Aku pun memutuskan untuk duduk dibangku itu. "Permisi" Kataku sambil melihat kearahnya.
"Apakah saya bisa duduk ?" Tanyaku. " Silahkan mba, memang bangku kosong." Terdengar lembut suaranya, namun ada ketegasan disana.
Dia kembali menatap bukunya, dan aku mulai membuka ponselku, melihat pesan masuk. Kulihat bahwa belum ada balasan pesan dari kekasihku. Sabtu Minggu adalah waktu liburku, dan waktu liburnya. Namun minggu ini dia mengabari bahwa ada pekrjaan yang harus di selesaikan sehingga harus lembur. Jadilah weekend ini ku habiskan bersama mama dirumah. Kapan lagi aku memiliki banyak waktu bersama Ibu, karena nanti jika sudah menikah, aku pasti tidak akan selalu bisa bersamanya.
Gerimis sekarang sudah menjadi hujan. Riuh kendaraan hampir hilang tertutup suara hujan, sesekali aku menarik cardiganku saat angin berhembus. Kembali, pandanganku tertuju pada wanita didepanku, yang sama sekali tak berespon terhadap hujan yang datang, dia tetap fokus melihat buku ditangannya yang sama sekali belum kulihat ia membalik halaman dibuku itu.
Wanita ini cukup manis kurasa, juga anggun. Jilbabnya yang menjulur menutupi dada, dan kacamata yang dikenakannya, membuatnya terlihat mempesona. Walaupun, ia tidak menggunakan riasan saat ini. Namun, melihatnya memberikan ketenangan sendiri. "Ah, apakah aku bisa menjadi wanita yang seperti ini" Pikirku dalam hati.
"Kenapa ya mba?" Tanya wanita ini tiba-tiba karena sadar sedari tadi aku memperhatikannya.
"Ah, ndak papa mba, Cuma saya heran, dari tadi mba lihat buku, tapi kok ndak di balik-balik halamannya" Jawabku apa adanya. Dia tersenyum tipis, sambil menutup bukunya. Kembali dia tersenyum padaku, kemudian menatap hujan dalam-dalam, seolah sedang mengingat kenangan yang berat.
"Saya Senja, mba siapa ?" Tanyaku padanya sambil menjulurkan tangan.
"Embun" Jawabnya. "Oh pantas seperti namanya." Ucapku lirih tanpa sadar.
"Bagiamana mba ?" responnya saat mendengar kalimatku.
"Oh, bukan apa-apa. Nama mba, sesuai dengan penampilannya " Jawabku mantap. Yang di ikuti senyum manisnya lagi.