Mohon tunggu...
Annisa NurulDienya
Annisa NurulDienya Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

andien

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konstruksi Pembangunan Ekonomi Islam

31 Oktober 2022   23:59 Diperbarui: 1 November 2022   00:24 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

KONSTRUKSI PEMBANGUNAN EKONOMI ISLAM

Pertumbuhan dan kemakmuran adalah perhatian utama dari setiap sistem ekonomi. Namun, setiap sistem ekonomi harus menemukan solusi untuk pertanyaan tentang bagaimana mencapai kemakmuran dan keadilan sosial. Sistem ekonomi Islam, yang mampu mendorong kemakmuran dan keadilan sosial sambil membangun sebuah peradaban manusia yang mulia, adalah subjek studi kualitatif ini. Dalam Islam, meningkatkan produksi dan memberi penghargaan kepada siapa pun yang berusaha bekerja adalah cara untuk mencapai kemakmuran.

Bekerja adalah bagian dari perbuatan baik. Melalui cara unik mendistribusikan kekayaan, kesejahteraan harus dirasakan oleh semua orang di masyarakat. Mekanisme ekonomi dan non-ekonomi termasuk dalam mekanisme distribusi kekayaan ini. Kegiatan ekonomi produktif dan jaminan produksi Faktor-faktor di tengah-tengah masyarakat merupakan mekanisme ekonomi. 

Mekanisme non-ekonomi, sebaliknya, adalah hal-hal yang tidak menghasilkan apa-apa, seperti sedekah, hibah, atau zakat. Pengertian kepemilikan, pengelolaan kepemilikan, dan distribusi kekayaan dalam masyarakat semuanya memberikan gambaran tentang kedua mekanisme tersebut. Peran ideal negara dan etika pelaku ekonomi harus mendukung kedua mekanisme tersebut. 

Dengan demikian, penerapan mekanisme ekonomi dan non-ekonomi, yang digambarkan dengan konsep kepemilikan, pengelolaan kepemilikan, dan distribusi kekayaan, serta bekerja, optimalisasi peran negara, dan etika luhur, dapat mengarah pada terwujudnya kesejahteraan dan keadilan sosial.

Ekonomi syariah belum banyak diterapkan dengan baik. Bahkan penerapannya masih belum lengkap, dan pemahaman pelakunya masih setengah jalan. Misalnya, strategi penerapan ekonomi syariah saat ini terus menghasilkan pertumbuhan. Perbankan syariah dan non-bank Lembaga keuangan Islam, misalnya, saat ini mengejar lebih banyak omset dan sumber daya. Jumlah aset yang dimiliki tetap menjadi standar keberhasilan.

Kritik Pertumbuhan Ekonomi Menurut ekonomi konvensional, "pertumbuhan" adalah masalah utama ekonomi. Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi tanda kemakmuran dan cara untuk keluar dari setiap krisis ekonomi. Peningkatan sumber daya manusia, khususnya teknologi dan sumber daya manusia, adalah kekuatan pendorong di balik ekspansi ini. Faktanya, bahkan ketika kemajuan ekonomi dicapai, sebagian besar orang tidak mengalaminya, dan hanya sedikit orang yang benar-benar menyadarinya.

Jika nilai total barang dan jasa yang dihasilkan meningkat, perekonomian negara tersebut dikatakan tumbuh. Titik dan ukuran tekanan pertumbuhan biasanya mewakili pertumbuhan ini dalam dua dimensi besar. Persaingan ideologis antara Komunis dan Kapitalis untuk menunjukkan ideologi mana yang lebih mampu menciptakan ekonomi yang makmur adalah dasar dari penekanan pada pertumbuhan ini.

Mewujudkan Kesejahteraan dan Keadilan Sosial Mensinergikan semua sumber daya ekonomi dan menerapkan sistem ekonomi Islam diperlukan untuk membangun upaya menciptakan kesejahteraan dan keadilan sosial. keadilan. Agar aplikasi ini tidak hanya makmur tetapi juga adil, itu harus didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan. 

Syed Haider Naqvi mengusulkan tiga pilar utama untuk kesejahteraan dan keadilan sosial: Pertama, kegiatan ekonomi dipandang sebagai bagian dari manusia yang lebih besar berusaha untuk membangun masyarakat yang adil di atas dasar prinsip-prinsip etika ilahi. Ini berarti bahwa dalam ekonomi Islam, etika harus secara eksplisit mengatur ekonomi.

Inilah yang membedakan ekonomi Islam dari sistem lain. Kedua, egalitarianisme adalah praktik ekonomi Islam, yang mengharuskan kebijakan yang berpihak pada orang miskin dan kurang mampu secara ekonomi. Ketiga, negara harus memainkan peran utama dalam kegiatan ekonomi. kebutuhan dan bertindak sebagai pengatur kekuatan pasar, negara juga berperan aktif dalam produksi dan distribusi.

Kontribusi Ekonomi Islam Bagi Pembangunan Peradaban Pada dasarnya, peradaban yang mulia harus dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Menurut Albert Schweitzer, peradaban adalah kemajuan spiritual dan material setiap individu atau kelompok; ia harus mampu menciptakan kondisi yang menguntungkan semua orang. Kesempurnaan spiritual dan moral individu adalah tujuan peradaban.

Ekonomi Islam mampu menghasilkan kemakmuran dan keadilan sosial karena sistem kepemilikan masyarakat, manajemen kepemilikan, dan mekanisme distribusi kekayaan. Ekonomi Islam memiliki potensi untuk memberikan kontribusi yang signifikan bagi pengembangan peradaban yang mulia, khususnya yang mampu menegakkan keadilan manusia, pemerataan kesejahteraan, jaminan keamanan untuk masa kini dan masa depan, serta keselamatan di akhirat. Altruisme dan pola pikir egaliter mendasari semua upaya ekonomi Islam ini, yang bertujuan untuk memberdayakan semua lapisan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun