28 Februari 2022 menjadi perjalanan baru bagi ribuan mahasiswa Kampus Mengajar 3 untuk memulai pengabdian diri untuk pendidikan Indonesia, dengan sasaran jenjang SD dan SMP di berbagai daerah terutama wilayah 3T. Saat itu, sekolah masih menjalankan sistem PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) dan PTMT 50% (Pertemuan Tatap Muka Terbatas).
Kampus Mengajar adalah salah satu bagian dari program MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sebagai upaya memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memiliki pengalaman praktik yang lebih banyak karena hakikatnya mahasiswa saat ini perlu banyak pengalaman di luar kelas kuliah agar kemampuannya dapat berkembangkan lebih baik.
Mahasiswa dilatih mengimplementasikan ilmunya dan merubahnya menjadi tawaran solusi untuk membantu menyelesaikan permasalahan di sekolah sasaran.
Saat pembelajaran daring dimulai di masa pandemi, sekolah dan siswa terdampak serius dengan munculnya learningloss. Atas dasar tersebut, tujuan utama mahasiswa ditugaskan ke sekolah-sekolah adalah untuk memperbaiki kondisi pembelajaran dan mengatasi dampak learningloss, terutama pada permasalahan literasi, numerasi, adaptasi teknologi, bantuan administrasi sekolah/guru, dan penerapan profil pelajar Pancasila.Â
Mahasiswa bertugas sebagai agent of change, agen pembawa perubahan agar siswa dapat mengalami perubahan  dan peningkatan dalam minat dan bakatnya sesuai dengan potensi yang dimiliki setiap siswa.
Annisa Nurhidayanti dan rekan-rekannya dari prodi yang berbeda berkumpul menjadi satu tim mengemban dan melaksanakan tugas di sekolah sasaran, yaitu SD Negeri Cipasang, Cibugel, Kabupaten Sumedang. Lokasi sekolah masih dalam domisili yang sama dengan tempat tinggal anggota tim namun jaraknya cukup jauh karena berada di ujung Kabupaten Sumedang yang berada di daerah pegunungan dan lokasinya yang kurang strategis.
Dengan berbekal ilmu dari perkuliahan dan pembekalan program KM 3, tim datang dengan penuh semangat sekaligus banyak ketakutan dan kekhawatiran. Datang ke tempat baru dan harus menetap di sana dalam waktu 4 bulan, cukup menantang adrenalin.Â
Saat pertama kali datang ke sekolah, ketakutan dan kekhawatiran perlahan memudar karena semua guru dan siswa menerima kedatangan tim dengan hangat dan antusias. Pekan pertama kami masih mengobservasi siswa, sekolah, dan  lingkungan agar dapat merancang program kerja yang memugkinkan keterlibatan lingkungan dalam berliterasi agar menumbuhkan kepekaan dan kesadaran siswa ingin memajukan tanah kelahirannya.
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan scientific learning dengan tujuan agar siswa terbiasa berpikir, bersikap, dan berkarya dengan langkah ilmiah yang mendalam untuk memahami materi dengan melibatkan kreativitas dan bernalar kritis sehingga pembelajaran lebih bermakna.Â
Selama pembelajaran berlangsung, materi dikolaborasikan dengan nyanyian, film animasi/film pendek, gambar, dan permainan dalam bentuk beragam media untuk mendukung  suasana pembelajaran  yang  menyenangkan.Â
Salah satu contohnya adalah dalam pembelajaran membaca (program literasi), digunakan aplikasi Riri StoryBooks yang didalamnya terdapat banyak konten cerita dan dongeng dengan beragam bentuk seperti ebook bergambar, cerita interaktif, video dongeng, dan fitur-fitur lainnya yang dapat menarik perhatian siswa sehingga ingin membaca.
Ini menjadi langkah awal membentuk budaya membaca siswa dengan basis teknologi. Tentunya hal ini efektif membantu siswa memaknai pembelajaran lebih cepat dan lebih baik.
Pada setiap akhir pekan, dijadwalkan khusus pembelajaran yang bersifat holistik seperti cooking time, farm time, movie time, fun time, jogging, dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat praktek atau belajar di luar ruangan agar siswa tidak  jenuh. Kegiatan lainnya adalah kegiatan-kegiatan musiman seperti Pentas PAI, Peski Bulan Ramadhan, dan pembuatan konten-konten bersama guru dan siswa untuk dokumentasi dan publikasi  yang berguna  bagi promosi sekolah.Â
Dengan dilaksanakannya program-program tersebut harapannya membawa perubahan yang baik dan berkelanjutan meskipun tim KM 3 SDN Cipasang sudah tidak bertugas lagi di sekolah. Kini perpisahan telah terjadi tetapi cinta dan kasih diantara kami tetap ada dan menjadi jembatan unttuk terus menjalin tali silaturahmi yang takkan lenyap ditelan jarak dan waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H