Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional pada 32 orang anak kos latahzan 2 pada 22 Januari 2023. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling yaitu mengambil seluruh anak kos latahzan 2, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi yang digunakan adalah bersedia mengikuti penelitian. Kriteria eksklusinya adalah sedang menderita penyakit insomnia dan gangguan makan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah depresi, variabel tergantung yaitu status gizi. Depresi didapatkan dengan kuesioner depresi dan status gizi dinilai berdasarkan pengukuran antropometrik menggunakan indeks massa tubuh (IMT). Data karakteristik subyek penelitian diperoleh melalui kuesioner yang ditanyakan kepada subyek.Â
Pengumpulan data dilakukan oleh 2 orang enumerator yang telah diberikan pengarahan dan pelatihan sebelumnya. Data tersebut selanjutnya diuji secara statistik dengan uji fisher exact test. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa subyek penelitian sebagian besar berjenis kelamin perempuan dan berstatus domisili kos sebanyak 32 orang. persentase terbesar responden tidak mengalami depresi, tetapi apabila dilihat berdasarkan depresi atau tidak ternyata persentase depresi (baik depresi ringan maupun sedang) lebih besar yaitu 59,41%. Angka ini lebih besar daripada prevalensi depresi orang dewasa di Indonesia yaitu sebesar 11,86%.
Angka depresi yang tinggi pada penelitian ini mengindikasikan bahwa subyek pada penelitian ini anak kos latahzan 2  banyak yang mengalami gangguan stres depresi. Berdasarkan hasil wawancara, gejala depresi banyak terlihat pada gangguan tidur, berkurangnya selera makan, perasaan lelah untuk melakukan sesuatu hal, serta adanya kehilangan berat badan. Penyebab depresi secara umum adalah karena tekanan kuliah, tugas pembelajaran yang banyak, ujian, tugas ilmiah di akhir pendidikan, masalah dalam pertemanan dan masalah keluarga.
Status gizi responden sebagian besar tergolong normal, dan sisanya sebesar 40,59% tergolong malnutrisi, baik gizi kurang, overweight atau kegemukan. Masalah gizi kurang pada remaja dapat diakibatkan oleh diet yang ketat (yang menyebabkan remaja kurang mendapat makanan yang seimbang dan bergizi), kebiasaan makan yang buruk, dan kurangnya pengetahuan gizi dan adanya gangguan stres seperti depresi dan cemas.Â
Hal tersebut dapat menimbulkan berbagai dampak antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit (Soekirman, 2000). Sangat disayangkan apabila subyek dalam penelitian berada pada kondisi yang kurang sehat, karena mereka tidak lama lagi akan menjalani tahap kepaniteraan klinik yang lebih berat, melelahkan dan membutuhkan daya tahan tubuh yang baik.
Gizi lebih (baik overweight maupun obesitas) juga tidak baik. Gizi lebih menyebabkan remaja menjadi malas, kurang aktivitas dan akan terbawa sampai usia dewasa dan lansia, keadaan gizi lebih merupakan faktor risiko dari beberapa penyakit degeneratif dan metabolik.
Pada semua kategori depresi, responden sebagian besar memiliki status gizi normal, yang persentase terbesar pada depresi sedang yaitu sebesar 69,56%. Dan menggambarkan bahwa subyek yang mengalami depresi sedang akan mengalami obesitas dengan persentase sebesar 21,75%.
 Hal ini bisa menggambarkan bahwa keadaan depresi yang dialami oleh subyek penelitian akan membuat subyek berperilaku makan lebih, sehingga status gizi juga semakin meningkat bahwa sampai tahap obesitas. Tetapi di sisi yang berbeda, subyek yang mengalami depresi ringan memiliki status gizi kurang dengan prevalensi sebesar 18,92%, dimana hal ini menggambarkan bahwa depresi yang dialami subyek bisa membuat subyek tidak mau makan sehingga memiliki asupan makan yang kurang.Â
Pada keadaan depresi, seseorang cenderung lupa akan pemenuhan kebutuhan dasar, seperti kebutuhan akan makanan, kebersihan diri dan istirahat. Apabila asupan makanan rendah dan berlangsung dalam jangka waktu yang relatif panjang, seseorang akan mengalami defisiensi zat gizi yang berakibat pada penurunan status gizi (Bonnie et al., 2000)