Mohon tunggu...
Annisa Cahyawulan
Annisa Cahyawulan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta

Writing is an exploration, you start as nothing and learn as you go.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Squid Game dan Parasite, Bagaimana Jika Dipandang dengan Perspektif Ekonomi Politik?

22 November 2021   11:44 Diperbarui: 22 November 2021   12:01 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

  1. Analisis serial Squid Game dari sudut pandang ekonomi politik Marxis

Salah satu perusahaan penyedia layanan media streaming digital yaitu Netflix kembali mengahadirkan film baru berjenis drama yang berasal dari negara Korea bagian Selatan. Drama dengan konteks serial ini berjudul Squid Game yang dimana drama tersebut mampu untuk menarik perhatian bagi beberapa kalangan penjuru dunia sejak ditayangkan perdana oleh pihak Netflix pada tanggal 17 September 2021. Penayangan hari pertama drama Squid Game, netflix merilis episode langsung sebanyak delapan episode dan sudah berhasil ditonton oleh jutaan akun-akun netflix serta menjadi topik hangat di berbagai jejaring sosial khsusunya pada kawasan negara Indonesia. Bahkan, perusahaan netflix sendiri mencatat bahwa serial squid game telah menjadi drama yang paling terpopuler dengan jumlah 111 juta akun penonton hanya dalam beberapa hari sejak waktu penayangan pertama tiba yakni pada bulan September 2021 lalu.

Serial drama Korea dengan total secara keseluruhan 9 episode ini berhasil disutradarai oleh Hwang Dong-Hyuk yang juga mempunyai peran aktif sebagai penulis di drama Squid Game. Melalui serial ini, Sang sutradara menyajikan beberapa kenyataan pahit tentang kehidupan dalam paket yang begitu manis melalui alur ceritanya yang sangat menegangkan. Mempunyai peran penting sebagai penulis sekaligus sutradara pada drama Squid Game, Hwang Dong-Hyuk mengakui bahwa pada proses pembuatan alur cerita ini dilatar belakangi dengan peristiwa krisis keuangan global pada tahun 2008 serta masalah ekonomi lainnya yang menimpa negara korea selatan saat itu. Pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) yang diwakili oleh Donald Trump juga memiliki beberapa pengaruh bagi Hwang Dong-Hyuk ketika menuliskan plot cerita pada drama serial Squid Game yang telah mendunia hingga sekarang ini.

Konsep cerita Squid Game yang dimiliki oleh Hwang Dong-Hyuk dinilai tidak realistis dengan keadaan lingkungan pada saat 10 tahun lalu ketika beliau ingin menampilkan tulisannya melalui serial drama kepada publik. Mayoritas orang pada kala itu beranggapan bahwa ide cerita yang diproleh Hwang Dong-Hyuk bukanlah sebuah film maupun drama yang menghasilkan banyak uang serta beberapa masalah lainnya yang mampu dikhawatirkan oleh pihak-pihak terkait akan menurunkan peringkat maupun target penonton karena memiliki beberapa adegan kekerasan yang dinilai sangat keji. Hingga pada akhirnya, selama kurun waktu 10 tahun revisi penulisan mengenai serial drama Squid Game oleh Hwang Dong-Hyuk terus dilakukan dengan melihat perkembangan zaman yang ada. Layanan media streaming digital yaitu netflix kini telah sukses mendistribusikan serial drama Squid Game atas persetujuan penulis yang tentunya disertai karakterisitik penulisan oleh Hwang Dong-Hyuk selaku sutradara yang menyatakan bahwa terdapat sebuah tekanan lebih rendah jika dibanding dengan keadaan 10 tahun yang lalu. Maka dari itu, serial drama yang berasal dari negara korea ini berhasil untuk dipublikasikan kepada penjuru dunia melalui sarana aplikasi Netflix yang terpopuler di era 2021 sekarang ini.

Serial drama yang berasal dari kota Seoul umumnya berisikan tentang kisah masalah percintaan seseorang. Namun, serial yang telah menjadi favorit beberapa kalangan ini yaitu Squid Game telah menghadirkan kisah yang bertolak belakang dengan masalah percintaan. Melainkan, drama tersebut mempunyai alur cerita tentang sebuah permainan pada masa kecil yang sedang terpopuler di negeri ginseng kala itu. Akan tetapi, permainan ini bukanlah suatu permainan yang menyenangkan bagi yang memainkannya. Serial drama Squid Game ini mengkisahkan tentang 456 jiwa yang sedang menghadapi hutang besar untuk kemudian mereka rela bersaing dalam melakukan rangkaian permainan agar dapat memenangkan sebuah hadiah yang berupa uang tunai sebesar 40 Juta dolar AS atau senilai dengan Rp. 568.5 miliar.

Alur drama cerita ini bermulai dari perspektif sang karakter utama yaitu, Song Gi-heun yang dilanda berbagai masalah, salah satunya adalah permasalahan ekonomi. Permasalahan ekonomi itulah yang membuat beliau merasa terancam di setiap harinya karena terlilit hutang dan hal itu juga yang menyebabkan beliau untuk mengikuti alur dari permainan Squid Game. Alasan Song Gi-Heun mengikuti Squid Game nampaknya tidak jauh berbeda dengan alasan dari para peserta lain yaitu karena adanya permasalahan ekonomi. Sumber permasalahanya pun beragam dari setiap peserta, seperti halnya tuntutan kebutuhan, diskriminasi rasial, serta ada juga yang dikarenakan berjudi. Namun alasan dari para peserta Squid Game ini bukanlah suatu persoalan yang fiktif. Melainkan dalam realitanya, permasalahan ekonomi atau lebih tepatnya adalah persoalan hutang menjadi permasalahan yang paling umum terjadi di kawasan Korea Selatan.

Dalam serial Squid Game, kondisi ekonomi yang buruk membuat mereka mempunyai sifat manusia yang saling terkam. Oleh karena itu, situasi seperti ini mampu digambarkan dengan frasa homo homini lupus est yang dikemukakan oleh Thomas Hobbes yang mempunyai arti sebagai manusia adalah serigala bagi manusia lainnya. Dimana hal tersebut mempunyai makna agar manusia bisa saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu yang berupa uang. Hal ini tergambarkan dengan jelas di dalam setiap episode dari drama series Squid Game yang dimana para pemain saling bersaing dan bersikap egois demi mendapatkan hadiah berupa uang yang sudah dijanjikan. Para pemain pun bersikap saling terkam antara masing masing individu, mereka seakan tega untuk membunuh manusia lain bahkan teman nya sendiri seperti yang dilakukan Cho Sang-Woo kepada Ali dalam episode 6. Disana Cho Sang-Woo dan Ali terpaksa untuk berhadapan dalam permainan yang sama serta dipaksa untuk saling membunuh diantara mereka. Karena kedua dari mereka sangat dekat dan hal itu tentu membuat mereka terganggu secara alamiah. Namun pada akhirnya Cho Sang-Woo melakukan aksi Propaganda dengan cara menipu Ali melalui untuk berpura-pura ingin menyelamatkannya namun hal itu fiktif karena Cho Sang-Woo hanya memikirkan tentang keselamatan dirinya sendiri dan Ali yang sudah tertipu pun akhirnya berhasil terbunuh dan Cho Sang-Woo dipastikan lanjut ke permainan tahap berikutnya. Situasi dalam serial Squid Game tersebut dinamkan dengan sebutan "State of Nature" atau keadaan alamiah yang berasal pada diri manusia yang dimana manusia akan bersifat buruk dan saling menjatuhkan lawan untuk dapat bertahan hidup.

Menurut pandangan Thomas Hobbes, manusia harus bersikap sebagai "serigala bagi yang lainnya" (homo homini lupus), yang juga akan mendorong terjadinya "perang semua melawan semua" (bellum omnium contra omnes). Jika berkaca dalam series Squid Game disini terlihat bahwa para pemain khususnya Jang Deok-Soo mempunyai pandangan sikap yang sesuai dengan statement Thomas Hobbes. Hal itu dibuktikan melalui perilaku Jang Deok-Soo yang telah secara langsung untuk melaporkan adanya pembunuhan disaat permainan belum dimainkan guna mempercepat alur permainan serta mendapatkan hadiah yang sudah dijanjikan. Sikap dari Jang Deok-Soo itulah yang mempresentasikan homo homini lupus atau serigala bagi yang lainya. Selain itu, statement yang dikemukakan oleh Thomas Hobbes juga memiliki keterkaitan dalam serial squid game ini melalui dengan adanya kontrak sosial dari permainan tersebut dimana terdapat 3 pasal yang dibacakan sebelum permainan pertama dimulai diantaranya yaitu Pasal 1, pemain tidak boleh berhenti bermain. Pasal 2, pemain yang menolak bermain akan dieliminasi. Pasal 3, permainan akan dihentikan jika mayoritas peserta setuju. Diluar perjanjian tersebut terlihat bagaimana para penyelenggara yang diketuai oleh Frontman serta didukung oleh orang-orang kaya bertopeng atau yang disebut dengan para VIP telah melakukan sebuah perjanjian tidak tertulis yang berarti mereka sebagai penyelenggara dapat melakukan apa saja yang mereka inginkan bahkan bisa dengan sesuka hati untuk membunuh para peserta yang gagal dalam permainan lalu terdapat juga yang di jual organ tubuhnya dengan secara ilegal. Hal tersebut telah membuat para peserta Squid Game terpaksa untuk patuh dan takut terhadap aturan yang telah dijalankan oleh pihak penyelenggara yang bersifat otoriter. Sikap otoriter yang dilakukan oleh para penyelenggara nampak saat ketika mereka mempunyai kontrol penuh terhadap bagaimana jalannya permainan dan seakan-akan dengan mudah mengancam para pemain dengan aturan yang sudah disebutkan sejak awal permainan tersebut. Alih-alih melindungi hak dan kebebasan para peserta, kini pihak penyelenggara justru bertindak sesuka hati bahkan sampai membunuh peserta yang telah melanggar perjanjian.

Namun saat permainan berakhir, tampaknya sang karakter utama yang bernama Song Gi-heun tidak merasa puas ataupun bahagia bahkan beliau memutuskan untuk tidak menggunakan uang yang sudah diperjuangankan secara mati-matian. Terutama setelah menghetahui bahwa Oh Il-Nam merupakan dalang dari permainan yang kejam ini hal tersebut membuat Song Gi-heun tambah geram dan hanya menganggap dirinya sebagai kuda pacuan bagi orang-orang kaya. Dalang dari permainan tersebut mengakui bahwa ia telah mendonasikan dananya demi permainan Squid Game yang telah berlangsung sekian lama. Hal Ini dibuktikan bahwa para kaum elit ingin hidup bahagia dan sejahtera dengan melalui cara membenturkan orang-orang yang terdapat pada kelas bawah. Mereka semua menikmati alur permainan tersebut, karena bahwasanya banyak masyarakat kelas bawah yang melakukan permainan ini dengan melalui cara membunuh satu sama lain demi memuaskan jiwanya. Dalam serial ini, uang lah yang menjadi agen perebutan serta masyarakat kelas bawah berlomba-lomba untuk dapat mengikuti permainan yang mematikan ini guna mendapatkan hadiah berupa uang yang tidak sebanding dengan nyawa mereka. Meski film ini bergenre thriller dewasa dan terkesan kejam, namun terdapat sebuah filsafat di dalam alur ceritanya yakni, sejumlah uang yang berlimpah tidak mampu untuk membeli kesenangan.

Berdasarkan konsep cerita yang telah dibuat sekian lama oleh sang sutradara bernama Hwang Dong-hyuk tentunya mempunyai alur tujuan yang cukup jelas yakni untuk memberikan sebuah cerminan kesulitan ekonomi kepada penonton melalui dengan menayangkan drama serial Squid Game. Karena bahwasannya, permasalahan ekonomi merupakan suatu hal yang lumrah untuk dialami oleh setiap manusia. Hal tersebut dibuktikan bahwa prospek ekonomi yang suram mampu untuk menjadikan pusat kesengsaraan masyarakat khususnya pada kawasan Korea Selatan. Oleh karena itu, alur cerita yang telah disajikan oleh Hwang Dong-hyuk menampilkan tentang sebuah permainan klasik perihal ekonomi yang diselenggarakan oleh sekelompok elit. Karena pada dasarnya, kelompok elit telah mempunyai kestabilan dana serta kekuasaan di bidang ekonomi sehingga mereka mampu untuk menguasai alur dari permainan tersebut.

Dengan demikian, drama serial arahan Hwang Dong-hyuk yang berjudul Squid Game mengikuti pendekatan dengan ekonomi marxis melalui alur ceritanya. Ekonomi politik marxis menunjukkan bahwa kapitalisme sebagai sistem eksploitasi kelas dan memperlakukan kelas sosial sebagai pelaku ekonomi utama. Konflik kelas yang tidak dapat didamaikan ini telah menanamkan ciri kapitalisme dengan ketidakstabilan yang melekat dan pada akhirnya berakhir fatal. Hal itu dibuktikan ketika kelompok elit memiliki kekuasaan penuh terhadap alur permainan tersebut tanpa diadakannya perjanjian tertulis oleh kedua belah pihak. Sehingga kepentingan-kepentingan elit yang bersifat ideologis dijunjung tinggi oleh para pemain melalui pelaksanaan Squid Game yang sesuai dengan konsep ekonomi marxis. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan konsep ekonomi marxis mampu untuk menimbulkan masalah yang melibatkan individu kelas bawah untuk dapat terhubung oleh kepentingan individu kelas atas terhadap tatanan sosial yang sudah sebelumnya mereka rencanakan.

  1. Analisis film Parasite dari sudut pandang ekonomi politik Marxis

Parasite adalah film  yang  dibintangi Song Kangho, Lee Sunkyun, Cho Yeojeong, Choi Wooshik dan Park Sodam) Film ini ditayangkan perdana di Festival Film Cannes ke-72 pada 21 Mei 2019,  menjadi film Korea  pertama yang memenangkan Palme d'Or dan yang pertama  menang dengan suara bulat setelah Blue Is the Warmest Color pada tahun 2013. Film ini kemudian dirilis di Korea  oleh CJ Entertainment pada hari yang sama, 30 Mei 2019. Film ini menerima ulasan yang sangat positif  dan sering dianggap sebagai salah satu Film Korea  terbaik dari sepanjang masa, selain menjadi salah satu film terbaik pada satu dekade terakhir. Dengan pendapatan lebih dari $ 160 juta  di seluruh dunia, film ini juga merupakan salah satu film paling sukses secara komersial di Korea.  Jadi bagaimana kisah Parasite disajikan?

Kim Kitaek (Song Kangho) tinggal bersama istrinya Park Chungsuk (Jang Hyejin), putra Kim Kiwoo (Choi Wooshik) dan putrinya Kim Kijeong (Park SoDam) di sebuah banjiha, sebuah apartemen kecil semi bawah tanah yang  kumuh. Pekerjaan sehari-hari mereka adalah melipat kotak pizza dengan penghasilan yang sangat sedikit dan sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Suatu hari, KiWoo menerima tawaran temannya, Minhyuk (Park Seojoon), untuk mengambil pekerjaan sebagai guru  privat bahasa Inggris untuk Park Dahye (Jung Jiso), putri dari keluarga kaya, Park Dongik (Lee Sunkyun). . ) dan istrinya. Choi Yeongyo (Jo Yeojeong) serta saudara laki-laki Park Dasong (Jung Hyunjoon), karena ia berniat untuk belajar di luar negeri. Minhyuk juga memberikan "batu keberuntungan".

 Perlahanlahan, keluarga Kim berusaha agar satu per satu anggota keluarga mereka dapat bekerja di keluarga Park, dengan saling menganjurkan satu sama lain dan berbohong sebagai penyedia jasa profesional yang saling tidak kenal. Kiwoo menjadi guru les (yang mereka panggil "Kevin") dan diamdiam memulai hubungan romantis dengan Dahye. Ketika Yeongyo berniat mencarikan guru dan terapis seni untuk Dasong, Kiwoo memanfaatkan kesempatan ini dengan menyarankan seorang "profesional" bernama Jessica yang berasal dari Chicago, Illinois, Amerika Serikat, yang ternyata justru Kijeong saudarinya sendiri. Kijeong kemudian memfitnah sopir keluarga Park dengan meletakkan celana dalamnya di dalam mobil milik keluarga Park. Dongik mengusir sopir itu dan menggantinya dengan seorang mantan sopir valet yang ternyata Kitaek. Dan untuk terakhir kalinya, Kitaek bersekongkol dengan kedua anaknya untuk mengelabui ibunya, Chungsuk agar bekerja sebagai pembantu rumah tangga,  mencoba mengusir pembantu mereka saat ini, Mungwang (Lee Jungeun), menderita TBC dengan memanfaatkan alerginya terhadap memancing. . Suatu hari, keluarga Park berkemah selama sehari semalam sebagai hadiah untuk ulang tahun Dasong. Keluarga Kim  menikmati fasilitas mewah dan rumah. Sore harinya, saat hujan deras, Mungwang tiba-tiba meminta izin untuk masuk ke dalam rumah karena ingin mengambil sesuatu dari basement. Saat  keluarga itu bersembunyi, Chungsuk membiarkan Mungwang masuk. Tiba-tiba, Mungwang menunjukkan sebuah bunker tempat suaminya Geunse (Park Myunghoon) bersembunyi selama empat tahun untuk menghindari jebakan rentenir. Ketika Chungsuk mengancam akan memanggil polisi, kebohongan keluarga Kim tanpa sadar terungkap. Tanpa pikir panjang, Mungwang memanfaatkan kesempatan itu dengan merekamnya dan mengancam akan mengirim kaset itu ke keluarga Park. Mungwang dan Geunse "sandera" untuk mereka. Tapi ketika Mungwang dan Geunse tertangkap basah, Kim berusaha merebut ponsel darinya dan terlibat perkelahian di ruang tamu. Keluarga Kim akhirnya mendapatkan telepon mereka.

Karena hujan lebat, keluarga Park tiba-tiba membatalkan liburan mereka dan menelepon Chungsuk.  Kim menahan Mungwang dan Geunse di bunker, membersihkan ruang tamu dan kemudian bersembunyi, sementara Chungsuk sibuk memasak ramyeon atas permintaan Yeongyo. Ketika Mungwang mencoba bersembunyi di ruang tamu, Chungsuk mendorongnya menjauh dan Mungwang terjatuh. Kepala Mungwang membentur dinding dan mengalami gegar otak. Saat Chungsuk menghidangkan makanannya, Yeongyo menceritakan pengalaman traumatis Dasong  beberapa tahun lalu ketika melihat sosok yang dikira hantu yang sebenarnya  Geunse  keluar dari bunker. Saat anggota keluarga Kim lainnya bersembunyi di bawah meja, Dongik mengeluh tentang bau badan Kitaek kepada istrinya.

Menikmati tidur Dongik dan istrinya, Kitaek, Kijeong dan Kiwoo meninggalkan rumah dan berlari menuju rumah mereka. Mereka menemukan bahwa lingkungan  mereka kebanjiran, apartemen mereka tercekik setinggi dada, dan segera berusaha menyelamatkan apa yang masih bisa diselamatkan. Kiwoo membawa "batu keberuntungan" ke arena olahraga  di mana warga yang terkena dampak banjir dievakuasi. Sementara itu, Moonkwang meninggal karena gegar otak, Geunsae menangis.

 Keesokan harinya, Yeongyo mengadakan pesta ulang tahun untuk Dasong. Dia mengundang semua Kijeong dan Kiwoo, sementara Kitaek dan Chungsuk diundang untuk datang  bekerja. Kiwoo membawa batu itu kembali ke bunker. Geunsae menyergap Kiwoo dan memukul kepalanya dengan batu, lalu melarikan diri. Mencoba membalas  kematian istrinya Moongwang, dia mengambil pisau dapur dan menikam Kijeong di hadapan para tamu yang berteriak di pesta itu. Dasong mengalami kejang karena trauma setelah melihat Geunsae, sementara Kitaek berlari untuk menghentikan pendarahan Kijeong, Dongik berteriak  untuk membawa Dasong ke rumah sakit. Namun, Kitaek melempar kunci mobil dan mereka terjebak di bawah pertempuran Chungseok dan Geunsae, tepat sebelum Chungseok membunuh Geunsae dengan pisau. Dalam semua kekacauan itu, Kitaek yang memendam kemarahan atas perilaku Dongik terhadapnya dan reaksi Dongik menyatakan jijik setelah mencium bau badan Geunse saat mengambil kunci mobil, mengambil pisau dan menusuk Dongik hingga tewas, lalu melarikan diri.

 Beberapa minggu kemudian, Kiwoo bangun dari koma. Kiwoo dan ibunya dihukum karena penipuan dan ditempatkan dalam masa percobaan, sementara Kijeong meninggal dan Kitaek menghilang. Kiwoo terus memburu rumah keluarga Park yang sekarang telah dijual kepada keluarga  Jerman dan melihat kode Morse dari lampu yang berkedip diterjemahkan sebagai pesan. Pesan itu datang dari Kitaek, yang saat ini bersembunyi di bunker. Kitaek menguburkan mayat Mungwang di taman. Kiwoo menulis surat kepada ayahnya, yang berjanji bahwa suatu hari dia akan mendapatkan cukup uang  untuk membeli rumah sambil menyatukan kembali keluarga yang tersisa. Film berakhir dengan Kiwoo dan Chungseok  masih tinggal di banjiha,  seperti adegan pertama di film.

Lalu bagaimana film Parasite dari sudut pandang ekonomi politik?

Film Parasite ini merupakan sebuah sindiran terhadap pemerintahan yang dalam mengambilan kebijakannya masih belum menghadirkan keadilan dalam kehidupan masyarakat. Di dalam film, bentuk bentuk ketidakadilan diwakilkan dengan bentuk kesenjangan sosial, perbedaan kelas sosial, dan juga kapitalis.

Dalam perspektif pendekatan ekonomi politik Marxis, kapitalisme digambarkan sebagai sebuah sistem eksploitasi kelas dan memperlakukan kelas sosial sebagai kunci dari pelaku ekonomi. Karl Marx percaya bahwa masyarakat kapitalis terbagi menjadi dua kelas besar, yaitu borjuis atau pemilik kekayaan produktif dan proletar atau yang hidup dengan menjual tenaga kerja mereka. Kondisi ini terpotret melalui dua keluarga yang memiliki perbedaan status sosial yang sangat ekstrem, keluarga Park yang berlatar belakang keluarga elit dengan keluarga Kim yang merupakan keluarga kelas buruh rendahan.

Keluarga Park bertempat tinggal di sebuah rumah kawasan yang elit dimana segala sesuatunya dapat dipastikan berkualitas, bersih, dan juga terawat. Lain halnya dengan keluarga Kim, mereka bertempat tinggal di  sebuah semi-basemen yang lingkungannya kumuh, sempit, lembab, dan tidak layak untuk dijadikan sebuah hunian. Bahkan dalam sebuah adegan, ditunjukkan kenampakkan anak dari keluarga Kim, yaitu Ki Woo dan Ki Jung sedang duduk di atas bilik air yang posisinya lebih tinggi dari lantai kamar mandi milik mereka sembari mencari jaringan wifi. Di Korea sendiri, penyewaan tempat tinggal sejenis semi-basemen banyak dihuni oleh orang-orang yang berasal dari ekonomi rendah sebab ini merupakan pilihan yang terjangkau dibandingkan harus membeli tanah semakin hari semakin meningkat harganya. Kesenjangan tempat tinggal tersebut semakin mempertegas perbedaan tingkatan kelas yang ada antara keluarga Park dan keluarga Kim.

Cerita mulai berjalan dengan Ki Woo, anak lelaki dari keluarga Kim yang ditawari sebuah pekerjaan sebagai guru les privat bahasa Inggris seorang siswa SMA  berlatar belakang keluarga kaya raya. Ki Woo datang ke kediaman keluarga Park berbekal sebuah ijazah palsu yang dibuat oleh adiknya, Ki Jung. Dari sini muncul ide penipuan berantai satu keluarga Kim terhadap keluarga Park. Dimulai dari Ki Woo merekomendasikan Ki Jung untuk menjadi guru terapi seni anak lelaki keluarga Park hingga akhirnya ayah dan ibu dari keluarga Kim juga dapat bekerja kepada Keluarga Park.

Kondisi ekonomi masing-masing keluarga baik keluarga Park maupun keluarga Kim tersampaikan melalui potongan-potongan adegan. Keluarga Park digambarkan sebagai keluarga kaya, terlihat dari interior rumah dua lantai yang sangat mewah, kemudahan dalam memenuhi kebutuhan sehari hari, bahkan mereka juga dapat bersenang-senang dengan bertamasya dan berpesta.  Situasi yang kontras secara gamblang ditampilkan dengan kondisi ekonomi keluarga Kim yang tak punya pekerjaan, tak mampu melanjutkan pendidikan, rumah yang mereka tempati pun bukan sebuah tempat tinggal yang ideal terlihat dari adegan dimana mereka pasrah menerima fogging sebagai solusi membunuh serangga yang berkeliaran di rumah mereka secara gratis dan juga saat rumah mereka yang ada di bawah terendam banjir sehingga mereka terpaksa harus mengungsi di sebuah gym.

Dalam salah satu adegan memperlihatkan dimana ayah keluarga Kim sedang menyetir bersama Istri keluarga Park setelah berbelanja kebutuhan untuk pesta ulang tahun anak lelaki keluarga Park. Dalam percakapan telepon, Istri keluarga Park mengungkapkan dengan raut bahagia bahwa hari ini sangat cerah dan baik berkat hujan yang selamalan mengguyur kota. Padahal, akibat dari hujan semalaman tersebut rumah keluarga Kim jadi terendam dan terpaksa mereka harus mengungsi ke lain tempat. Jika dikaitkan dengan sistem kapitalisme, hal ini memperlihatkan ketidakpedulian orang kaya terhadap penderitaan orang miskin, mereka menikmati suatu hal yang menyenangkan bagi mereka namun di sisi lain menjadi belati yang mematikan bagi orang miskin.

Film Parasite juga menggambarkan tentang konflik antar kelas bawah. Hal ini terlihat pada keluarga Kim dan mantan asisten rumah tangga keluarga Park. Dalam ceritanya, dua keluarga ini berlomba untuk dapat mempertahankan pekerjaan mereka. Mantan asisten rumah tangga keluarga Park yang tahu akan rahasia penipuan berantai keluarga Kim berusaha kuat untuk dapat membocorkan perkara kebohongan tersebut kepada keluarga Park, namun usaha tersebut gagal karena keluarga Kim berhasil mengembalikan mantan asisten rumah tangga keluarga Park dengan suaminya kembali ke dalam ruang bawah tanah. Motif dari perlombaan mantan ART keluarga Park dengan keluarga Kim adalah untuk mempertahankan hidupnya. Sementara itu, jika ditilik secara lanjut konflik perebutan yang terjadi oleh dua kelompok tersebut tidak sama sekali mempengaruhi ataupun memberi dampak kepada kaum kelas atas, yang dalam hal ini merupakan keluarga Park.

Pada akhir cerita dimana Ki Woo mengatakan bahwa suatu saat ia akan menjadi kaya raya dan membeli rumah bekas peninggalan keluarga Park, walaupun tidak ditunjukkan dalam sebuah adegan Sutradara dari film Parasite menyebutkan bahwasannya setiap orang tahu bahwa Ki Woo tidak akan pernah dapat membeli rumah tersebut. Ini membuktikan bahwa sangat sulit bagi masyarakat kelas bawah untuk merangkak naik dalam hierarki sosial dan mengubah status sosial yang dimilikinya menjadi kelas atas. Realitas yang ada dalam film Parasite bukanlah sebuah hal yang baru dan hanya terjadi di Korea, melainkan ada di seluruh belahan dunia. Penggambaran kesenjangan sosial yang ada dalam kedua keluarga tersebut menyadarkan kita bahwa sistem ekonomi yang sampai saat ini berlaku masih mengalami masalah yang serius. Pemerintah dinilai belum mampu membuat kebijakan yang dapat digunakan sebagai solusi perataan kesejahteraan dan penyamarataan kelas sosial yang ada dalam masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun