Mohon tunggu...
Annisa NurSilvia
Annisa NurSilvia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi UNJ

“Sesungguhnya ALLAH bersama Prasangka Hambanya”

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemaknaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bagi Pemuda

6 November 2020   17:22 Diperbarui: 6 November 2020   17:35 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada kondisi Pandemi saat ini, kegiatan belajar mengajar memiliki perubahan dalam beberapa hal. Seperti perubahan tempat, cara penyampaian materi, kegiatan pembelajaran, penilaian pembelajaran yang didalamnya terdapat hubungan antara pendidik maupun peserta didik. Pembelajaran Jarak Jauh menjadi salah satu kebijakan yang diterapkan selama Pandemi untuk menghidari tersebarnya virus Covid-19. Hal ini juga di terapkan hampir oleh  seluruh satuan pendidikan di Indonesia. Baik tingkat dasar, menengah, atas maupun perkuliahan. Dalam hal ini pemuda memiliki cara, sikap, kendala masing- masing dalam menjalaninya.

Namun, sebelum itu kita perlu mengetahui makna pemuda itu sendiri. Pmeuda menurut UUD No.40 tahun 2009 tentang kepemudaan pasal 1 ayat 1 pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan sejak usia 16-30 tahun. Sedangkan secara sosiologis pemuda adalah individu yang terwarisi masa lalu dan terbebani masa depan. Sedangkan pendidikan jarak jauh ialah ketika proses pembelajaran tidak terjadinya kontak dalam bentuk tatap muka langsung antara pengajar dan pembelajar. Komunikasi berlangsung dua arah yang dijembatani dengan media seperti komputer, televisi, radio, telephon, internet, video dan sebagainya (Munir, 2009: 17).

Dalam hal ini pemuda menjalani proses pembelajaran jarak jauh dengan berbagai karakteristiknya. PJJ harus dilakukan dikarenakan kondisi yang memang tidak memungkinkan kita untuk dapat beraktivitas seperti biasanya. Pemuda memiliki maknanya masing-masing terhadap pembelajaran jarak jauh. Pemuda harus benar-benar dapat mengatur diri mereka sendiri dengan berbagai faktor penghambat dan pendukung agar terjadinya proses pembelajaran jarak jauh yang optimal. Hal ini  juga diakui oleh mahasiwi geologi di salah satu perguruan tinggi negeri Jakarta.

" PJJ beneran ngelatih tanggung jawab kita terhadap diri sendiri. Karena gak ada mental support yang hadir secara fisik didekat kita saat melakukan pembelajaran. Biasanya ketemu temen di push buat ngerjain tugas. Dengan hal ini yaa harus tetep bisa ngelakuin tugas walaupun berat dan berdarah-darah sendirian" ujar MA saat saya menanyakan terkait PJJ melalui aplikasi Line Chat, Jumat (6/11/2020)

Para pemuda dengan berbagai jenjang pendidikan dan berbagai jurusan memiliki  kendala masing-masing dalam proses pembelajaran jaarak jauh ini. Entah kendala teknis seperti sinyal, kuota, kurangnya fasilitas yang memadai karena harus berbagi dengan keluarga, kendala terkait proses pemahaman materi pebelajaran atau bahkan beberapa pemuda terkadang menjadi terlena dengan fleksibelitas PJJ ini.

Menurut LN siswi SMA Jakarta jurusan PA mengaku dirinya mendapati  kendala dalam beberapa mata pelajaran. Seperti kimia, fisika, ataupun matematika.  "pelajaran kimia, fisika, matematika diajarkan langsung tatap muka saja sudah sulit dimengerti. Bagaimana dengan PJJ seperti ini. saya harus mengerti sendiri melalui video youtube ataupun PPT yang diberikan guru saya. Kemudian ditambah harus mengerjakan soal yang bahkan materinya saja gak dimenegrti" ujar LN saat saya bertanya melaluii pesan Whatsapp, Jumat (06/11/2020)

Kendala serupa juga dialami oleh HN (18) mahasiswa Pendidikan Sosiologi di salah satu perguruan tinggi Jakarta. Dirinya mengalamai kseulitan dalam beberapa mata kuliah yang berkaitan dengan perhitungan. Karena menurutnya mata kuliah hitung, dibutuhkan pemahaman dan praktek langsung agar mudah di menegerti.

"kalau aku ngerasa sulit di mata kuliah statistik dan metode penelitian kuantitatif. Karena dua mata kuliah tersebut butuh penjelasan lebih serta praktek langsung. Kalo hanya diberikan PPT kita harus cari cara sendiri buat ngerti. Entah diskusi oleh temen atau memahami melalui media sosial lain" ujar HN saat saya menayakannya melalui Free Call Whatsapp, Jumat (06/11/2020)

Berdasarkan penyataan tersebut kita tidak dapat begitu saja mengambil kesimpulan bahwa kendala pemahaman bukan hanya pada pelajaran perhitungan. Dari beberapa pernyataan mahasiswi dan siwi yang saya tanyakan, mereka kesulitan dalam pelajaran yang notabene berupa teks deskriptif. Mereka merasa kesulitan dalam melakukan diskusi karena terbatas waktu dan media komunikasi.

"kegiatan pjj ini saya merasa kurang karena sulitnya untuk konsentrasi pada saat belajar karena berbagai macam masalah baik internet dan penggunaan platform2 pembelajaran dll. Selain itu juga mengakibatkan sulitnya dalam kegiatan diskusi karena biasanya saat presentasi menyebabkan saat diskusi menjadi lebih kurang bahkan hampir individualis saat mencoba menjawab dengan mencari sendiri dan menjawab sendiri tanpa adanya diskusi yang baik" ujar DN (21) saat saya menanyakan melalui chat Whatsapp. jumat (06/11/2020)

Sedangkan siswa madrasah aliyah mengalami kesulitan dalam memahami mata pelajaran sejarah kebudyaan islam, ilmu kalam. "aku merasa kesulitan dalam mempelajari sejarah kebudayan islam, karena mendia pembelajarannya hanya berupa pdf yang membosankan. Sedangkan ilmu kalam kan kaya ngebahas aliran nah itu susah ngerti kalo gak dijelasin langsung" ujar Zahra (17)  siswi MAN Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun