3. Akhlak dan Sikap Sosial
Akhlak adalah cerminan kepribadian Muhammadiyah yang paling utama. Kepribadian Muhammadiyah menekankan akhlak mulia atau sikap moral yang tinggi sebagai bagian dari penerapan iman dan ilmu. Dalam Islam, akhlak mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk bagaimana berinteraksi dengan sesama manusia, menjaga lingkungan, dan berperilaku sesuai dengan norma dan nilai-nilai agama.
Dalam sikap sosial, Muhammadiyah menganjurkan anggotanya untuk berperan aktif dalam kemaslahatan umat tanpa membedakan suku, ras, dan agama. Prinsip toleransi dan moderasi (wasathiyah) menjadi pedoman yang membimbing anggota Muhammadiyah dalam berinteraksi di masyarakat.
4. Etos Kerja dan Kemandirian
Salah satu ciri khas dalam kepribadian Muhammadiyah adalah etos kerja dan kemandirian. Muhammadiyah menekankan bahwa setiap anggotanya harus memiliki semangat kerja keras sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan ibadah kepada Allah. Kemandirian ini diwujudkan dalam bentuk usaha-usaha mandiri Muhammadiyah yang tidak bergantung pada bantuan pihak luar untuk menjalankan kegiatan organisasi. Sikap ini tercermin dalam berbagai usaha amal Muhammadiyah, seperti lembaga pendidikan, kesehatan, dan sosial yang dikelola secara profesional dan mandiri.
5. Sederhana dan Bersahaja
Sikap hidup sederhana menjadi bagian dari kepribadian Muhammadiyah, yang menunjukkan bahwa umat Islam seharusnya tidak terjebak pada kemewahan duniawi. Kesederhanaan dipahami sebagai upaya untuk hidup secukupnya dan tidak berlebihan, selaras dengan ajaran Islam yang mengajarkan qana'ah (puas dengan rezeki yang diberikan Allah) dan zuhud (tidak terikat pada hal-hal duniawi). Kesederhanaan dalam Muhammadiyah bukan berarti hidup dalam kekurangan, tetapi sikap untuk memanfaatkan sumber daya secara efektif dan efisien demi kebermanfaatan yang lebih luas.
6. Pembaruan (Tajdid)
Pembaruan atau tajdid menjadi karakter penting dalam kepribadian Muhammadiyah. Dalam konteks Muhammadiyah, pembaruan berarti menghidupkan kembali ajaran Islam yang murni dan menjauhi praktik-praktik yang dianggap tidak sesuai dengan syariat. Hal ini mencakup aspek pemurnian dari bid'ah (inovasi dalam ibadah yang tidak sesuai syariat), khurafat (kepercayaan tak berdasar), dan takhayul (kepercayaan pada hal-hal gaib yang menyimpang). Dengan semangat tajdid, Muhammadiyah bertujuan mengembangkan pemahaman Islam yang relevan dengan kebutuhan umat dalam menghadapi tantangan zaman.
7. Keadilan dan Kesejahteraan Sosial
Muhammadiyah mengedepankan nilai keadilan sebagai bagian dari kepribadiannya. Prinsip keadilan berarti memperjuangkan hak-hak yang sama bagi semua orang dan menentang segala bentuk tertentu. Nilai ini diwujudkan melalui program-program sosial, seperti pelayanan kesehatan, bantuan pendidikan, dan advokasi untuk kaum dhuafa (masyarakat yang membutuhkan). Dalam Muhammadiyah, kesejahteraan sosial bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga menjaga martabat dan hak asasi manusia sebagai bagian dari misi Islam rahmatan lil 'alamin.