Mohon tunggu...
annisa lusiana dewi
annisa lusiana dewi Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - mhasiswa

membaca cerita fiksi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Identifikasi Jenis Parasit Usus pada Kucing Peliharaan di Perumahan di Wilayah Kota Mataram

20 Oktober 2022   18:59 Diperbarui: 20 Oktober 2022   19:07 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Feses kucing peliharaan diperumahan diwilayah kota Mataram sebanyak 34 sampel, sebanyak 9 sampel kucing peliharaan jenis lokal dan 25 sampel kucing peliharaan jenis peranakan, larutan NaCl jenuh dan aquades sebagai bahan pelarut feses dalam pemeriksaan metode apung, formalin 4% sebagai pengawet feses.

Prosedur Metode Pengapungan

Feses diambil kurang lebih 2 gram, masukkan kedalam gelas beker, ditambahkan dengan sedikit aquades, diaduk hingga homogen kemudian dilakukan penyaringan.Hasil saring, dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi sampai tabung, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit.

Supernatanya dibuang, kemudian tambahkan NaCl jenuh sampai volumenya tabung dan diaduk kembali hingga homogen. disentrifugasi dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit.Tabung diletakkan pada rak tabung secara tegak lurus, tambahkan larutan NaCl jenuh secara diteteskan menggunakan pipet sampai permukaan menjadi cembung dan biar kan selama 3 menit.

Gelas penutup ditempelkan diatas permukaan cairan yang cembung dengan hati-hati, kemudian tempelkan pada gelas objek dan diperiksa dibawah mikroskop dengan pembesaran objektif 40X.

Kucing adalah hewan peliharaan yang umum di pelihara di hampir semua negara. Hubungan antara manusia dan kucing memiliki dampak positif dan negatif. Dampak negatif berhubungan dengan penyakit zoonosis yang dapat berbahaya bagi kesehatan manusia. Beberapa spesies parasit yang bersifat zoonosis, berhabitat pada saluran pencernaan yang dapat keluar bersama kucing, baik dalam bentuk telur cacing ataupun kista protozoa

penelitian ini dilakukan pada kucing yang dipelihara, sebagian orang lebih memilih memelihara kucing peranakan dibanding kucing lokal. Pada penelitian ini terdapat sampel feses kucing yang positif (+) parasit usus yaitu sebanyak 10 sampel dari total 34 sampel. 

Beberapa hal yang dapat menyebabkan kucing terinfeksi parasit usus yaitu kondisi lingkungan kotor, dan cara hidupnya yang tidak terawat. Lingkungan kotor merupakan tempat yang cocok untuk berkembangnya bentuk infektif dari cacing (Charima dkk, 2020). 

Hal tersebut sesuai dengan wawancara kondisi yang terlihat bahwa pada penelitian kucing yang positif memang didapatkan pemilik kucing kurang memperhatikan kebersihan kandang, membiarkan kucing berkeliaran dilingkungan luar sehingga kucing berpotensi mencari makan yang tidak higienis diluar. 

Didapatkan juga sampel feses kucing yang negatif (-) parasit usus yaitu 25 sampel, hal tersebut disebabkan pemilik kucing sudah memperhatikan kebersihan kandang dan memberi makanan khusus kucing. Hal ini didasarkan hasil penelitian Nurnaningsih (2017) di Kabupaten Jombang, terdapat sampel feses kucing yang negatif (-) dikarenakan pemilik hewan peliharaan (kucing) sudah memperhatikan kebersihan kandang setiap hari dan memberikan makanan berupa biskuit khusus kucing.

Parasit yang sering ditemukan yaitu Toxocara cati dan Ancylostoma spp. Parasit tersebut bertahan hidup dari induk semang kucing. Tingkat terjadinya toxocara di Eropa telah dilaporkan bahwa sebanyak 8%-76%. Sedangkan diAmerika terjadinya infeksi sebesar 10%-85% (Estuningsih, S. E, 2005). Penelitian yang dilakukan Sucitrayani (2014) di Denpasar, hasil pemeriksaan pada 40 feses kucing lokal yang dipelihara (rumahan) ditemukan 9 sampel terinfeksi protozoa saluran pencernaan sebesar 22,5%. 

Pada table 2 dan gambar 1, hasil dari penelitian ini ditemukan parasit berupa telur cacing jenis Toxocara cati, yang memiliki ciri berbentuk bulat, dinding yang tebal, pada permukaan luar dinding nampak bergerigi, dan berwarna coklat muda. Menurut Wardani (2021) bentuk telur cacing Toxocara cati adalah sub globuler dengan permukaan bergerigi, berwarna coklat muda, dan berdinding tebal dengan ukurannya berkisar 65 x 75 mikron.

Pada penelitian ini ditemukan pada kucing lokal dan peranakan, kondisi kucing yang terinfeksi Toxocara cati tidak  memiliki gejala yang jelas dan nampak kucing beraktifitas dengan normal, hal tersebut berdasarkan teori gejala klinis pada anak kucing tidak terlihat jelas, karena tidak terjadi migrasi larva ke trakhea dan gejala batuk -- batuk pun tidak nampak. 

Larva akan tumbuh menjadi cacing dewasa sejalan dengan pertumbuhan anak kucing, oleh karena itu anak kucing tidak akan memperlihatkan gejala klinis akibat infeksi Toxocara. Pada kucing dewasa yang terinfeksi Toxocara, bulu akan terlihat kasar dan akan terjadi diare sehingga akan terlihat dehidrasi.

Infeksi dari Toxocara cati dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan manusia karena Toxocara cati bersifat zoonosis, kejadian dari toxokariasis sering menyerang anak-anak karena bermain dipasir atau tanah yang sudah terdapat telur infeksi . Manusia dapat menderita toxocariasis karena menelan telur infeksi yang terdapat dalam feses anjing, kucing, dan tanah yang terkontaminasi. 

Selanjutnya, larva akan menetas dan larva stadium duanya akan bermigrasi dan menembus jaringan atau organ tubuh yang bisa menyebabkan visceral larva migran (Maizels dan Robertson, 1991; Gollespe, 1988). Selain itu, infeksi toxocara pada manusia juga bisa mengakibatkan terjadinya ocular larva migrans karena larva terperangkap di dalam pembuluh darah yang berada di belakang mata yang bisa menyebabkan kerusakan mata yang permanen (Smyth, 1994). 

Selain itu, larva yang berada dalam jaringan (paru, hati, ginjal) maupun air susu juga di duga merupakan sumber penularan pada manusia (Kusnoto, 2005). Untuk itu kita perlu waspada adanya penyakit toxocariasis pada hewan yang memungkinkan bisa tertularnya Toxocara pada manusia.

Dalam penelitian ini ditemukan Ancylostoma spp pada kucing peranakan, Ancylostoma yang ditemukan dalam penelitian ini memiliki ciri berbentuk bulat memanjang dan dinding yang tipis, berwarna abu. Menurut Wardani (2021) telur cacing Ancylostoma spp berbentuk ovoid dengan ujung membulat atau tumpul, terbungkus dari dinding telur yang tipis dengan ukuran 56-75 x 34-47 mikron. 

Pada kucing yang terinfeksi Ancylostoma spp nampak kurang sehat seperti kurus dan lemas namun tidak semua kucing pada penelitian ini menunjukkan kondisi yang kurang sehat, hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Rahmi (2021) kondisi kucing yang terinfeksi Ancylostoma spp yaitu lemas, rambut kusam, tampak pucat, dan tidak mau makan.

Ancylostoma spp  menyebabkan penyakit ankilostomiosis yang merupakan penyakit zoonosis dimana pada manusia dikenal dengan creeping eruption (Oktaviana dkk, 2014). Creeping eruption atau Cutaneous larva migran (CLM) atau penyakit sandworm adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh cacing tambang. Cacing tambang dapat ditemukan didaerah yang lembab dan berpasir. Penyakit ini banyak  terjadi karena berjalan tanpa alas kaki di tanah yang terkontaminasi pada iklim hangat (Brenner MA, Patel MB, 2003). 

Berdasarkan teori yang dijelaskan Kaur S, et al., (2015)  Ruam sering muncul 1 hingga 5 hari setelah penderita terpapar cacing tambang. Setiap orang mungkin memiliki gejala yang sedikit berbeda, termasuk gatal parah, lepuh, dan ruam merah yang membentuk pola seperti ular. Infeksi sering muncul pada bagian-bagian yang telah terpapar ke tanah yang terkontaminasi.

Pada penelitian ini ditemukan protozoa seperti coccidia dari genus Isospora felis nampak ookista non-sporulasi dan dibagian sisi strukturnya berbentuk lancip berbentuk bulat hingga oval yang mengandung sporont. Berdasakan teori karakteristik pada isospora spp yakni tidak memiliki "mycropyl cap" pada ujung ookistanya, sedangkan pada jenis eimeria sp memilik ciri adanya "mycropyl cap" pada ujung struktur ookistanya (Jazac and Conboy, 2012). 

Berdasarkan pada penelitian yang ditemukan pada kucing lokal dengan kondisi kucing yang terinfeksi tidak  memiliki gejala yang jelas dan terlihat kucing dalam keadaan sehat. Menurut Lukiswanto dan Yuniarti (2013), infeksi protozoa pada saluran pencernaan tidak selalu menunjukkan gejala klinis, hanya infestasi yang cukup berat akan menyebabkan diare, daya tahan tubuh menurun, kehilangan nafsu makan, hingga adanya gangguan pertumbuhan pada hewan muda Kitten memiliki resiko lebih rentan terhadap coccidiosis jenis berat.

 Koksidia merupakan infeksi protozoa yakni jenis coccidia yang menginvasi saluran intestinal pada anjing dan kucing. Jenis coccidia yang menyerang anjing yakni isospora canis sedangkan pada kucing yakni isospora felis. Infeksi biasanya disebabkan karena hewan memakan makanan yang mengandung ookista infeksi Isospora sp yang berasal dari lingkungan yang terkontaminasi. Diagnosa penyakit ini dapat di deteksi dari feses segar yang dapat dilihat ookistanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun