Mohon tunggu...
Annisa Valencia
Annisa Valencia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Seorang gadis biasa yang memiliki cita-cita tak biasa. Suka berbicara soal kehidupan. Ingin hidup dengan tidak neko-neko.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Harta yang Paling Berharga adalah...

19 November 2020   23:59 Diperbarui: 20 November 2020   00:16 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Media Indonesia

Hayooo… kalian baca judulnya sambil nyanyi ga nih? Hihihi. Iya, soundtrack film bertema keluarga yang legendaris itu, Keluarga Cemara. Film dan lirik lagunya sarat akan makna ya.

Lalu di cover artikel ini, si bapak dari keluarga yang kita kenal ada di kaleng biskuit ternyata sudah pulang ke rumah ya, guys. Syukurlah :D

Bicara soal harta, menurut kalian, apa harta yang paling berharga dalam hidup kalian? Uang segunung? Jabatan yang tinggi? Popularitas? Wajah rupawan? Atau sederet hal-hal lain yang biasanya diukur pakai standar duniawi?

Tentu tidak ada yang salah, setiap orang punya penilaiannya sendiri kan soal itu semua. Kalian pun juga sama. Akan tetapi, pernah ga kalian berpikir kalau misalnya kita punya semua hal-hal yang tadi aku sebutin, tetapi kita hidup seorang diri di dunia ini? 

Menjalani hari-hari seorang diri, tiada yang menemani. Hampa banget deh rasanya. Namun, dengan adanya keluarga, sahabat, dan orang-orang terkasih di sisi kita, menjalani hidup ini jadi tidak terasa menakutkan.

Sosok pertama yang ada di keluarga adalah ayah, sang nahkoda keluarga. Sosok yang jarang ada di rumah karena bekerja keras memeras peluh keringat agar anak dan istrinya bisa makan dan hidup layak. Sosok yang barangkali berangkat ketika kita masih terlelap dan pulang ketika kita sudah tertidur lagi di malam hari. Memang tak banyak kata yang ia ucap, tetapi semua tindakannya adalah bukti cinta sejati untuk keluarga.

Kemudian, ada ibu. Perempuan paling berjasa dalam hidup kita, malaikat tanpa sayap. Sosok yang di bawah telapak kakinya ada surga bagi kita. Hamil, melahirkan, menyusui, serta merawat kita dengan penuh ketulusan. Saking besarnya jasa seorang ibu, ada yang pernah bilang begini. Meskipun kita menggedong ibu kita dari tempat kita berada saat ini hingga ke Mekah dan bolak balik, itu tidak akan mampu menggantikan setetes darah ibu ketika melahirkan kita.

Lalu ada saudara kita, bisa kakak atau adik. Biasanya, kita merasa kesal karena memilki saudara yang kerjaannya malah membuat kita repot (bisa dari sudut pandang si kakak atau si adik). Kakak dan adik bisa jadi teman main dan belajar yang mengasyikkan. Bersyukurlah jika kamu terlahir jadi anak sulung, tengah, atau bungsu. Semua ada perannya. Karena kamu tidak akan merasakan bagaimana di posisi anak tunggal.

Menurutku, keluarga juga bisa terbentuk di luar ikatan darah. Bisa jadi tetangga kita yang selalu siap sedia menolong kita ketika sedang kesulitan, teman-teman di sekolah, dan teman organisasi barangkali. Atau mungkin teman tongkrongan serta orang-orang yang selalu setia bersama kita melakukan berbagai hal baik di hidup ini. Mereka layak disebut keluarga meskipun tanpa terikat pertalian darah.

Setiap orang lahir ke dunia ini tidak bisa memilih ingin lahir dari keluarga yang seperti apa. Hal itu sudah digariskan oleh Tuhan sejak lama sekali. 

Ada yang lahir dari keluarga yang berkecukupan secara harta, tetapi antaranggota keluarga tidak merasa ada ikatan kasih sayang yang terjalin karena masing-masing sibuk dengan urusannya. Ada pula yang hidup serba kekurangan, tetapi kehangatan di dalam keluarga begitu terasa. Ada lagi anak yang menjadi korban ke-toxic-an orang tuanya, entah karena keegoisan orang tuanya atau dituntut untuk memenuhi ambisi keluarga. 

Hidup di dunia ini memang tidak ada yang sempurna. Menyalahkan Tuhan atas takdir kita tidak akan ada habisnya. Percayalah, Tuhan tidak menciptakan keadaan dengan sia-sia.

Pandemi Covid-19 yang tengah melanda di seluruh dunia seolah menjadi isyarat bahwa kita harus kembali lagi ke keluarga kita di rumah dan memperkuat ikatan cinta dalam keluarga. Sempatkan untuk mengobrol sambil meminum teh di kala senja, makan bersama di meja makan, menemani anak belajar, hingga membantu pasangan atau orang tua mengerjakan pekerjaan rumah. Hanya hal-hal sesederhana itu.

Hidup memang berat, tetapi akan jauh lebih ringan jika kita memikulnya bersama-sama. Dan orang yang selalu setia mencintai dan menemani kita dalam keadaan apapun adalah keluarga. Mereka tidak pernah meninggalkan kita meskipun seluruh dunia seolah tak berpihak lagi pada kita. 

Sebesar apapun misalnya kesalahan yang kita perbuat, keluarga tetap akan menerima kita. Itulah mengapa aku menyebut keluarga adalah tempat kemana aku harus pulang.

Terlepas dari apapun kekurangan yang ada di dalam keluarga kita, tidak ada lagi harta yang jauh lebih berharga daripada keluarga yang kita miliki saat ini. Jika tumbuh dari keluarga yang kurang kondusif, setidaknya cobalah untuk terus berjuang untuk bangkit dan bertekad membawa perubahan yang lebih baik di keluarga. Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih bijaksana dan bisa membentuk keluarga yang ideal nantinya bersama pasanganmu kelak.

Sebagai penutup, aku suka banget sama salah satu bait dari lirik lagunya Virgoun yang berjudul “Surat Cinta untuk Starla”. Bagian yang ini, nih…

Aku pernah berpikir tentang

hidupku tanpa ada dirimu

dapatkah lebih indah dari

yang kujalani sampai kini

Gimana, teman-teman? Sangat mendalam ya makna dari liriknya. Coba teman-teman bayangkan sejenak. Tutup mata, atur napas dengan baik, dan penuhi benak kalian dengan momen-momen yang sudah terlewati sampai dengan hari ini. 

Sampai dengan saat ini kita hidup, apakah bisa kita sampai ke titik ini seorang diri? Apakah benar hidup kita bisa seindah sekarang tanpa hadirnya keluarga dan orang-orang tersayang di sekitar kita?

Semoga kalian semua bisa menjalani hidup bahagia bersama keluarga dan orang-orang tercinta yaa. Jangan sampai terlambat menyadari bahwa kehadiran mereka sangatlah berarti di hidup kita. Karena sejauh apapun kamu pergi, kamu tetap butuh “rumah” untuk pulang. Cheers

Oh iya, aku mau tahu. Apa makna keluarga bagi kalian? Tulis di kolom komentar yaa.

Salam hangat,

Penulis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun