[caption id="attachment_100862" align="aligncenter" width="300" caption="(google.co.id)"][/caption]
Telah banyak jejakmu yang tertinggal
Di sudut-sudut remang hati
Meski singkat
Kau tebarkan pesona, bukan persona
Kuyakin itu
Entah keyakinan darimana...aku tak tahu
Mungkin dari Ilahi
Meski kau sendiri bukanlah hadiah dari Ilahi untukku
Santun sikapmu Bijak katamu Bersahaja lakumu Melayangkan harap untuk segera bersua Menyulam mimpi tentang cinta di tepi dermaga Cinta yang sederhana saja Tak perlu kembang dan sajak-sajak pujangga
Tumbuhkan harap
Ingin selalu tautkan hati dalam romansa
Seiring dalam perjalanan menuju SurgaNya
Bagai lelaki dan perempuan yang menyatu
Bersama dalam kisaran waktu
Saat ini, esok, dan seterusnya
Perlahan, kenyataan yang datang dengan pasti Bawa serta gulana Menyekat ruang hati Membelenggunya, terpisah dari mimpi-mimpi Samarkan suara hati, samarkan alunan surgawi Sejenak, diri termangu Akankah genderang mimpi terus bertalu?
Coba abaikan harap
Waktu terus melaju di bahteraNya
Terkadang tenang, namun tak jarang dilamun ombak
Agar damai hati
yang terjejak di sudut-sudut hati
Tak lama, hanya sesaat saja
Sekedar menikmati lagi senandung cinta
Namun rasa tetaplah gelora Dia merayap diam-diam dalam balutan cinta Membahana, menelusuri labirin jiwa Untuk kemudian perlahan merenggut luka
Tersadar kini...
Cintaku dan cintamu adalah CintaNya
Melebur, ruah di sajadah
Jiwa terjerembab pasrah
Ikhlaskan mimpi yang selama ini menggelisah
Inilah jawaban dan keajaiban
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H