Kajar (24/07/2021). Ketersediaan bunga mawar yang berlimpah dan harga murah menimbulkan kekhawatiran bagi petani bunga mawar. Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan daya jual mawar yaitu dengan mengolah mawar menjadi selai. Namun masih terdapat permasaahan yaitu penjualan selai mawar tidak lancar dan peminatnya masih rendah. Hal ini menyebabkan Mahasiswa KKN Undip dan ibu-ibu dari RT 7 Desa Kajar bersama-sama merumuskan masalah dan penyelesaian. Ditentukan brownies sebagai salah satu olahan yang selalu laris manis di pasaran, kemudian dikombinasikan dengan lapisan selai mawar untuk memberikan aroma dan manis khas. Harapannya, usaha ini mampu melahirkan olahan khas Desa Kajar yang memiliki daya jual dan willingness to pay tinggi.
Komunikasi dilakukan secara intensif untuk menentukan olahan yang sesuai dengan karakteristik Desa Kajar, termasuk harga, ketersediaan alat dan bahan, waktu singkat, tingkat kegagalan rendah, dan dapat diproduksi secara masal. Awalnya, olahan yang akan dikombinasikan dengan selai mawar adalah donat, lebih tepatnya bomboloni isi selai mawar. Kemudian komunikasi kembali dengan Ibu Suji (Perwakilan ibu-ibu RT 7) terjadi perubahan. Pembuatan donat sudah biasa dan memakan waktu panjang, sehingga perlu diganti. Lebih baik diganti brownies. Hal ini sesuai dengan penuturan Ibu Suji, “Arep gawe roti opo, Dik? Ora usah donat, wes biasa. Brownies yo masuk, ning kene alate ono.” (Trans : Mau buat roti apa, Dik? Jangan donat, sudah biasa. Brownies juga bisa, di sini alatnya ada.)
Pembuatan brownies diawali dengan penyiapan bahan dan penjelasan teknik. Semua resep yang digunakan sudah diuji dan di-print sebagai pegangan ibu-ibu di lokasi pembuatan. Brownies yang dibuat ada dua macam, yaitu fudgy brownies dan brownies kukus untuk mengetahui olahan mana yang cocok. Proses penimbangan dan penyiapan barang dilakukan di rumah untuk menghemat waktu.
Cara pembuatan brownies kukus lapis selai mawar cukup mudah, lapisan pertama dikukus selama 10 menit hingga benar-benar matang, kemudian ditimpa dengan lapisan selai mawar yang sudah dimasukkan ke adonan dan kukus 10 menit, kemudian ditimpa dengan lapisan brownies paling akhir dengan durasi pengukusan 10 menit. Brownies yang sudah matang dilakukan tes tusuk, kemudian dipotong untuk dilakukan tes rasa.
Setelah selesai, dilakukan diskusi dengan ibu-ibu mengenai koreksi rasa dan disesuikan dengan resep yang sudah dibagikan. Selain itu dijelaskan juga sekilas tentang digital marketing melalui Whatsapp dan Facebook yang banyak digunakan oleh masyarakat Desa Kajar. Penentuan margin profit dilakukan dengan cara menghitung modal (seluruh bahan baku dan tenaga 20%).
Pelatihan yang telah dilakukan mendapat respons positif dari ibu-ibu, seperti yang dituturkan oleh Ibu Amin, “Banyak ilmu baru, Mbak. Kami belajar banyak teknik dan tips baru. Mbaknya juga tidak kaku, jadi rasanya seperti masak-masak dengan teman. Browniesnya juga enak, pas ndak kemanisan.” Ibu-ibu lain juga antusias dengan cepat mengamakan resep yang telah dicetak untuk dibawa pulang. “Besok anakku tak buatkan lagi kalau mau, gampang tur cepet.” Tutur Ibu Suji.
Penulis : Annisa Diah Mahardhini (Agroekoteknologi, FPP)
Dosen Pembimbing : Ir. Sutrisno, M. P.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H