"Asti cuma pengen melihatmu bahagia" , lanjut Pras .
Kinan memejamkan matanya , merangkai semuanya . Mengapa selama ini Asti sulit sekali ditanyai kabar keluarga Pras . Mengapa Asti terkesan sering mengalihkan pembicaraan bila menyangkut tentang Pras . Kinan juga baru sadar , bahwa tak pernah Asti menyebut nama Pras bila dia tak menyebutnya . Semuanya jelas sekarang , hanya satu yang masih belum mendapat jawab . Mengapa Asti melakukan semua ini padanya .
Kinan menatap Pras tajam , lalu mengangkat tangannya dan meletakkannya dipipi pria itu . Pras sempat sedikit menghindar sebelum akhirnya mmilih membiarkan Kinan menyentuhnya . Wanita itu tersenyum padanya . Awalnya senyum itu tampak tulus dimata Pras , tetapi tak lama pra itu mendapati senyum itu kosong dan berubah menjadi senyum yang penuh kebencian .
"Sayang sekali......tak pernah ada yang bilang padamu ya ?" .
"Bahwa dunia begitu sempit!Terima kasih buat penjelasannya , berharaplah kamu gak akan pernah liat aku lagi" , wanita itu lalu berlalu dari hadapan Pras tanpa mnoleh kembali . Sedangkan Pras tertegun dengan semua hal yang dialaminya barusan .
***
Kinan menuju kearah pintu keluar Cito , bergegas menuju ke terminal dan pulang ke Malang . Sesampainya di kos , dia segera mengemasi semua barangnya dan keluar dari sana . Menitipkan kunci kamar kosnya pada Rani , penghuni kamar sebelah . Dia hanya mengatakan harus pindah saat itu juga dan meminta tolong Rani untuk menyampaikannya pada Ibu Kos . Tak dibiarkannya dirinya larut dalam kehancuran kali ini . Ada harga yang harus dibayar untuk semua lara hatinya selama ini , dan itu takkan mudah .
Kinan memasuki taksi yang sudah dipesannya dan menyebutkan sebuah tujuan . Lalu meraih ponselnya .
"Halo , tawaranmu masih berlaku? " , tanya Kinan langsung begitu tersambung . Kinan mendengarkan sejenak jawaban suara diseberang teleponnya .
"Baik....aku mau , tapi dengan satu syarat . Kinanti Dewi harus mati!" , ucap Kinan tegas .
**