Mohon tunggu...
ANNISA FIRDAUS DAMAYANTI
ANNISA FIRDAUS DAMAYANTI Mohon Tunggu... Mahasiswa - FRESH GRADUATE JOURNALISM

DUNIA DAN CERITANYA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Suka Duka Adaptasi Dua Kali

7 Desember 2023   23:30 Diperbarui: 7 Desember 2023   23:37 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.Indri/ Narasumber

"kaget awalnya ko bisa saling ngumpat kek gitu, ternyata emang bercadaannya kaya gitu ya disinituh" papar nadia dengan raut muka menahan ketawanya.

Nadia menambahkan, jika di daerah asalnya juga sebenarnya ada saja umpatan tapi tidak se 'brutal' disini dimana mereka bisa melontarkannya kapan saja, daerah tempat tinggal nadia masih tinggi akan sopan santunnya sehingga sekedar umpatan saja bisa dianggap tidak sopan dan menimbulkan keributan.

Memang hal lucu, disaat kita belum tau budaya orang sehingga masih terbawa suasana dari budaya sendiri, tapi yang namanya menyesuaikan diri itu pasti adalah hal yang bertahap, lama kelamaan dia mulai terbiasa dan tidak terlalu diambil hati, karena konteks mereka adalah sekedar bercandaan semata.

Sama halnya dengan yang dipaparkan oleh indri, Nadia setuju jika beradaptasi akan terasa mudah jika memiliki teman dengan latar belakang yang sama, terbukti bagi Nadia sendiri yang satu kamar dengan teman teman yang memiliki latar asal yang sama sehingga dapat mengatasi semuanya bersama sama dengan mudah. Selain itu, Nadia yang adalah seorang K-popers juga memaparkan jika dikelas yang ditempatinya sekarang dia banyak bertemu dengan teman-teman K-popers lain yang kebetulan beberapa dari mereka juga adalah 'Teume' atau 'Treasure Maker' yang membuat dirinya bisa berteman dengan mudah karena kesamaan tersebut.

Dalam kajian culture shock sendiri, ada beberapa hal yang memang bisa membuat kaget sebagian orang padahal itu adalah hal yang normal bagi sebagian yang lain. Contohnya dalam kasus Nadia ini yang menyatakan jika dirinya terkaget akan tugas di Ilmu Komunikasi Jurnalistik Untirta yang tiada hentinya, dan berbeda dengan unversitas dia sebenarnya.

"Kaget banget tugas disini banyak banget ya mana datelinenya pada mepet", ucap wanita asal Sulawesi tersebut.

Nadia juga memaparkan tumpukan tugas tersebut bukan hanya tugas dari mata kuliah yang dia ampu saja, tetapi juga dari tugas laporan Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka yang dia ikuti, jadi dia merasa lelah karena harus menyelesaikan keduanya diwaktu yang hampir bersamaan. 

Mengatasi hal hal yang cukup membuat stress tersebut juga tidak bisa diatasi seorang diri, ketika dirinya harus mampu menyelesaikan dengan cepat, bak semua tali ia raih diwaktu yang sama agar segera sampai di puncak, begitulah yang Nadia rasakan ketika harus menyelesaikan semuanya segera agar bisa menyelesaikan tugas juga kewajibannya sebagai mahasiswa pertukaran.

Hal menarik dari cerita pertukaran Nadia adalah ketika mengetahui fakta bahwa sebenarnya dirinya adalah mahasiswa semester 7 dari Program Studi Teknik Informatika. Cukup mengagetkan, ketika dirinya biasa berkutik dengan coding dan semacamnya tapi malah memilih jurnalistik dengan mainan kamera yang sama sekali belum dia explore sebelumnya. Selain itu, menurut Nadia peliputan dengan banyak kamera dan juga alat alat siaran adalah hal baru didalam hidupnya yang tidak bisa dibayangkan, ketika seorang anak teknik pada akhirnya harus turun lapangan mencari berita dan narasumber juga mempelajari peralatan studio, "menyenangkan" tambahnya.

Setelah cerita dari Indri dan Nadia, kita terbang ke Kendari yang terdapat cerita dari wanita asal Bekasi, Aleda Fanesya Maharany. Sekali loncat sampai dipulau sebrang adalah kiasan yang dirasa cocok untuk Aleda. Wanita yang sama sekali tidak pernah merantau dan jauh dari orang tua itupun pada akhirnya harus merantau dipulau sebrang untuk pertama kalinya. Dirinya mengakui bukanlah hal yang mudah ketika pengalaman pertama merantau harus langsung ketempat yang jauh, bahkan yang tidak disangka sangka adalah ke pulau Sulawesi yang tidak pernah terbayangkan bagi Aleda sebelumnya untuk merantau kesana.

Saat menginjakan kakinya di Kendari, aleda mengaku cukup terkaget dengan udaranya yang panas, walaupun daerah asalnya Bekasi juga termasuk kedalam kota dengan udara yang cukup panas, tapi panas yang dirinya rasakan di Kendari beda dengan di Bekasi. Aleda juga menambahkan jika menurut pemaparan warga sekitar udara panas tersebut dikarenakan sinar matahari yang langsung menusuk kulit karena masih jarangnya polusi di kota tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun