Hening. Aku terdiam. Dan dia masih mengisap rokoknya.
"dia menangis, saya iba mendengar tangisan itu. mungkin umur dia saat itu masih terbilang 2 tahunan. akhirnya saya menggendongnya dan tak tau harus di taro dimana saat itu. Saya engga punya rumah, saya engga punya duit. tapi yang saya fikirkan bukan itu, yang ada dalam pikiran saya saat itu adalah bagaimana saya bisa menghentikan tangisan itu hingga ia terlelap tidur."
"emmm lalu ?" tanyaku masih penasaran
“lalu saya membawanya ke tempat biasa saya berteduh. Saya berusaha untuk menghentikan tangisannya dengan yang saya bisa.”
“terus kenapa kamu mau menolong anak itu ?” pertanyaan yang konyol mungkin
“sebelum saya menemukan anak itu dan selama saya hidup, saya engga akan pernah tau arti dari berbagi.” Jawab pengamen itu sambil mengisap rokoknya dalem-dalem
“meski saya engga punya apa-apa tapi saya senang dan bahagia bisa memberi sesuatu kepada orang lain.” Lanjut dia
“ terus apa yang ada dalam pikiran kamu ?”
“tuhan masih ngasih saya anggota tubuh yang sempurna, dan saya engga mau menyia-nyiakan itu. Yang terpenting dalam hidup saya adalah saya bisa membuat orang bahagia dan bisa bermanfaat untuk orang-orang di sekeliling saya meski awalnya saya hanya seorang diri.”
Aku terdiam. Aku masih engga mengerti dengan apa yang diceritakan pengamen tersebut. Aku diam seperti orang bodoh. Apa maksud dia menghampiriku ? kemudian menceritakan semua tentang hidupnya kepadaku ? apa dia ingin aku iba kepadanya ? aku masih engga mengerti. Tapi selama dia tidak berbuat jahat, aku akan tetap mendengarkan semua cerita dia.
“terus kenapa engga kamu aja yang sekolah ?” tanyaku