Mohon tunggu...
Annie Nugraha
Annie Nugraha Mohon Tunggu... Seniman - Crafter, Blogger, Photography Enthusiast

Seorang istri dan ibu dari 2 orang anak. Menyukai dunia handmade craft khususnya wire jewelry (perhiasan kawat), senang menulis lewat blog www.annienugraha.com dan seorang penggemar photography

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Monumen Kapal Selam Surabaya, Jejak Kejayaan Maritim Indonesia

2 Mei 2021   04:22 Diperbarui: 3 Mei 2021   13:00 4242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melanjutkan penelusuran ke ruangan berikutnya, kami harus melewati sebuah lubang bulat dengan diameter kira-kira 1.5m.  Ngepas banget.  Kita pun harus menunduk setinggi dengkul orang dewasa (kira-kira setinggi saya) untuk bisa melalui lobang ini. 

Memasuki ruang ke-2 dari 7 ruangan yang ada, kami bertemu dengan ruangan khusus untuk komandan, ruang kerja, dan ruang makan.  Di sini agak lebih lega, tidak sepadat ruang torpedo tadi.

Bagian berikutnya adalah ruang komando.  Masih dengan padatnya peralatan, malah jauh lebih compact dibandingkan dengan ruangan sebelumnya, di tempat ini ada sebuah periskop.  

Alat yang digunakan sebagai pengintai saat kapal hendak muncul di permukaan.  Dilengkapi dengan lensa 2 mata, besi body alatnya kokoh dan terlihat berat untuk ditarik menyesuaikan tinggi si pengguna.

Selanjutnya akan ada ruangan lain, seperti ruangan awak kapal, beberapa ruang mesin, lalu diakhiri dengan ruangan penyimpanan torpedo di bagian buritan.  Di ruangan awak kapal, ada beberapa bangku panjang dengan dudukan hitam yang bertumpuk di ke-2 sisi.  Asumsi saya sih ini digunakan sebagai tempat tidur awak kapal

Jumlahnya tidak banyak tapi butuh refleks yang mumpuni saat hendak bangun karena jarak tumpukan antara kasur itu pendek banget.  Tidur juga gak boleh lasak karena lebarnya hanya sekitar 50cm. Benar-benar selebar badan pria dewasa yang beratnya gak lebih dari 80kg.  Kebayang ya seandainya tidurnya gak bisa diem, musti sering nggelundung dah itu.

Oia, di salah satu ruangan ada satu meja khusus yang menampilkan sederetan foto Komandan KRI Pasopati 410 dari awal beroperasi sampai benar-benar diistirahat pada pertengahan 1989.

Sebagian besar berpangkat Mayor, tapi ada juga yang berpangkatkan Kapten.  Saya dan Zulfa sibuk memperhitungkan usia kami saat kapal selam ini masih aktif digunakan oleh TNI AL.  Saya cukup membusungkan dada karena di saat kapal ini berhenti beroperasi saya sudah hampir lulus kuliah.

Sementara Zulfa baru lahir di pertengahan periode tersebut.  Padahal apalah yang perlu diramekan, wong kami berdua dikala itu tak seorangpun ngeh sama alusita yang dimiliki oleh TNI AL.

BTW, saya tidak menemukan fasilitas MCK dan mandi untuk seluruh awak kapal.  Satu hal yang tadinya ingin saya tanyakan ke para petugas, tapi kelupaan sampe akhirnya berada di atas motor menuju jembatan Suramadu.

Fasilitas Lain di Monkasel

Melengkapi kebutuhan layaknya tempat wisata, Monkasel juga menyediakan beberapa fasilitas yang dapat diakses atau dinikmati oleh pengunjung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun