Mohon tunggu...
Gaya Hidup

Tau Brand Calvin Klein, Tapi Tau Nggak Sama Fashion Brand Asal Indonesia Satu Ini?

24 Januari 2017   03:47 Diperbarui: 24 Januari 2017   04:15 986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Indonesia telah memiliki banyak pengusaha muda wanita maupun lelaki yang telah sukses membawa nama bangsa dalam berbagai bidang kreatif ekonomi seperti di bidang olahraga, teknologi modern maupun fashion di tingkat internasional. Karena kesuksesan yang mereka dapatkan di usia yang sangat muda, tidak sedikit masyarakat yang memandang mereka dengan sebelah mata dan dengan cepatnya masyarakat menganggap bahwa kesuksesan para anak muda itu adalah berkat campur tangan dari uang orang tuanya yang kaya raya dan banyak juga yang mengatakan mereka sebagai ‘anak yang memang telah ditakdirkan beruntung’ sehingga kisah kesuksesan anak-anak muda ini malah dijadikan sebagai bahan cemooh karena rasa iri mereka, bukan sebagai contoh motivasi untuk mengikuti jejak mereka.

Namun, apakah mereka sadar akan apa yang telah dilewati para pemuda ini sebelum mereka meraih kesuksesan? Apakah mereka tau para pemuda ini telah menghadapi berbagai kegagalan dan bahkan kerugian hingga ratusan juta rupiah?

Seorang pemuda lelaki Indonesia berhasil mengharumkan nama Indonesia dengan masuk dalam daftar 30 Under 30 tahun yang dibuat oleh Forbes ditahun 2016. Daftar ini memperkenalkan 30 pengusaha muda sukses dibawah usia 30 tahun yang berhasil menjadi miliarder pengusaha muda dalam bidang bisnis e-commerce dan retail. Salah satunya adalah Yasa Paramita Singgih yang menduduki peringkat 23 dari 30 pengusaha dari negara Asia lainnya seperti Negara Australia, Singapore dan India.

Yasa Singgih, pemuda berumur 21 tahun ini adalah penemu Men’s Republic, sebuah brand pakaian khusus pria yang sekarang terkenal khususnya dikalangan pria Indonesia. Berawal dari menjalankan bisnis dari 4 lusin sepatu, kini Mens Republic telah berevolusi fashion brand besar di Indonesia, para customer Mens Republic kini sudah sampai ke seluruh kota Indonesia dan 8 negara di Asia. Tapi tentunya, sebelum kesuksesan manis ini hadir dalam hidupnya, Yasa Singgih juga pernah mengalami kebangkrutan hingga ratusan juta rupiah. Kisah Yasa Singgih ini juga pantas dijadikan sebagai contoh toko untuk menghapus stereotype ‘anak yang sukses diusia muda itu pasti berkat orang tuanya yang kaya raya’ karena beliau bukanlah pemuda yang lahir dari keluarga konglomerat dan ia memulai bisnis ini berkat dirinya sendiri dan kerja kerasnya.

Kala ia masih berumur 15 tahun, ayah Singgih menderita sakit penyempitan pembuluh darah dan membutuhkan operasi. Namun ayahnya menolak dioperasi dan ingin biaya tersebut digunakan untuk biaya kuliah kakak Yasa. Keadaan ini membuatnya merenungi bagaimana masa depannya kelak sedangkan ayahnya terbaring sakit. Ia pun mulai memikirkan rencana yang ingin ia lakukan untuk menghasilkan uang secara mandiri agar tidak membuat orang tuanya melihat dirinya sebagai tambahan beban hidup.

Usaha yang ia lakukan pertama kali yaitu menjadi seorang MC untuk mengisi acara yang digelar di pusat berbelanja di Jakarta, tiap tampil ia dapat memperoleh bayaran sebesar Rp.350.000,- Dari pengalaman ini menambah motivasi Singgih untuk mencari berbagai cara untuk menghasilkan uang lebih banyak secara mandiri. Diumur 16 tahun setelah lulus SMP,  ia mulai berjualan kaos secara online dan kala ini telah menggunakan brand Men’s Republic. Dengan modal uang tabungan sebesar 700 ribu rupiah, ia membuat 48 baju bergambar Presiden Soekarno.

 “Yang beli cuma dua orang. Satu dibeli Mama karena kasihan sama saya,”  tutur Yasa.

Yasa kemudian memutuskan ke Pasar Tanah Abang untuk meminjam barang dari pedagang-pedagang di sana, beruntung ada beberapa pedagang yang berbaik hati  setuju  meminjamkan barang kepadanya dengan perjanjian Yasa dapat membayar pinjaman barangnya dibulan depan setelah semuanya habis terjual. Tanpa bekal pengetahuan tentang bisnis penjualan dan design, Yasa lalu mulai menjual kaos-kaos yang ia desain menggunakan Microsoft word ini ke teman sekelasnya yang juga dipromosikan lewat BlackBerry Messenger.

"Jadi, saat anak-anak lain berangkat ke sekolah membawa buku yang banyak, saya malah bawa barang dagangan yang banyak," kenang Yasa saat berbincang dengan Liputan6.com

pada tahun 2012, Yasa memulai usaha baru dibidang kuliner dengan mendirikan kafe kecil yang yang berlokasikan di kawasan Kebun Jeruk. Namun usaha kulinernya tidak berjalan mulus, diminggu petama kedainya mengalami musibah banjir, diminggu kedua kedainya pun kemalingan. Karena kedai pertamanya ini terancam bangkrut, beberapa bulan kemudian, ia membuka cabang baru di Mall Ambassador Jakarta Selatan. Namun sayangnya, cabang barunya ini hanya bertahan 20 hari saja, hingga membuatnya mengalami kerugian sekitar 120 juta rupiah.

Pada tahun 2013 ia pun memutuskan untuk menutup kafenya, dan bahkan juga bisnis kaosnya.

“Karena tak punya modal lagi untuk beli barang dan ada UN, jadi saya fokus untuk urusan sekolah saja. Usaha baju saya hentikan sementara,” ujarnya.

Namun Yasa berbagai kegagalan yang ia hadapi tidak membuatnya patah semangat dan menyerah, ia pun memutuskan melanjuti usaha brand Men’s Republic lagi. Ditahun 2014, Men’s Republic mulai berkembang. Karena memiliki target customer dikalangan kelas menengah dan para customer merupakan pria berumur dari 15-25 tahun, harga yang ditawarkan paling mahal sekitar 400–500 ribu rupiah. Saat ini, Men’s Republic menjual berbagai produk mulai dari pakaian dalam, kaos, sepatu dan jaket. Ia juga bekerja sama dengan enam pabrik di Bandung. Untuk tiap macam produk yang dijual, pabrik yang memproduksinya pun berbeda. Untuk sepatu, ia berkerja sama dengan pabrik yang juga memproduksikan sepatu merek lain, seperti Yongki Komaladi dan Fladeo.

Tepat di usia 20 tahun Yasa juga telah menerbitkan buku Never Too Young to Become a Billionaire yang dalam waktu yang sangat singkat terjual laris untuk buku pertamanya. Selain itu, ia juga menjadi narasumber di berbagai institusi mulai dari Kementerian Republik Indonesia, perusahaan multinasional sampai berbagai universitas terbaik di seluruh Indonesia. Saat ini Yasa sedang menjalani kuliah di Bina Nusantara University jurusan Marketing Communication.

Menurut Forbes, brand Men’s Republic dapat memperoleh keuntungan hingga ribuan dollar setiap bulannya dan Men’s Republic saat ini juga telah mendirikan perusahaan bernama PT Paramita Singgih, yang memiliki customer dari Hong Kong, Macau, Thailand dan Filipina.

Menurut kementrian pariwisata RI dalam rencana pengembangan kreatif ekonomi Indonesia tahun 2015-2019,  Industri Ekonomi kreatif merupakan sektor yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional ke depan, karena ekonomi kreatif berkontribusi secara signifikan terhadap perekonomian nasional, yaitu: berkontribusi sebesar 7% terhadap PDB Nasional, melahirkan 11,8 juta tenaga kerja atau sebesar 10,72% dari total tenaga kerja nasional, menciptakan 5,4 juta usaha atau sekitar 9,68% dari total jumlah usaha nasional, serta berkontribusi terhadap devisa negara sebesar 119 Triliun atau sebesar 5,72% dari total ekspor nasional. Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi kreatif mencapai 5,76% atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional 5,74%.

Karena industri ini memiliki peran besar dalam perkembangan nasional, salah satu faktor potensi untuk melahirkan terciptanya rencana pembangunan tersebut  meliputi adanya ketersediaan sumber daya kreatif yang profesional dan kompetitif; yang dimaksud ialah ketersediaan orang-orang kreatif Indonesia seperti wirausaha dan artis yang berkarya seperti dibidang arsitektur, kuliner, fashion, perfilman dan musik.

Seharusnya Indonesia tidak perlu meragukan lagi kecerdasan dan pemikiran kreatif para pemuda Indonesia. Sudah banyak anak-anak bangsa yang secara langsung, tanpa campur tangan dari Pemerintahan telah mendistribusikan usaha mereka ke indusri perekonomian kreatif negara. Karena bidang kreatifitas juga menjadi salah satu faktor penting dalam persyaratan membangun kreatif ekonomi Indonesia 2015-2019, berarti wirausaha kreatif seperti Yasa Singgih memiliki peran sebagai distributor dan sangat dibutuhkan oleh negara.

Menurut Forbes dalam website resmi mereka Forbes.com, Selain Yasa Singgih ada beberapa anak muda Indonesia lainnya yang masuk dalam daftar 30 Under 30 Asia tersebut, seperti; pengusaha wanita yang mendirikan brand fashion Cotton Ink, Carline Darjanto, CEO Traveloka, Ferry Unardi dan CEO BloBar Salon, Merrie Elizabeth.

Lihatlah anak-anak muda ini telah berhasil membantu membangun industri kreatif ekonomi Indonesia.  Kesuksesan mereka patut dijadikan sebuah contoh motivasi untuk menginspirasi generasi anak bangsa untuk mengikuti jejak mereka. Sayangnya, Karena kompetisi yang ketat dalam perkembangan fashion brand diseluruh dunia berkat brand terdahulu yang begitu popular, masyarakat lebih memilih untuk memegang teguh kepercayaan mereka kepada kualitas brand terkenal sehingga brand terbaru pun diremehkan kualiatasnya.

Ditambah lagi dengan fakta yang menyedihkan; warga Indonesia cenderung acuh untuk mengenal dan membanggakan merek lokal yang didirikan sesame anak bangsa. Selain tau men’s fashion brands terpopuler di internasional seperti Calvin Klein, Polo Ralph Lauren dan Hugo Boss apakah orang Indonesia sendiri tau bahwa negaranya juga mempunyai fashion brand khusus pria yang ditemukan oleh warga asal Indonesia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun