Mohon tunggu...
Febrina AnnisaDewi
Febrina AnnisaDewi Mohon Tunggu... Lainnya - Annisa

ANNISA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saat Sang Rembulan Datang Menyapa

25 Agustus 2021   23:28 Diperbarui: 25 Agustus 2021   23:49 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Ayo siapa yang tau siapa Nabi yang terakhir diutus Allah? Masih inget ngak? ” Nabi Muhammmad SAW sorak anak Panti. Pintar… Arfan memberi pujian kepada mereka. Lalu ,Arfan menjelaskan semua tentang Nabi Muhammad SAW kepada mereka. “Jadi, kita harus seperti Nabi Muhammad SAW. Kita harus sabar dan tabah menghadapi semua cobaan. Seperti Nabi Muhammad SAW yang selalu sabar meenghadapi siksaan dan celaan kaum quraisy saat berdakwah. Tapi Nabi Muhammad tak putus asa dan tak pernah dendam dengan mereka. Justru Nabi Muhammad mendoakan mereka yang baik”. Salah satu dari mereka pun berkata, “Wah kalau gitu aku mau seperti Nabi Muhammad deh Kak”.

Tak terasa sinar matahari sudah menyepi. Menghadirkan sinar senja di langit semesta. Yang membuat semua orang terpesona denganya. Ia mengajarkan keindahan tak harus datang diawal. Lalu Arfan pun pulang karena sudah sore. Di tengah perjalanan ia mendapati seorang Bapak- bapak yang dirampok. Bapak itu pun bersorak minta tolong. Arfan langsung menolong Bapak itu dan mengejar pelakunya.

Lalu, Arfan pun mengembalikan barang milik Bapak tersebut. “Pak ini barang Bapak.” Bapak itu pun berterima kasih. “Terima kasih banyak ya Nak. Kalau tidak ada kamu saya tidak tau harus gimana. Oh ya ini ada sedikit uang untuk kamu mudah-mudahan bermanfaat. Tapi Arfan menolak uang yang diberikan Bapak itu. “Tidak usah Pak saya ikhlas kok Pak”.

“Oh ya nama kamu siapa?. Tanya Bapak itu. “Nama saya Arfan Pak”. Jawab Arfan. “Oh Arfan. Terima kasih banyak ya Arfan. Perkenalkan saya Hisyam. Kamu jualan apa?. Bapak itu kembali bertanya. Arfan menjawab pertanyaan Bapak itu, “saya jualan kue Pak”. “Boleh saya coba?”. Kata Pak Hasyim. “Oh boleh Pak. Silahkan Pak”.

Pak Hasyim pun mencoba kue buatan Arfan. “Wah Arfan enak sekali kuenya. Ini kamu yang buat sendiri?. Saya suka banget. Kamu mau ngak kerja di toko saya kebetulan saya punya toko roti. Kamu mau ngak jadi koki di tempat saya”. Arfan pun terkejut, “Iya Pak itu kuenya saya yang buat. Alhamdulillah kalau Bapak suka. Jadi koki di tempat Bapak, Beneran Pak?

“Iya Arfan, kamu mau kan. Lagian kamu kan udah nolongin saya. Anggap aja ini sebagai permintaan terima kasih saya. Saya mohon jangan ditolak ya. Kalau kamu kerj adi tempat saya pasti semua orang suka dengan kue buatan kamu”. Arfan pun senang sekali, “Iya pak saya mau. Terima kasih banyak pak”. “Ya sudah ini alamat toko saya besok kamu jangan lupa datang ya. Kalau begitu saya pamit dulu”.

“Ya pak insyaallah saya datang”. Arfan pun bersyukur sekali. Ternyata setelah melihat alamatnya Arfan terkejut. Ternyata toko tempat ia bekerja esok adalh toko yang selama ini diimpikanya. Lalu, Arfan pun duduk di sebuah kursi. Berbeda dari biasanya Arfan sangat senang. Ia pun tersenyum melihat Rembulan. “Rembulan terima kasih telah menjadi sahabatku selama ini. Telah mendengarkan semua cerita. Hari ini aku sangat senang wahai Rembulan. Apakah kau juga bahagia disana melihatku?. Darimu aku belajar arti kata sabar. Walau kadang orang menganggap bintang sebagai penerang. Tapi kau selalu ada bersinar menghiasi ruang yang suram. Bersama bintang kau lukisi malam yang gelap ini. Yang selalu membuatku terpana”.

Sesampainya dirumah, “Ibu, Ayah, Ayna… Iya kenapa Arfan?. Tanya Ayahnya. “Mulai besok aku kerja di toko roti Pak”. “Alhamdulillah. Beneran Fan?. Emangnya siapa yang ngasih kamu pekerjaan?”. Arfan pun menjawab, “Jadi gini, tadi aku nolongin orang yang dirampok. Terus Bapak itu ngasih aku pekerjaan”. “Kalau gitu kamu ngak boleh ngecewain orang itu ya”.

Keesokanya Arfan pun pergi ke toko tersebut. Dengan semangat dan hati yang begitu gembira. Pak Hasyim pun memanggil Arfan, “Arfan kamu sudah datang. Kalau begitu mari saya perkenalkan kamu dengan karyawan lainya. Dan saya perlihatkan dimana dapurnya. Arfan pun mulai memasak makanan untuk pelanggan.

Sudah tiga hari bekerja. Lalu ada seorang karyawan yang tidak suka dengan Arfan bernama Kamil. Lalu karyawan tersebut memfitnah Arfan. Ia mengambil uang di kantor Pak Hasyim dan meletakkanya di dalam tas Arfan. Lalu Pak Hasyim pun kaget saat tau kalau uangnya hilang. Pak Hasyim pun memanggil semua karyawan. Kamil pun langsung menuduh Arfan. Lalu mengeledah tas Arfan. Arfan pun terkejut kenapa uang itu ada di tasnya. Pak Hasyim pun sangat kecewa dan langsung memecat Arfan. Arfan pun sangat sedih.

Keesokan harinya Pak Hasyim ingat kalau dia pernah meletakkan CCTV diruanganya. Pak Hasyim terkejut melihat kebenaranya. Ternyata Kamil lah yang sengaja menuduh Arfan. Pak Hasyim sangat menyesal telah memecat Arfan. Arfan sendiri pergi seperti biasa ke Panti Asuhan. Sesampainya di Panti Asuhan salah seorang dari mereka bertanya, “Kakak kenapa?. Kakak sedih ya”. “ Kakak ngak papa kok. Kakak cuman sedih karena Kakak dituduh mencuri uang. Dan Kakak dipecat”. Lalu salah satu dari mereka kembali menjawab, “Kakak yang sabar kak. Kan kata Kakak kita harus. Kita doain Kakak dapat pekerjaan yang lebih baik lagi ya kak. Kakak jangan sedih lagi ya”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun