Mohon tunggu...
Annisa Mutia
Annisa Mutia Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Pencari ilmu yang berharap mendapatkan bekal yang cukup untuk pulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kasta dan Nyamuk Cemburu

16 November 2011   09:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:36 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitulah kira-kira tingginya penghargaan negri kami kepada orang-orang terdidik yang punya gelar dari A sampai Z. Mereka yang telah mencecap ilmu pengetahuan di bangku-bangku bertingkat bernama sekolah. Setelah mendapatkan berlembar-lembar ijazah, mereka seketika berubah menjadi sekawanan lebah berdengung merubungi kuntum-kuntum bunga ranum yang menawarkan sarinya. Mereka menyebar, berkerumun, berkelompok-kelompok. Ada yang berubah menjadi guru, pegawai kecamatan, pegawai kantor gubernur, kepala dinas, dokter, pegawai kantor pos, pejabat di kementrian, tenaga ahli, dosen di berbagai perguruan tinggi, dan masih banyak lagi jabatan penting, yang konon, meski gaji pokoknya rendah, namun berbagai tunjangan yang menjanjikan telah menjadikan mereka bertingkat-tingkat lebih tinggi kedudukannya di masyarakat di banding kedudukan mereka yang sebenarnya. Mereka lah pemilik kasta tertinggi di masyarakat kami.

Aku kerap menyaksikan berbagai seminar atau simposium diselenggarakan bertaraf nasional maupun internasional yang khusus diadakan sebagai ajang pertemuan orang-orang sejenis mereka untuk berkumpul dengan bermacam tujuan. Tapi yang paling sering dilakukan adalah untuk membahas persoalan negri ini. Mari kutunjukkan ilustrasinya.

Misalnya, terjadi wabah penyakit akibat nyamuk cemburu pada lalat dan lalat cemburu pada semut. Kecemburuan berantai ini ternyata berakibat fatal. Alih-alih membalas dendam kepada lalat, sang nyamuk malah melampiaskan kecemburuannya pada manusia. Padahal, mana mungkin manusia lebih mencintai semut atau lalat ketimbang pada nyamuk? Aku sangat yakin, meski belum bisa dibuktikan secara empirik, bahwa ketiga makhluk Tuhan tadi sama menyebalkannya di mata manusia. Tapi wabah penyakit tadi, yang merupakan hasil kreatif sang nyamuk yang cemburu, telah berhasil membuat manusia yang digigitnya merasakan demam berhari-hari dengan bintik hitam bermunculan di sekujur tubuh mereka. Dan dalam kondisi tertentu manakala si manusia kadar kekebalan tubuhnya melemah, ia akan mengalami demamberkepanjangan. Dan kalau fatal, bisa menyebabkan wafu'anna alias meninggal.

Nah, mewabahnya penyakit ini di suatu daerah ditambah jumlah korban manusia meninggal yang terus bertambah membuat kalang kabut tidak saja para mantri kesehatan, dokter dan jajarannya, tapi membuat panik pejabat negara. Apa pasal?, karena wabah penyakit pasti ada sangkut pautnya dengan program kesehatan yang gagal. mewabahnya penyakit pasti selalu dikaitkan dengan tingkat kebersihan, kecukupan gizi dan pelayanan kesehatan di suatu daerah. Intinya, kalau terjadi wabah penyakit, maka otomatis ada pandangan bahwa pemerintah setempat telah gagal dalam menjalankan program kesehatan di daerahnya. Bisa bikin malu kalau ini terjadi. Maka, wajarlah sebelum penyakit itu mewabah dan menjadi buah bibir di media cetak dan elektronik dengan judul yang memikat mata, seperti "Gagalnya Pemerintah A Menangkal Wabah Penyakit Nyamuk Cemburu", seluruh jajaran pemerintah baik yang terkait dengan kesehatan, maupun yang sedikit terkait sampai yang tidak punya kaitan sama sekali, bersatu padu mengerahkan segenap tenaga dan pikiran, berkumpul melakukan berbagai kegiatan untuk menepis anggapan masyarakat umum bahwa pemerintah mereka tidak melakukan apapun demi menekan wabah tersebut.

Singkat cerita, pertemuan-pertemuan pun diadakan baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Perlu ku jelaskan kawan, kedua jenis pertemuan ini memiliki tendensi berbeda yang tidak bisa difahami hanya dengan sekali baca. Ku sarankan untuk membacanya secara berulang dengan tempo sedang dan mengkaitkannya dengan peristiwa mirip yang kerap kawan saksikan, niscaya kawan pasti faham hingga 100%.

Orang-orang hebat barangkali selalu memutar otak 360 derajat demi menyelamatkan muka dari pencitraan buruk yang menghujam dikala banyak persoalan muncul karena kinerjanya yang buruk. Pertemuan secara sembunyi-sembunyi konon dilakukan oleh orang-orang hebat itu. Mungkin rasa bersalah telah menggerogoti otak merekasehingga makan pun tak enak, tidur pun tak jua nyenyak. Aku tak yakin mereka terlibat secara langsungdalam konspirasi yang menyebabkan demam nyamuk pencemburu itu, tapi begitulah orang-orang hebat itu. Mereka terlalu banyak main perasaan, cepat salah tingkah, lebih-lebih jika musim PEMILU, PILKADA sudah dekat, mereka persis seperti cacing kepanasan yang menggelepar di terkam terik matahari.

Beberapa diantara orang hebat tadi bukanlah orang hebat yang sesungguhnya. Orang hebat yang sesungguhnya tak pernah muncul setiap saat. Mereka hanya muncul sekali-kali, itu pun jika keadaan genting dan membutuhkan keputusan, pernyataan sikap atau sejenisnya di hadapan media. Orang yang tidak sungguh-sungguh hebat, mereka ini mengatur segala keperluan orang hebat tadi termasuk kapan waktu dia harus muncul di depan masyarakat dan kapan tidak. Singkat kata, mereka sebenarnya tidak bertujuan untuk benar-benar memberantas wabah penyakit tadi, mereka hanya pura-pura terlibat dalam usaha memberantasnya. Sebenarnya mereka hanya cari muka atau tepatnya curi start. Yang terakhir ini, aku juga tidak begitu faham maksudnya. Tapi sudahlah, suatu saat kalian pasti akan mengerti.

***

Berbeda dengan orang-orang hebat tadi, seluruh jajaran kesehatan dibuat kalang kabut oleh dendam kesumat nyamuk pencemburu. Mulai dari petugas kesehatan di desa, puskesmas, para bides, ibu dokter, bapak dokter, para mantri, rumah sakit, kepala dinas, juga mentri kesehatan. Aku sungguh takjub, bagaimana mungkin makhluk Tuhan yang lemah bisa membuat makar sehebat ini? mereka-mereka ini dengan sekuat tenaga dan pikiran melakukan usaha apapun  untuk membendung kemarahan nyamuk. Aku percaya merekatidak tidur bermalam-malam, hanya demi mempersiapkan 1001 kegiatan agar mereka terlihat melakukan usaha maksimal melawan si nyamuk dan komplotannya. Mereka bahkan membuat divisi khusus untuk memastikan seluruh kegiatan mereka, mulai yang remeh-temeh seperti semprot sana-semprot sini hingga simposium besar-besaran benar-benar dimuat di media dan disiarkan ke seluruh masyarakat. Aku sendiri agak masygul, dan meragukan kalau kegiatan-kegiatan serupa itu sebenarnya tidak benar-benar mampu membuat Udin yang malang, bocah 6 tahun, anak yatim piatu di desa sebelah bisa keluar dari Rumah Sakit B dengan perasaan tenang karena "off the record" ya, dia tertahan tak boleh pulang sebelum melunasi biaya administrasi di rumah sakit.

Mengenai simposium tadi, dilakukan tidak tanggung-tanggung. Para pakar kesehatan, ahli nyamuk, dokter, dosen dan pejabat negara tumpah ruah untuk membahas cara jitu memberantas wabah nyamuk tadi. Bisa kalian bayangkan kawan, untuk acara 3 hari seperti itu berapa duit digelontorkan oleh negara?

Aneh-aneh memang tingkah pola mereka. Gaya yang intelek dengan cara bicara serta mimik wajah yang diatur sedemikian rupa membuat mereka begitu mudah untuk dikenali. kulit mereka bersih-bersih, dahi mereka lebar-lebar dan mengkilap. Jika mereka berbicara, mereka mengangkat dagu sedikit keatas dan kedua bola mata mereka seperti memandangi lawan bicara dari ketinggian itu seperti melibas dan menampar, menjatuhkan lawan bicara. ku rasa siapapun yang menjadi lawan bicara merekaseketika menjelma menjadi tikus atau kecoa yang gelagapan dan mati kutu karena merasa kecil sekali dan takut.

Ya mereka lah para pemegang berlembar ijazah itu. Di pundak mereka sering masyarakat menumpuk persoalan. Ku pikir masyarakat kami sakit ayan karena berani menyerahkan persoalan kepada mereka, padahal mereka tidak tahu bagaimana cara yang tepat menyelesaikan persoalan tersebut. Anehnya lagi masyarakat kami selalu mengeluk-elukkan mereka dalam keadaan sadar ataupun tidak. Masyarakat kami menganggap mereka lah orang hebat. Dan anak-anak dari masyarakat kami diarahkan untuk menjadi seperti mereka. Masyarakat kami akan sangat bangga jika mendapat anggota keluarga baru seperti mereka. Siapapun yang mendapat anggota keluarga baru dari golongan mereka maka kastanya naik sekian derajat di masyarakat kami.

Dan ini menjadi masalah baru kawan. Lebih besar dari sekedar masalah memberantas penyakit nyamuk cemburu. Beratus lipat lebih besar.  Aku baru saja menghibur sahabatku, Re, karena dia gagal menikah tahun ini. Kekasihnya memutuskan tali pertunangan hanya karena Re, sahabatku yang malang itu bukan termasuk golongan orang hebat. Ku beri tahu kawan, Re sahabat karibku sejak SMP itu adalah seorang manager di perusahaan Teknologi Informasi ternama di jagat ini, dan dia juga jebolan perguruan tinggi terbaik negri ini. Tapi calon mertuanya menginginkan seorang menantu yang bisa meningkatkan derajat kasta mereka. Mereka butuh menantu yang merupakan orang hebat versi masyarakat kami. Dan Re, sahabatku tidak memenuhi syarat. Sudah tiga kali dia gagal menikah karena alasan serupa. Aku tak tahu lagi harus menghibur  hatinya dengan cara apa. Dia sekarang menginap di rumah sakit. Dan kalian tahu, kawan, Dokter yang memeriksanya bilang apa?, "ini gara-gara dendam kesumat nyamuk cemburu".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun