Mohon tunggu...
Annika Fathma
Annika Fathma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pelita Harapan

Interested in film and media

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Getting Along with Siblings: Dari Perkelahian Terus Menerus hingga Kompromi

19 Desember 2021   17:33 Diperbarui: 21 Desember 2021   09:20 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertengkaran saudara, berdebat tentang hal-hal sepele, bahkan saling membayangi satu sama lain adalah hal yang tak terhindarkan di antara persaudaraan. 

Faktanya, terkadang pertengkaran terbesar dan paling menyayat hati yang kita alami adalah pertengkaran dengan saudara kandung kita. Tapi tetap saja, dinamika hubungan antar saudara adalah sesuatu yang tidak akan pernah didapat dengan hubungan biasa atau persahabatan. 

Bagi saya, memiliki saudara kandung yang usianya dekat sudah pasti membuat kami memiliki ikatan yang erat bahkan tak terpisahkan. Dengan gaya rambut dan pilihan pakaian yang sama saat kecil, membuat kami dikira kembar hampir setiap saat oleh orang-orang. 

Namun seiring waktu saat kami tumbuh dewasa, dengan perubahan gaya hidup, perubahan minat, growing apart sesuatu hal yang sudah tentu akan terjadi. 

Menjadi pribadi diri sendiri, kami memiliki banyak perbedaan dan bagi saya pada suatu waktu sulit untuk menerimanya. Seperti beberapa konflik lainnya, perkelahian antara persaudaraan sangat kompetitif. Mengenal satu sama lain begitu dalam sejak lahir, berkompromi atau mengakomodasi masalah kemungkinan besar tidak akan pernah terjadi

Namun eiring berjalannya waktu, konflik yang kami alami tidak hanya menjadi kompleks dan serius tetapi kami juga belajar bagaimana berkomunikasi dengan lebih baik. Ketika dihadapi oleh konflik, hal ini hanya menjadi masalah perspektif apakah kami ingin melepaskan ego masa kecil (inner child) masing-masing atau menjadi orang dewasa yang rasional dan memanage konflik yang kami miliki. 

Di dalam memanage konflik kita dapat memilih banyak strategi. Pertama tama kita harus menyadari bahwa strategi yang kita pilih dapat bergantung pada beberapa faktor. Devito (2015) menjelaskan bahwa terdapat lima faktor yaitu, (1) keinginan yang ingin dicapai, (2) perasaan kita, (3) penilain kognitif pada situasi, (3) kepribadian dan kompetensi komunikasi kita, dan (5) riwayat keluarga.

  1. Keinginan yang ingin dicapai. Tujuan jangka panjang dan jangka pendek yang ingin dicapai mempengaruhi strategi yang akan kita pilih.

  2. Perasaan. Perasaan mempengaruhi strategi kita.

  3. Penilaian Kognitif. Sikap dan kepercayaan mempengaruhi penilaian kita terhadap seseorang

  4. Kepribadian dan kompetensi komunikasi. Jika kita adalah seseorang yang pemalu dan asertif, kita akan lebih terhindar dari konflik yang bisa terjadi.

  5. Riwayat Keluarga. Topik yang akan kita bicarakan untuk menguatkan pernyataan dalam sebuah konflik dapat dipengaruhi oleh keluarga kita.

Berhubung suatu persaudaran terikat dalam hubungan keluarga, cara atau strategi di atas dapat kita gunakan ketika sedang menghadapi atau mengatasi konflik yang terjadi terutama pada faktor ke-lima. 

Faktor riwayat keluarga sangat berpengaruh terhadap konflik antara dua atau lebih saudara. Keluarga yang tidak hanya saling terhubung tetapi juga saling bergantung satu sama lain, menunjukkan bahwa tindakan satu orang memiliki konsekuensi pada orang lain (Devito, 2015) seperti saudara lainnya dan/atau orang tua.

Stout (2018) dalam Why you still can't get along with your siiblings mengatakan bahwa cara terbaik untuk menangani situasi rumit adalah dengan mencoba menemukan titik temu. Mengalami perpecahan tidak semestinya kemudia merusak suasana hati dan perasaan antara satu sama lain. Stout (2018) menjelaskan bahwa setiap saudara harus memiliki suara, dan setiap orang harus mau berkompromi.

Mungkin hal ini sedikit berbeda sewaktu kecil, dimana sebagai saudara kita diajarkan bahwa sang kakak harus mengalah terhadap adik ataupun sebaliknya. Stout (2018) berpendapat bahwa arketipe urutan kelahiran antar saudara tidak banyak memberi tahu secara spesifik tentang seseorang, namun persaingan antar saudara adalah arketipe yang selebihnya sudah pasti terjadi dan harus dibiarkan. Oleh karena itu, idak ada yang lebih ekslusif satu sama lain dalam hal ini, orang tua juga harus mengajarkan kebijakan untuk berbuat adil dan seimbang pada anak-anak.

Ini yang dimaksud dengan strategi "I Win and Lose, You Win and Lose". Menurut Devito (2015), gaya berkomporomi berada di tengah, dimana strategi ini kemungkinan besar akan menghasilkan perdamaian, tetapi juga akan muncul ketidakpuasan atas kerugian yang tak terhindarkan yang harus ditanggung. 

Strategi ini mengingatkan saya oleh suatu frasa: You can't always get what you want. Upaya untuk berdamai dengan suatu situasi yang sulit, namun dapat pada jangka panjang berpengaruh dan bermanfaat bagi suatu hubungan antara pribadi antar saudara. 

Meski demikian, sebenarnya sudah menjadi sifat antar saudara untuk berdebat dan juga untuk selalu bersama. Seiring waktu konflik yang dialami antar saudara pada akhirnya lebih sering berujung pada penyesalan dan keinginan untuk berbaikan kembali. 

Sama seperti saat sewaktu menjadi anak-anak, meski perlakuan setiap orang akan berbeda mengenai konflik,  kemungkinan besar s kita menjadi lupa terhadap mengapa pertengkaran itu sendiri dimulai dan pada akhirnya kita berbaikan dan kembali membutuhkan satu sama lain. 

Karena setelah setiap pertengkaran yang menyakitkan dan/atau emosional, kita tetap melihat saudara kita sebagai orang yang paling kita percayai. Our confidante. Seseorang yang kita akan selalu memiliki rasa kasih sayang dan empati.

Reference: 

Devito, J. (2015). Interpersonal Conflict and Conflict Management. In Interpersonal Communication Book, Global edition (pp. 305--326). essay, Pearson Education Limited. 

Stout, C. (2018). Why you still can't get along with your siblings. Goop. goop.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun