkembangan optimal masing-masing individu sesuai  dengan kapasitas dan kecenderungan mental mereka. Secara praktis, menurut Syaiful  Bahri Djamarah, Aswan Zain (2010), dan Khadijah (2006), pendekatan individual  sangat penting dalam pengajaran. Pengelolaan kelas membutuhkan pendekatan ini,  dan pemilihan metode harus mempertimbangkan pentingnya pendekatan individual.  Oleh karena itu, guru sebaiknya selalu menerapkan pendekatan individual dalam  pengajaran, terutama untuk mengatasi kesulitan belajar pada siswa.

 Khadijah (2006) juga menjelaskan bahwa perbedaan gender  dalam kinerja kognitif dapat dilihat dari tiga perspektif: (1) genetik/fisiologis yang  menyatakan bahwa gen laki-laki memengaruhi morfologi otak secara berbeda, (2)  sosialisasi yang menunjukkan bahwa perbedaan ini dipengaruhi oleh nilai-nilai dalam  masyarakat yang ditransfer melalui keluarga, teman, dan guru, serta (3) pengalaman  yang berbeda yang disebabkan oleh perlakuan yang berbeda terhadap anak laki-laki  dan perempuan. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun