Mohon tunggu...
Annie Nugraha
Annie Nugraha Mohon Tunggu... Seniman - Crafter, Blogger, Photography Enthusiast

Seorang istri dan ibu dari 2 orang anak. Menyukai dunia handmade craft khususnya wire jewelry (perhiasan kawat), senang menulis lewat blog www.annienugraha.com dan seorang penggemar photography

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Belitung, Permata Wisata Indonesia di Selatan Sumatera

14 Mei 2021   11:50 Diperbarui: 17 Mei 2021   01:31 1321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pulau Kelayang Belitung | Foto dokumentasi pribadi

Matahari mulai menggeliat saat kami diwajibkan berkumpul di area lobby Hotel BW Inn Tanjung Pandan. Perut sudah terisi dan langit tampak cerah menyambut kami yang hari ini bersiap untuk island hopping ke beberapa pulau kecil milik Belitung.

Bang Mamay, guide kami yang centil tapi asyik, sudah heboh mengingatkan untuk bersegera bergerak agar acara hari ini bisa berjalan sesuai jadwal yang sudah ditentukan. 

"Ayok kakak, adik, oma, tante, oom, mari kita kemon," jeritnya sambil melambai-lambai ke beberapa kawan yang tampak masih tergugu dikejar waktu.

Beberapa saat setelah mobil Hiace kami mengaspal, Bang Mamay menjelaskan selintas tentang schedule kami hari ini sambil sesekali melemparkan lawakan-lawakan yang bikin perjalanan sekitar 1 jam menuju Pantai Tanjung Kelayang penuh dengan kegembiraan dan keakraban. 

Dari Bang Mamay dan Katerina, saya baru ngeh kalau di saat kami datang, Belitung sedang mengadakan Festival Tanjung Kelayang yang ke-2 kalinya.

Makanya saat kami tiba di pantai ini, puluhan tenda sarnafil beratap putih, panggung terbuka, dan hentakan musik tak berhenti menyalak-nyalak dengan lagu-lagu yang mengundang kita untuk bergerak.

Tanda-tanda alam bahwa rangkaian kegiatan festival sedang berlangsung. Brisik? ya pastilah. Namanya juga festival. Saya dan teman-teman sih menikmatinya.

Kami kadang berjoget mengiringi musik sambil menunggu kapal tradisional yang akan membawa kami mengelilingi beberapa pulau. Itung-itung pemanasan, melemaskan otot, sebelum berangkat melaut. Gaya!!

PANTAI TANJUNG KELAYANG

Landai berpasir putih dengan beberapa pohon rindang dan tanaman merambat di bibirnya, pagi itu Pantai Tanjung Kelayang dinaungi oleh langit biru cerah berawan putih.

Deretan kapal tradisional rapih berjejer dalam berbagai ukuran dan warna. Ada sebuah anjungan kayu yang menjorok ke laut tak jauh dari titik kami berkumpul.

Tapi sepertinya para pewisata, termasuk kami, lebih memilih langsung naik ke kapal, sedikit berbasah-basahan, memanjat tangga kayu kecil yang disiapkan oleh empunya kapal.

Di pinggir pantai ini ada beberapa resto, pedagang kelontong, sederetan toilet dan ruang ganti pakaian, dan space parkir kendaraan yang cukup luas. Mobil kami parkir di sini.

Saya melihat beberapa rombongan wisatawan seperti kami yang (juga) memulai kegiatan melaut dari tempat ini. Silih berganti hingga akhirnya satu persatu kapal yang terlihat parkir tadi meninggalkan Pantai Tanjung Kelayang.

PULAU LENGKUAS

Berlayar di atas air laut berwarna turquoise dan melewati beberapa kumpulan batu granit yang menjadi ciri khas Belitung, pulau Lengkuas menjadi tujuan pertama kami. 

Dari kejauhan saya melihat mercusuar putih yang menjadi icon dari pulau ini. Mercusuar tinggi menjulang, yang dibangun tahun 1882, saat jaman penjajahan Belanda, masih tampak gagah berdiri di kelilingi oleh begitu banyak pohon dan batu-batu granit besar di hampir seluruh sisi pulau.

Saya turun dengan semangat penuh saat melihat pasir putih yang tampak begitu empuk untuk diinjak. Selain kapal kami sudah banyak kapal lain yang berlabuh dan menurunkan begitu banyak pewisata.

Sebagian dari mereka tampak asyik melakukan kegiatan berkelompok, memotret dan dipotret di sekitar batu granit, dan banyak juga yang menghabiskan waktu dengan nongkrong-nongkrong asyik menikmati segarnya air kelapa muda.

Tak ingin menyia-nyiakan langit yang cantik dan pas untuk membantu pemotretan, sesuai niatan awal sebelum berangkat, saya memotret beberapa produk perhiasan dari brand saya FIBI Jewelry. 

Dibantu oleh Tami dan cantiknya setiap sudut pulau, hasil jepretannya bener-bener memuaskan. Setidaknya untuk saya yang masih dalam tahap belajar product photography.

Rampung dengan urusan di atas, saya dan Tami mengunjungi sang mercusuar yang fenomenal itu. Dikelilingi oleh beberapa bangunan yang ditata seperti beberapa ruang kelas, mercusuar ini tampak sangat terawat.

Karena tidak ada nya petugas, saya tidak mendapatkan informasi dan atau kesempatan untuk masuk dan naik ke atas mercusuar.

Bangunan tinggi menjulang ini hanya dapat saya pandangi keindahannya dari luar setelah selesai buang air kecil di toilet yang disediakan untuk umum, yang berada di bagian belakang kompleks bangunan.

PULAU KELAYANG

Belum selesai mengumpulkan kekaguman atas Pulau Lengkuas, Bang Mamay and pemilik kapal yang baik hati, mengajak kami mengunjungi Pulau Kelayang.

Saya langsung jatuh hati sejenak setelah merasakan pasir pantainya yang selembut bedak tabur. Kedalaman air laut di bibir pantai pun tampak sangat bersahabat.

Jadi ketika melihat banyaknya wisatawan yang asik bermain air yang tampak tenang dan minim gelombang, rasa pun terasa begitu damai. 

Hanya beberapa meter dari bibir pantai, kita juga suguhan dengan indahnya pulau batu granit besar-besar yang salah satunya mirip dengan kepala burung garuda. Tak terbantahkan lagi kecantikannya.

Selain beberapa pondokan kecil yang melayani para pengunjung untuk duduk santai sembari menikmati pantai, ada juga jalan berkelok, dan hutan kecil yang menyatu dengan sebuah goa. 

Saya dan Tami memutuskan untuk tidak kesana dan lebih memilih duduk-duduk santai di salah satu warung sembari menikmati segelas kopi dan pop mie yang mengepul-ngepul menggoda (perut mulai terasa lapar euy). Itu aja sudah bikin bahagia.

Persis di sebelah tempat kami duduk, ada 2 baskom besar berisikan anak penyu atau kura-kura. Pemilik baskom ini menawarkan pengunjung untuk "melepaskan" penyu-penyu atau kura-kura lucu ini ke laut dengan harga tertentu. Tawaran manis yang jadi hiburan menyenangkan bagi anak-anak.

Tak ingin melewatkan kesempatan mengukir memori di pulau yang cantik ini, saya larut dengan kekaguman oleh setiap hasil jepretan kamera analog dan mobile phone camera. 

Tidak ada satupun foto yang gagal. That's why saya begitu menyukai wisata pantai termasuk khususnya kegiatan island hopping. 

Jadi saat Katerina bertanya, "Gimana Yuk kesannya?" Saya pun menjawab dengan 2 kata "seneng banget" dan wajah yang berbinar-binar. Justru inilah impian saya mengapa pengen banget ke Belitung.

PULAU KEPAYANG

Inginnya sih punya waktu lebih lama di Pulau Kelayang, tapi karena mengejar waktu makan siang dan beberapa menit untuk snorkling dalam perjalanan menuju Pulau Kepayang, rombongan kami berlayar kembali. 

Teriakan kesenangan, jeritan riuh rendah, dan kecipak kecipuk air mewarnai serunya saat-saat berenang bareng di tengah lautan. Saya kali ini tidak ikut karena masih khawatir dengan kondisi saraf tulang belakang yang masih belum sembuh dengan sempurna. 

Tuntas dengan kegiatan ini, wajah-wajah kelaparan pun mendadak bermunculan hahahaha. Selain memang sudah waktunya mengisi perut, aktivitas berenang memang sering banget bikin lapar teramat sangat. 

So, marilah kita kemon menuju Pulau Kepayang. Salah satu pulau kecil yang didominasi oleh sebuah resto besar dan menjadi persinggahan khusus untuk makan.

Saat kami berlabuh, puluhan kapal tradisional yang juga membawa banyak wisatawan, sudah terparkir dengan rapih. Resto Pulau Kepayang telah terlihat penuh, padat, dan sibuk dengan petugas yang mondar mandir mengantarkan makanan. 

Maaf nih tidak sempat memotret hidangannya karena sudah terlampau lapar hahaha. Tapi yang pasti semua hidangan sea food yang diberikan lezatos tak terkira. 

Oia, di resto ini juga disediakan banyak kamar mandi bagi para pengunjung yang ingin membersihkan diri setelah beraktivitas bermain pasir di beberapa pulau yang dikunjungi sebelumnya. Meja-meja pun dibuat panjang-panjang untuk melayani pewisata yang datang berkelompok. Penuh sesak tak terkira.

PANTAI TANJUNG TINGGI

Wajah-wajah segar dan kenyang membawa kami kembali melaut. Kali ini perjalanan dilanjutkan menuju Pantai Tanjung Kelayang, titik awal keberangkatan kami tadi pagi, kemudian disambung dengan jalan darat ke Pantai Tanjung Tinggi.

Waktu 30 menit berkendara yang sejatinya bisa dimanfaatkan untuk tidur barang sebentar, justru terisi dengan guyonan tanpa putus di dalam mobil. 

Lagi-lagi celotehan Bang Mamay dan obrolah sahut menyahut tentang berbagai topik, bikin gatel mulut untuk terus ikutan berkicau. Judulnya "gak ada lo gak rame" dah.

Barisan mobil middle van, deretan resto, warung, dan pedagang yang mengendarai motor, mengisi hampir di setiap sudut parkir Pantai Tanjung Tinggi.

Pantai yang dikenal juga dengan sebutan Pantai Laskar Pelangi ini dahulunya sempat digunakan sebagai tempat shooting film terkenal berjudul Laskar Pelangi.

Hari menjelang sore ketika kami sampai di sini. Matahari pun terlihat mulai bersiap-siap meninggalkan peraduannya. Saat-saat sunset yang memang ditunggu oleh para pengunjung. 

Batu-batu granit berukuran grande yang menempel merata di setiap pinggir pantai, menjadi obyek foto yang menyempurnakan indahnya waktu-waktu berharga sambil menunggu sang mentari beristirahat. 

Banyak wisatawan, dengan sabar berkumpul dan berdiri di atas batu-batu yang rupawan ini, untuk tujuan sunset tadi. Tapi sayang, kami belum beruntung. 

Langit mendadak pekat tertutup awan-awan hitam dan menghalangi pemandangan indah yang sudah kami tunggu. 

Tak ingin pulang dengan kekecewaan, kami memutuskan untuk berpose di beberapa sisi batu dan menghabiskan waktu merekam kebersamaan yang (akan) jarang kami alami. So, let's these pictures talk about us and our precious times at Tanjung Tinggi Beach.

KENANGAN TAK TERLUPAKAN

Peluh, lelah, dan badan rontok di hari ini, nyatanya terkalahkan oleh kenangan dan pengalaman yang tidak akan saya lupakan. Bukan hanya rangkaian kebersamaan yang tak ternilai dalam angka seberapun, tapi juga telah berhasil menuntaskan impian saya untuk merasakan eksplorasi di satu tempat yang telah ditetapkan sebagai salah satu tujuan wisata andalan tanah air kita. 

Permata wisata Indonesia yang semakin menggeliat dan populer di kalangan para pejalan domestik. Mudah-mudahan juga akan lebih dikenal oleh wisatawan asing kedepannya.

Saya merasa sangat beruntung telah menikmati sajian alam geopark yang begitu cantik di Belitung. Geopark yang sejak 2020 menjadi UNESCO GLOBAL GEOPARK. 

Apalagi kabarnya geopark yang ada di Belitung ini mendapatkan penilaian tertingi karena tidak hanya memiliki warisan geologi bernilai tinggi, tapi juga memiliki keragaman biologis dan budaya. Bangga banget ya mendapatkan berita seperti ini.

Satu hal yang tentu saja wajib kita jaga dan lestarikan. Bukan hanya demi penghargaan tersebut. Namun juga demi mewariskan apa yang sesungguhnya menjadi hasil anak cucu kita, generasi penerus bangsa.

Pulau Kelayang | Foto dokumen pribadi
Pulau Kelayang | Foto dokumen pribadi
Batu Granit raksasa yang ada di Pantai Tanjung Tinggi atau Pantai Laskar Pelangi | Foto dokumentasi pribadi
Batu Granit raksasa yang ada di Pantai Tanjung Tinggi atau Pantai Laskar Pelangi | Foto dokumentasi pribadi
Pulau Lengkuas | Foto dokumentasi pribadi
Pulau Lengkuas | Foto dokumentasi pribadi
Pulau Lengkuas | Foto dokumentasi pribadi
Pulau Lengkuas | Foto dokumentasi pribadi
Pulau Batu Berlayar | Foto dokumentasi pribadi
Pulau Batu Berlayar | Foto dokumentasi pribadi
Pulau Lengkuas dengan mercusuarnya yang fenomenal | Foto dokumentasi pribadi
Pulau Lengkuas dengan mercusuarnya yang fenomenal | Foto dokumentasi pribadi
Pantai Tanjung Tinggi | Beberapa saat menuju sunset | Foto dokumentasi pribadi
Pantai Tanjung Tinggi | Beberapa saat menuju sunset | Foto dokumentasi pribadi
Pantai Tanjung Kelayang | Foto dokumentasi pribadi
Pantai Tanjung Kelayang | Foto dokumentasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun