Cerita seorang anak yang bernama Ani. Sebuah pengalaman yang tidak akan terlupakan baginya sampai kapanpun
Suatu ketika Ani terpilih menjadi duta untuk tingkat SLTP. Awalnya Ani senang, karena ia baru perdana mengikuti lomba ini. Cerita nya dimulai dari diskusi antara inti organisasi PIK-R di sekolahnya. Pembimbing nya mengatakan,"Apakah Ani bisa ikut lomba ini"?
Kemudian Ani tidak ingin menolak dan menerima tawaran tersebut. Ani hanya bersikap biasa saja sebelum juknis apa saja yang akan ia siapkan.
Juknis nya pun di sampaikan satu persatu oleh pembimbing nya. Ani menerima nya.
Awal dari pengalaman Ani dimulai dari syarat pendaftaran tersebut. Syarat nya harus membuat sebuah tulisan mengenai remaja bermakna, dan program kerja agar bisa di presentasikan. Sejujurnya Ani sangat tidak bisa untuk merangkai kata yang begitu banyak itu.
Sejak itu Ani merasa sangat khawatir dan stres. Dia ingin menangis cuman karena malu tetap ia tahan dalam hati yang paling dalam. Apapun yang ia kerjakan dan lakukan tidak ada semangat yang membara . Ani adalah orang yang ceria, karena lomba ini Ani merasa sedikit pusing dan hampir putus asa.
Walaupun syaratnya sudah selesai namun masih ada kekhawatiran yang lengket di dalam kepalanya, KARANTINA. Ani adalah anak yang sulit untuk berpisah dengan orang tuanya. Hanya karena lomba ini Ani mengedepankan untuk ikut ini dan menginap di rumah temannya. Namun ternyata tidur di rumah teman sangat menyenangkan.
Hari pertama karantina. Banyak sekali yang Ani alami dengan temannya. Cara berpakaian, berbicara, duduk, di atur semua. Ani yang nyaris jarang untuk memakai jilbab hanya dileher, harus ia lakukan seperti itu. Hari pertama ini Ani dan temannya salah pakai jilbab. Ia memakai jilbab pashmina, sedangkan yang di perintahkan jilbab segiempat.
Tujuan nya agar dada mya tertutup sebagaimana apa yang telah ia pelajari di sekolah yang dicintainya. Ani merasa sangat cemas dan sedikit kecewa dengan lingkungan itu. Kemudian dengan sangat panik, Ani dan temannya pergi ke rumah tetangga yang dekat sana untuk menanya. Ternyata, jilbab hitam itu tidak ada. Dengan berat hati Ani dan temanya pulang untuk tukar jilbab. Ani sempat berpikir kalau soal menang atau tidak menang sudah bodo amat. Intinya Ani sangat kecewa dengan kejadian itu.
Setelah beberapa menit, Ani pun tiba di lokasi karantina tersebut. Dengan wajah datar ia menduduki tempat duduknya di paling belakang. Dia berkata lagi, kenapa harus orang pendek di belakang? Kenapa bukan orang tinggi saja. Ani semakin badmood. Namun selang waktu beberapa lama, Ani mulai menerima dan menikmatinya dengan senang hati.
Apapun pertanyaan yang diberikan oleh pemateri Ani jawab dengan lantang. Ani tetap bersemangat walaupun ia duduk paling belakang.
Setelah selesai pembekalan materi, Ani pergi ke mushalaa untuk shalat. Usai shalat berakhir semua peserta pun mengikuti latihan dance untuk acara puncak besok. Ani merasa senang dan bahagia jika persolan dance dan sebagainya.
Hari kedua karantina pun tiba. Ini adalah hari penting bagi Ani, yaitu PENILAIAN. Ani merasa bersemangat dengan itu, namun pada saat posko ketiga Ani salah menjawab karena jyri yang menilai sangat seram. Ia sedikit takut dan akhirnya salah bicara. Ani sangat sedih dan merasa pesimis duluan. Apakah saya bisa berhasil masuk final?
Kemudian Ani memikirkan untuk hari besoknya saja. Awarding, ini adalah hari puncak dari perlombaan ini. Dua hari di karantina, inilah hari yang ditunggu tunggu, mulai dari opening dance, opening number, sampai ke speech dan lain lain. Waktu grand final Ani Alhamdulillah masuk top 10. Namun ketika berjuang pada top 10 ia kalah. Ia menangis sejadi-jadinya hingga make-up nya pun luntur. Ketiga teman nya lolos untuk top 10 menuju top 5 sedangkan ia tidak. Ia merasa sangat frustasi. Apa yang akan di ia jawab pada orang tuanya nya nanti?
Ani sangat sedih, kemudian ketiga temannya menghiburnya hingga ia mulai tenang. Akhirnya dari kejadian Ani merasa sedikit tenang dan ingin sekali melupakan kejadian itu.
Kemudian lama kelamaan Ani berangsur- angsur melupakan kenangan buruk itu. Di jam terakhir yaitu perpisahan dengan kakak-kakak pembimbing itu. Seketika Ani merasa sedih ketika akan berpisah dengan seorang kakak yang sudah dekat dengan nya. Mengapa di penghujung acara dia mulai merasa sedih ketika tidak akan bertemu dengan kakak itu.
Ani akan terus mengingat kenangan yang sangat amat bahagia itu. Walaupun ia tidak menang tapi kenangan tak akan terlupakan, begitupun dengan kenangan buruknya.
Maka hikmah yang dapat di ambil adalah jangan berlarut larut pada kesedihan yang nanti nya akan berbahaya juga pada diri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H