Mohon tunggu...
Annika Fathma
Annika Fathma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pelita Harapan

Interested in film and media

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Getting Along with Siblings: Dari Perkelahian Terus Menerus hingga Kompromi

19 Desember 2021   17:33 Diperbarui: 21 Desember 2021   09:20 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Riwayat Keluarga. Topik yang akan kita bicarakan untuk menguatkan pernyataan dalam sebuah konflik dapat dipengaruhi oleh keluarga kita.

Berhubung suatu persaudaran terikat dalam hubungan keluarga, cara atau strategi di atas dapat kita gunakan ketika sedang menghadapi atau mengatasi konflik yang terjadi terutama pada faktor ke-lima. 

Faktor riwayat keluarga sangat berpengaruh terhadap konflik antara dua atau lebih saudara. Keluarga yang tidak hanya saling terhubung tetapi juga saling bergantung satu sama lain, menunjukkan bahwa tindakan satu orang memiliki konsekuensi pada orang lain (Devito, 2015) seperti saudara lainnya dan/atau orang tua.

Stout (2018) dalam Why you still can't get along with your siiblings mengatakan bahwa cara terbaik untuk menangani situasi rumit adalah dengan mencoba menemukan titik temu. Mengalami perpecahan tidak semestinya kemudia merusak suasana hati dan perasaan antara satu sama lain. Stout (2018) menjelaskan bahwa setiap saudara harus memiliki suara, dan setiap orang harus mau berkompromi.

Mungkin hal ini sedikit berbeda sewaktu kecil, dimana sebagai saudara kita diajarkan bahwa sang kakak harus mengalah terhadap adik ataupun sebaliknya. Stout (2018) berpendapat bahwa arketipe urutan kelahiran antar saudara tidak banyak memberi tahu secara spesifik tentang seseorang, namun persaingan antar saudara adalah arketipe yang selebihnya sudah pasti terjadi dan harus dibiarkan. Oleh karena itu, idak ada yang lebih ekslusif satu sama lain dalam hal ini, orang tua juga harus mengajarkan kebijakan untuk berbuat adil dan seimbang pada anak-anak.

Ini yang dimaksud dengan strategi "I Win and Lose, You Win and Lose". Menurut Devito (2015), gaya berkomporomi berada di tengah, dimana strategi ini kemungkinan besar akan menghasilkan perdamaian, tetapi juga akan muncul ketidakpuasan atas kerugian yang tak terhindarkan yang harus ditanggung. 

Strategi ini mengingatkan saya oleh suatu frasa: You can't always get what you want. Upaya untuk berdamai dengan suatu situasi yang sulit, namun dapat pada jangka panjang berpengaruh dan bermanfaat bagi suatu hubungan antara pribadi antar saudara. 

Meski demikian, sebenarnya sudah menjadi sifat antar saudara untuk berdebat dan juga untuk selalu bersama. Seiring waktu konflik yang dialami antar saudara pada akhirnya lebih sering berujung pada penyesalan dan keinginan untuk berbaikan kembali. 

Sama seperti saat sewaktu menjadi anak-anak, meski perlakuan setiap orang akan berbeda mengenai konflik,  kemungkinan besar s kita menjadi lupa terhadap mengapa pertengkaran itu sendiri dimulai dan pada akhirnya kita berbaikan dan kembali membutuhkan satu sama lain. 

Karena setelah setiap pertengkaran yang menyakitkan dan/atau emosional, kita tetap melihat saudara kita sebagai orang yang paling kita percayai. Our confidante. Seseorang yang kita akan selalu memiliki rasa kasih sayang dan empati.

Reference: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun