Di zaman sekarang yang serba menggunakan teknologi, bisa menjadi tantangan untuk kita sebagai orang dewasa supaya mengajak anak atau adik-adik kita agar menyukai aktivitas yang berbau literasi salah satunya membaca. Tidak hanya anak-anak saja yang mulai kurang minat membaca, tetapi mahasiswa juga. Ini semua bisa disebabkan penggunaan teknologi seperti media sosial yang berisi konten yang menarik.
 Orang-orang mulai dari anak-anak hingga mahasiswa lebih memilih hiburan berupa konten visual daripada membaca buku. Fenomena tersebut bisa membawa dampak besar, terutama dalam membangun minat baca anak yang kuat sejak dini.
Membaca merupakan suatu aktivitas yang bisa dilakukan oleh semua dengan manfaat untuk menambah pengetahuan dan bisa memengaruhi masa depan dunia, terutama bagi pelajar. Menurut Tarigan (dalam Harianto, 2020) membaca merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk memahami suatu pesan yang ingin disampaikan oleh penulis melalui kata-kata serta mendalami makna yang terkandung dalam tulisan tersebut.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) juga pernah dalam laman resminya pernah memaparkan hasil Studi Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2022 yang diselenggarakan oleh Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), Indonesia menempati peringkat kelima dalam literasi membaca .Â
Sedangkan UNESCO menyebutkan Indonesia sebagai negara yang memiliki literasi rendah dibandingkan negara di dunia yaitu diperingkat kedua dari bawah. Hasil data menunjukkan hanya 0,001% dari 1000 orang yang rajin membaca. Hal ini menandakan hanya ada satu orang dari 1000 yang memiliki kemauan untuk membaca.
Salah satu cara mengatasi masalah minat baca rendah di Indonesia dapat menggunakan pendekatan yang efektif dengan memanfaatkan media sastra tradisioanal. Sastra tradisional merupakan bentuk budaya lokal yang diwariskan secara turun-temurun melalui liisan secara tanpa ada yang tahu siapa penciptanya.
 Sastra tradisional memiliki fungsi sebagai media mengekspresikan diri, menyampaikan pesan, serta menggambarkan nilai-nilai sosial yang ada di masyarakat (Diana dalam Nugroho & Alfian, 2019). Mitos, legenda, cerita binatang, dongeng, cerita rakyat, nyanyian rakyat, dan cerita wayang adalah beberapa jenis sastra tradisional.
Sastra tradisional sebagai bentuk kebudayaan Indonesia memiliki daya tarik tersendiri untuk anak-anak. Penyuguhan dunia fantasi seperti dalam cerita legenda, cerita rakyat, mitos bisa membuat anak memiliki kemampuan imajinasi yang baik.Â
Penggunaan alur yang penuh kejutan, nilai-nilai moral, serta petualangan bisa menjadikan anak tertarik membaca sedikit demi sedikit. Tidak hanya sebagai sarana hiburan, sastra tradisional juga menjadi sarana untuk menyampaikan nilai moral, seperti kejujuran dan kebaikan. Selain itu mereka dapat belajar tentang budaya dan tradisi daerahnya sehingga memperluas pengetahuan sembari menumbuhkan kecintaan pada membaca dan buku.
Sastra tradisional menawarkan kelebihan unik yang akan lebih bertahan lama dibandingkan cerita digital di era modern saat ini. Nilai-nilai yang tetap relevan dengan kehidupan keseharian anak-anak, bisa membantu mereka memahami identitas budaya mereka serta membuat aktivitas membaca jauh lebih menyenangkan dan bermakna.
Sastra tradisional menawarkan pengalaman yang mendalam karena dipenuhi cerita dengan tema yang mengangkat kehidupan sehari-hari, sehingga anak-anak bisa lebih mudah merasakan hubungan dengan tokoh-tokoh dalam cerita. Contoh saja dalam cerita Timun Mas yang memiliki alur cerita menarik.Â
Dibalik cerita yang menarik, cerita tersebut juga mengandung pesan moral penting terutama agar kita berbakti kepada orang tua dan mempunyai keberanian untuk menjalani hidup. Dengan demikian, sastra tradisional membantu anak-anak memahami konsep yang sulit mereka cerna jika disampaikan secara langsung.
Membaca sastra tradisional memberikan keseimbangan yang diperlukan ditengah banyaknya konten-konten yang berseliweran di media sosial. Berbeda dengan media sosial yang hanya memberikan hiburan sesaat, sastra tradisisonal justru mendorong anak untuk berpikir lebih mendalam dan mengembangkan pemahamannya secara kritis. Proses tersebut dapat membantu dalam meningkatkan keterampilan literasi anak, baik dari segi kemampuan membaca, memahami, dan menganalisis teks.Â
Selain itu, cerita yang disampaikan biasanya pada cerita menggunakan bahasa yang kaya dan indah, sehingga dapat memperluas kosakata dan kemampuan berbahasa anak-anak. Ada juga manfaat lain yang diberikan ketika anak membaca sastra tradisional yaitu perkembangan anak dalam hal perkembangan bahasa, perkembangan kognitif, perkembangan kepribadian, dan perkembangan sosial (Sartini et al., 2022).
Mengenalkan sastra tradisional juga menjadi langkah awal untuk membangun rasa cinta terhadap budaya lokal. Dalam cerita rakyat, legenda, atau mitos dari berbagai daerah di Indonesia, terdapat banyak aspek budaya yang menarik, mulai dari adat istiadat, bahasa, hingga kearifan lokal. Saat anak-anak diajak membaca cerita dari daerah asal mereka, mereka tidak hanya memperoleh informasi tentang sejarah dan tradisi, tetapi juga merasa lebih dekat dengan identitas mereka sendiri.Â
Hal ini dapat meningkatkan rasa bangga mereka terhadap warisan budaya yang telah ditelah diwariskan, yang pada akhirnya memperkuat ikatan emosional mereka dengan kebiasaan membaca.
Bagi para orang tua dan guru, penting untuk menggunakan cara kreatif dalam memperkenalkan sastra tradisional. Â Salah satu cara yang bisa dilakukan orang tua adalah dengan membacakan cerita rakyat sebelum tidur sebagai kegiatan rutin anak. Aktivitas ini tidak hanya memperkuat hubungan emosional antara anak dengan orang tua, tetapi juga menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan, sehingga anak merasa termotivasi untuk membaca lebih banyak.Â
Di sekolah, guru dapat mengadakan kegiatan seperti dramatisasi cerita rakyat atau membuat proyek seni berdasarkan kisah tradisional. Dengan demikian, anak-anak tidak hanya membaca, tetapi juga ikut berpartisipasi memahami cerita tersebut. Selain cara tersebut, ada beberapa cara tambahan yang dapat digunakan orang tua dan guru dapat mempermudah anak untuk meningkatkan literasi (Oktafianti et al, 2024):
- Memiliki cerita yang sesuai dengan kemampuan dan minat anak.
- Menganalisis konteks cerita melalui diskusi dan refleksi bersama-sama.
- Mengajak siswa untuk menjelaskan perbedaan yang ada dalam setiap cerita.
Teknologi yang semula dianggap sebagai penghambat minat baca juga sekarang dimanfaatkan untuk mendukung pengenalan sastra tradisional. Misalnya, cerita rakyat bisa diadaptasi menjadi buku digital interaktif atau animasi pendek yang menampilkan tokoh-tokoh legendaris dalam bentuk yang menarik bagi anak-anak.Â
Hal ini bisa menjadi jembatan untuk mengenalkan sastra tradisional kepada generasi sekarang yang akrab dengan teknologi tanpa menghilangkan esensi budaya yang terkandung di dalamnya.
Selain bermanfaat bagi anak-anak, sastra tradisional juga bisa menjadi media literasi yang menarik bagi mahasiswa. Sebagai generasi yang cenderung lebih kritis, mahasiswa dapat diajak untuk menganalisis cerita rakyat dari sudut pandang mereka secara lebih mendalam, baik dari aspek budaya, sosial, atau moral. Diskusi tentang relevansi nilai-nilai tradisional dalam konteks modern dapat membuka wawasan baru dan menumbuhkan kesadaran literasi di kalangan mereka.
Dengan berbagai manfaat yang telah dijelaskan di atas, sastra tradisional menjadi salah satu solusi efektif untuk meningkatkan minat baca di Indonesia. Pendekatan ini tidak hanya mengenalkan anak-anak dan remaja pada kebiasaan membaca, tetapi juga menanamkan nilai-nilai budaya yang  yang akan mereka bawa hingga dewasa dan mewariskan ke generasi selanjutnya.Â
Dengan mengimplementasikan sastra tradisional dalam pendidikan dan kehidupan sehari-hari membantu kita tidak hanya menciptakan generasi pembaca yang lebih baik, tetapi juga memperkuat identitas budaya bangsa di tengah tantangan globalisasi.
Daftar Pustaka
Harianto, E. (2020). Keterampilan Membaca dalam Pembelajaran Bahasa . Didaktika: Jurnal Kependidikan, 9(1), 1-8. https://doi.org/10.58230/27454312.2
Pengelola Siaran Pers (2022). Peringkat Indonesia pada PISA 2022 Naik 5-6 Posisi Dibanding 2018. Diakses pada 16 November 2024 dari https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2023/12/peringkat-indonesia-pada-pisa-2022-naik-56-posisi-dibanding-2018
Nugroho, B. A., & Alfian, R. (2019). Resistensi Perempuan dalam Babad Tanah Jawi Kajian Feminisme dalam Sastra Tradisional. Prosiding Kabastra IV. Universitas Tidar, November.
Sartini, Karta, I. W., Rachmayani, I., & Astini, B. N. (2022). Pembelajaran Menggunakan Sastra Tradisional Untuk Meningkatkan Kemampuan Sosial-Emosional Anak Kelompok a Di Tk Melati. Jurnal Mutiara Pendidikan, 2(01), 1–7. https://doi.org/10.29303/jmp.v2i1.3534
Oktafianti, M., Dewi, D. A., & Hayat, R. S. (2024). Peranan Cerita Rakyat Nusantara dalam Meningkatkan Literasi Budaya dan Kewargaan Siswa. Indo-MathEdu Intellectuals Journal, 5(1), 1073–1079. https://doi.org/10.54373/imeij.v5i1.718
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H