Meskipun dengan nuansa cinta yang bisa disalurkan dengan berbagai cara, alur campuran ditemani diksi beserta kiasan membuat beberapa bab cerita di buku ini sulit untuk dipahami. Sastra yang kental membuat setiap kata memiliki makan konotasi kuat sehingga perlu mengulang tiap bacaan, apalagi jika terlewat beberapa kata. Terdapat tiga bab bagian akhir yang memiliki kiasan kuat hingga perlu pemahaman lebih, yaitu 'Mel, Ini Aku', 'Jeruk Kuning', dan 'Dendam Bunga Api'. Dengan judul yang sudah tersirat menjadi gambaran bahwa Tjak S. Parlan memuat berbagai makna konotasi dan diksi yang mewah dalam ceritanya.
     Dengan narasi cerita yang beragam menjadikan buku ini memiliki keunggulan tersendiri sekaligus bisa menjadi kekurangan di saat pembaca belum memiliki pemahaman penuh. Namun pembaca akan dibawa ke setiap kisah yang pasang surut, terjun bebas, hingga terlepasnya jeratan hati sebagai gambaran sebuah cinta.
     Pembaca seakan dibuat bingung dengan cara penulisan Tjak S. Parlan tapi setelahnya akan dibuat takjub karena setiap cerpen memiliki kekuatan tokoh masing-masing dan setiap emosi tersalurkan di setiap bagian.Â
Peresensi : Annisa Kusuma Rahmawati, mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H