Pada tahun 2020 ini, cara berpakaian mulai banyak disoroti oleh para millennial. Gaya berpakaian tersebut terkadang terlihat mentereng, nyentrik, kasual, santai, feminin, monokrom, oversized, hingga gaya jadul ala 90-an juga digunakan oleh para millennial.Â
Bahkan, mereka juga  mulai menciptakan gaya berpakaian mereka sendiri sesuai yang mereka mau namun tetap terkesan keren. Menurut Barnard (2009:3), pakaian merupakan bentuk ekspresi dari identitas pribadi yang mendefinisikan dan menggambarkan pribadi pemakainya.Â
Bermacam-macam gaya berpakaian yang digunakan oleh millennial membuat mereka perlu memiliki berbagai macam bentuk pakaian. Beberapa pakaian dapat ditemukan dengan  mudah di toko dan online shop. Namun, ada sebagian lain yang sudah tidak diproduksi lagi  karena dianggap kuno oleh kebanyakan orang.Â
Kondisi tersebut menciptakan sebuah tren baru dalam dunia berpakaian, yaitu thrifting. Thrift adalah suatu pakaian bekas yang berasal dari luar negeri namun masih terlihat baru. Thrifting adalah sebuah kegiatan membeli pakaian-pakaian thrift.Â
Pakaian thrift saat ini mulai banyak diminati. Selain karena kelangkaannya dalam dunia fashion, pakaian ini dapat dimiliki dengan harga yang terjangkau namun memiliki kualitas yang bagus. Bahkan, apabila beruntung, pembeli bisa mendapatkan pakaian bermerek yang asli yang  harganya jauh lebih murah dari harga asli pakaian tersebut.Â
Sebagian orang mungkin menganggap membeli pakaian bekas adalah suatu hal yang aneh. Mereka menganggap bahwa dengan membeli barang bekas, berarti orang tidak membeli produk yang higenis dan tidak layak pakai. Namun logikanya, pakaian tersebut tidak akan dijual dan diminati apabila kondisinya tidak bagus. Artinya, pakaian-pakaian thrift masih memiliki kondisi yang bagus dan sangat memungkinkan untuk dibeli oleh para millennial.Â
Di balik anggapan negatif terhadap pakaian-pakaian thrift, ternyata banyak manfaat yang didapatkan dari barang tersebut. Beberapa manfaat pakaian thrift adalah:
1. Membuka peluang untuk berwirausaha
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian perindustrian, Gati Wibawaningsih mengatakan bahwa jumlah wirausahawan di Indonesia baru menyentuh angka 3% dari total populasi penduduk. Maka dari itu, Indonesia perlu untuk menambah wirausahawan baru untuk meningkatkan jumlah wirausahawan supaya dapat mendukung perkembangan ekonomi negara.Â
Adanya fenomena thrifting dapat membuka peluang untuk berwirausaha bagi para millennial. Apabila membeli pakaian thrift dalam jumlah partai besar, pakaian- pakaian tersebut dapat bisa dijual kembali sesuai dengan harga yang laku di pasaran. Â
Hal ini merupakan sesuatu yang baik karena millenial tidak perlu mengeluarkan modal yang banyak untuk biaya produksi, sehingga dapat menghemat pengeluaran untuk menghasilkan pendapatan yang besar.Â
2. Mendapatkan koleksi pakaian yang limited edition
Saat ini millenial sangat memerhatikan gaya berpakaian mereka. Millenial tidak mau memiliki pakaian yang motif atau modelnya sama dengan orang lain. Mereka  secara tidak langsung juga menginginkan pakaian yang limited edition, dengan harapan hanya mereka yang memiliki pakaian tersebut. Hal tersebut sangat cocok dengan karakteristik thrift, yaitu hanya ada satu barang dan tidak memiliki stok barang lain yang sama.Â
3. Menjadi ajang pengembangan kreativitas diri
Karakteristik thrift yang hanya ada satu barang membuat millenial harus pandai-pandai dalam mencocokkan pakaian mereka. Millenial dituntut untuk menjadi kreatif sehingga dapat memadupadankan pakaian yang dibeli, sehingga mendapatkan gaya pakaian yang matching dan sesuai dengan selera millenial.Â
4. Tampil menarik dengan budget minimalis
Pakaian thrift yang dijual pasti memiliki harga yang jauh lebih murah dari yang baru. Tidak jarang, millenial dapat memiliki pakaian bermerek dengan harga sangat murah dengan kualitas bagus.Â
Untuk membeli pakaian thrift, kita hanya perlu menyiapkan budget antara Rp 100.000 hingga Rp 200.000 saja. Dengan rentang budget tersebut, millenial dapat memiliki 3 hingga 4 potong pakaian dalam kondisi bagus dan siap pakai. Hal ini dapat membuat millenial mudah untuk tampil menarik  dan terlihat bergaya.Â
5. Membantu menyelamatkan bumi
Industri tekstil dan pakaian merupakan salah satu penyebab pencemaran lingkungan terbesar di dunia. Menurut Word Wild Life (WWF) , pembuatan satu kaos katun memerlukan setidaknya 2700 liter air. Artinya, produksi pakaian secara besar- besaran juga berkaitan dengan ketersediaan air di dunia.Â
Thrifting adalah salah satu kegiatan daur ulang yang paling mudah. Pasalnya, kegiatan daur ulang ini membuat kita tidak perlu untuk mengolah kembali barang  tersebut dan kita dapat langsung memakainya. Kegiatan ini dapat menjadi bentuk kontribusi millenial untuk menyelamatkan bumi dari penumpukan limbah tekstil yang berpotensi untuk merusak alam.Â
Gaya berpakaian saat ini dan seterusnya akan terus mengalami perkembangan, namun kita juga harus melihat juga menimbang efek samping dan manfaat dari membeli pakaian baru. Dengan adanya tren thrifting, kita tidak perlu membeli pakaian-pakaian baru untuk memenuhi gaya berpakaian.
ANNISAFITRI SEPTIANA NURIZKY
Mahasiswi UPN Veteran Yogyakarta
S1 Hubungan Masyarakat
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI