Mohon tunggu...
annisaalifatul
annisaalifatul Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

suka mendengar musik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Krisis Minat Baca: Gadget jadi Tantangan Baru Dunia Literasi

21 Desember 2024   12:04 Diperbarui: 21 Desember 2024   12:05 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Penggunaan gadget yang berlebihan di era teknologi saat ini adalah kendala terbesar dalam

menumbuhkan minat membaca anak-anak. Telefon genggam, yang pertama kali diciptakan oleh Martin

Cooper pada tahun 1973 sebagai alat komunikasi dua arah, telah berkembang menjadi perangkat yang sangat

penting bagi kehidupan manusia yang dapat melakukan banyak hal. Banyak fitur gadget ini yang mungkin

menarik anak-anak, seperti game, media sosial, dan hiburan digital. Namun, mereka juga dapat berdampak

buruk. Sebaliknya, perangkat telah menjadi bagian integral dari kehidupan seseorang. Namun benda-benda

kecil ini dapat mempengaruhi karakter, kecerdasan verbal, dan perilaku seorang remaja. Anak-anak yang

kecanduan perangkat elektronik mengalami penurunan fokus dan kemampuan literasi.

Misalnya, siswa sering berpikir untuk bermain game atau mengakses media sosial saat belajar,

sehingga mengganggu perhatian mereka pada pelajaran. Selain itu, literasi anak masih menjadi masalah bagi

sekolah. Banyak siswa menganggap membaca sebagai tugas yang sulit dan cenderung menghindarinya karena

identik dengan membaca teks pelajaran yang panjang. Hal ini lebih terasa di sekolah dengan literasi rendah, di

mana siswa sering kesulitan memahami bacaan. Selain itu, pojok baca di kelas dan perpustakaan sekolah

seringkali tidak menarik karena buku tidak selalu diperbarui dan tidak memiliki variasi buku yang sesuai

dengan usia anak.

Seorang praktisi pendidikan, mengatakan bahwa guru sering memberikan tugas membaca tanpa

memberikan kritik yang jelas. Selain itu, kemampuan literasi umum anak tidak segera meningkat dengan

literasi digital yang kian berkembang. Mereka harus dapat membaca, memahami, dan menyaring informasi

yang benar agar anak-anak tidak terjebak dalam konten palsu di internet. Untuk mengatasi masalah ini, peran

orang tua, guru, dan lingkungan sekitar sangatlah penting. Orang tua diharapkan tidak langsung melarang

anak-anak menggunakan perangkat elektronik, tetapi membantu mereka dengan bermain dan secara bertahap

memberikan buku yang sesuai dengan usia mereka. Selain itu, guru harus memberikan umpan balik yang

membangun kepada siswa dan menciptakan lingkungan yang lebih menyenangkan untuk membaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun