Mohon tunggu...
Annisa Mutia
Annisa Mutia Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Pencari ilmu yang berharap mendapatkan bekal yang cukup untuk pulang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bulan Jatuh Dipelukan

16 November 2011   20:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:34 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


(Tulisan dimuat di Facebook oleh Annisa Mutia Muthmainnah pada 16 November 2011 jam 10:42)

Bulan jatuh di pelukan

dalam gelimang senja nan rapuh

tidakkah kau mendengar?

para pujangga menyulam prosa dari kata-kata berwarna cerah

mereka memujanya sekejap mata di langit-langit istana diraja

Bulan jatuh di pelukan

dalam hangatnya desah nafasmu

tidakkah kau melihat?

para petapa meramu doa dari jiwa-jiwa bernada lembut

mereka turun ke jalanan hingga ke altar raja diraja

Tidakkah kau merasakan?

ketika bulan jatuh di pelukan, berurai sejarah terus berulang

pada riaknya kita bersilang-silang,

kita dan apa yang sering kita namakan keturunan

saling mengenang atau tergenang

Setiap bulan jatuh di pelukan

pada kita disusupkan tanda keabadian

yang berganti wajah serupa musim

dalam kitab para nabi

ketika bulan jatuh

dan kita saling berpelukan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun