Puta Dino adalah kain tenun tidore. Â Apakah Puta Dino hanya sekedar nama yang berarti kain tenun, ataukah nama kain khas tidore, sebagai karya budaya yang merefleksikan estetika, filosofi, dan sejarah masyarakat tidore?
SEKAPUR SIRIH
Memiliki dan membaca buku ini bagai kembali belajar sejarah tentang Tidore. Â Meski konsentrasi utamanya adalah mengurai cerita tentang tenun Tidore yang hampir punah, buku ini mengajarkan dan mengajak kita mengikuti uraian sejarah dalam berbagai sisi. Â Khususnya sejarah di dunia wastra yang sempat punah lalu diangkat kembali sebagai bagian dari jejak sejarah tenun Tidore.
Buku yang adalah juga sebuah karya ilmiah ini dipersembahkan oleh 3 penulis (Dr. Ade Sholihat, S.S, M.A, Dwi Woro Retno Mastuti, M. Hum, dan Dr. Ari Anggari Harapan, M. Hum) dengan support luar biasa dari Rumah Cinwa (Cinta Wayang) dan tentu saja Universitas Indonesia dimana ke-3 wanita tangguh ini berkarya setiap harinya.
Dalam pemaparannya setiap pembaca diajak untuk berpikir secara berjenjang, satu demi satu, hingga mencapai satu titik kulminasi pemahaman yang sama dengan Tim Penulis. Â Mulai dari kisah masa lampau, pengungkapan dan pembuktian keberadaan tenun itu sendiri, proses revitalisasi, hingga kondisi yang ada saat ini. Â Semua terurai lengkap dan lugas diuraikan melalui 5 Bab dengan rincian sebagai berikut:
Bab 1. Â Pendahuluan. Â Mengantarkan pembaca untuk memahami tema dan latar belakang permasalahan yang diangkat pada tulisan.
Bab 2. Â Tenun dan Wastra Nusantara. Â Memaparkan tenun sebagai salah satu wastra yang dikembangkan oleh masyarakat Indonesia dan dunia sejak masa lampau. Â Bab kedua ini juga bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah memang ada kebudayaan menenun di masyarakat Tidore pada masa lampau.
Bab 3. Menelusuri Jejak Puta Dino.  Bab ini mencakup paparan perjalanan Tim Penulis dalam menelusuri jejak Puta Dino.  Dijelaskan juga tempat-tempat yang dikunjungi dari sisi sejarah dan kondisinya pada saat ini.
Bab 4. Â Pencarian Identitas. Â Merangkai cerita tentang upaya dari Ibu Anita Gathmir, seorang diaspora Tidore, dalam menggerakkan ngofa tidore (anak-anak Tidore) untuk menghidupkan kembali budaya menenun di Tidore dalam perspektif globalisasi.
Bab 5. Â Penutup. Meliputi resume/rangkuman dan paparan tentang keberlanjutan kegiatan menenun di Tidore saat ini.