Penggunaan gadget yang berlebihan di era teknologi saat ini adalah kendala terbesar dalam
menumbuhkan minat membaca anak-anak. Telefon genggam, yang pertama kali diciptakan oleh Martin
Cooper pada tahun 1973 sebagai alat komunikasi dua arah, telah berkembang menjadi perangkat yang sangat
penting bagi kehidupan manusia yang dapat melakukan banyak hal. Banyak fitur gadget ini yang mungkin
menarik anak-anak, seperti game, media sosial, dan hiburan digital. Namun, mereka juga dapat berdampak
buruk. Sebaliknya, perangkat telah menjadi bagian integral dari kehidupan seseorang. Namun benda-benda
kecil ini dapat mempengaruhi karakter, kecerdasan verbal, dan perilaku seorang remaja. Anak-anak yang
kecanduan perangkat elektronik mengalami penurunan fokus dan kemampuan literasi.
Misalnya, siswa sering berpikir untuk bermain game atau mengakses media sosial saat belajar,
sehingga mengganggu perhatian mereka pada pelajaran. Selain itu, literasi anak masih menjadi masalah bagi
sekolah. Banyak siswa menganggap membaca sebagai tugas yang sulit dan cenderung menghindarinya karena
identik dengan membaca teks pelajaran yang panjang. Hal ini lebih terasa di sekolah dengan literasi rendah, di
mana siswa sering kesulitan memahami bacaan. Selain itu, pojok baca di kelas dan perpustakaan sekolah
seringkali tidak menarik karena buku tidak selalu diperbarui dan tidak memiliki variasi buku yang sesuai
dengan usia anak.
Seorang praktisi pendidikan, mengatakan bahwa guru sering memberikan tugas membaca tanpa
memberikan kritik yang jelas. Selain itu, kemampuan literasi umum anak tidak segera meningkat dengan
literasi digital yang kian berkembang. Mereka harus dapat membaca, memahami, dan menyaring informasi
yang benar agar anak-anak tidak terjebak dalam konten palsu di internet. Untuk mengatasi masalah ini, peran
orang tua, guru, dan lingkungan sekitar sangatlah penting. Orang tua diharapkan tidak langsung melarang
anak-anak menggunakan perangkat elektronik, tetapi membantu mereka dengan bermain dan secara bertahap
memberikan buku yang sesuai dengan usia mereka. Selain itu, guru harus memberikan umpan balik yang
membangun kepada siswa dan menciptakan lingkungan yang lebih menyenangkan untuk membaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H