Mohon tunggu...
Annida Fadya
Annida Fadya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Fisioterapi

Semakin sulit sebuah perjuangan, maka semakin indahlah suatu kemenangan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hubungan Status Psikososial dengan Konsumsi Makanan dan Status Gizi

28 Januari 2023   22:45 Diperbarui: 28 Januari 2023   22:54 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

A. Definisi

Menurut Marchira et al. (2007) depresi merupakan salah satu gangguan jiwa yang dipengaruhi oleh stress psikososial. Depresi dapat berupa gejala, sindrom dan diagnosis, tergantung sejauh mana stresor psikososial yang dialami oleh seseorang dapat mempengaruhi diri orang tersebut. 

Gangguan yang paling sering adalah depresi (10%), gangguan anestesia generalisata (8%) dan pengobatan alkohol dengan dosis berbahaya (3%). Anestesia dan depresi, yang sering timbul bersamaan, merupakan gangguan mental yang paling sering pada masyarakat umum. Prevalensi penderita depresi pada usia remaja menunjukkan peningkatan yang sangat tinggi dibandingkan dengan usia kanak‐kanak dan usia dewasa (Darmayanti, 2008).

Berdasarkan data riskesdas 2007, prevalensi gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa (Balitbangkes DepKes RI, 2008). orang dengan depresi produktivitasnya akan menurun, dampak buruk bagi masyarakat, dan penyebab utama tindakan bunuh diri. Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyebutkan angka 17% pasien-pasien yang berobat ke dokter adalah pasien dengan depresi dan selanjutnya diperkirakan prevalensi depresi pada populasi masyarakat dunia adalah 3% (Hawari, 2013). 

Orang-orang yang menderita depresi memiliki kecenderungan tidak memperhatikan pola makan dan aktivitas fisiknya berkurang sehingga mengakibatkan berat badan menjadi naik dan menjadi gemuk (Surilena & Agus, 2006). Menurut Lubis (2009) depresi dan gangguan pola makan memiliki hubungan 2 arah, depresi dapat mempengaruhi pola makan dan pola makan dapat mengakibatkan depresi. Orang dengan depresi memiliki 2 kecenderungan gangguan pola makan yaitu tidak nafsu makan sehingga menjadi lebih kurus ataupun bertambahnya nafsu makan terutama yang manis sehingga menjadi lebih gemuk.

B. Penyebab

1.) Faktor psikologis seperti depresi, kecemasan, dan demensia mempunyai kontribusi yang besar dalam menentukan asupan makan dan zat gizi lansia (Fatimah-Muis & Puruhita, 2010). Stres dapat menyebabkan gangguan makan, baik berupa nafsu makan berkurang atau meningkat (Tirta dkk, 2010). 

Dalam keadaan tertentu stres tugas kuliahtinggi terjadi peningkatan asupan energi, lemak, karbohidrat dan protein, yang ditunjukkan dengan perbedaan rata-rata asupan energi (Chaput & Tremblay, 2007). Asupan makan merupakan faktor yang berpengaruh langsung secara linier dalam menentukan status gizi seseorang. Konsumsi makan berpengaruh terhadap status gizi seseorang (Saniawan, 2009).

2.) Faktor pemenuhan kebutuhan dasar, seperti kebutuhan akan makanan, kebersihan diri dan istirahat. Apabila asupan makanan rendah dan berlangsung dalam jangka waktu yang relatif panjang, seseorang akan mengalami defisiensi zat gizi yang berakibat pada penurunan status gizi (Bonnie et al., 2000).

C. Hasil dan Pembahasan

Dengan metode penelitian observasional analitik pada 32 anak kos latahzan 2 pada 22 Januari 2023. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling yaitu mengambil seluruh anak kos latahzan 2, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi digunakan untuk responden yang bersedia mengikuti penelitian. Kriteria eksklusinya adalah sedang menderita gangguan makan dan pola tidur. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah depresi, variabel tergantung yaitu status gizi. Depresi didapatkan dengan kuesioner depresi dan status gizi dinilai berdasarkan pengukuran antropometrik menggunakan indeks massa tubuh (IMT).

Metode

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional pada 32 orang anak kos latahzan 2 pada 22 Januari 2023. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling yaitu mengambil seluruh anak kos latahzan 2, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi yang digunakan adalah bersedia mengikuti penelitian. Kriteria eksklusinya adalah sedang menderita penyakit insomnia dan gangguan makan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah depresi, variabel tergantung yaitu status gizi. Depresi didapatkan dengan kuesioner depresi dan status gizi dinilai berdasarkan pengukuran antropometrik menggunakan indeks massa tubuh (IMT). Data karakteristik subyek penelitian diperoleh melalui kuesioner yang ditanyakan kepada subyek. 

Pengumpulan data dilakukan oleh 2 orang enumerator yang telah diberikan pengarahan dan pelatihan sebelumnya. Data tersebut selanjutnya diuji secara statistik dengan uji fisher exact test. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa subyek penelitian sebagian besar berjenis kelamin perempuan dan berstatus domisili kos sebanyak 32 orang. persentase terbesar responden tidak mengalami depresi, tetapi apabila dilihat berdasarkan depresi atau tidak ternyata persentase depresi (baik depresi ringan maupun sedang) lebih besar yaitu 59,41%. Angka ini lebih besar daripada prevalensi depresi orang dewasa di Indonesia yaitu sebesar 11,86%.

Angka depresi yang tinggi pada penelitian ini mengindikasikan bahwa subyek pada penelitian ini anak kos latahzan 2  banyak yang mengalami gangguan stres depresi. Berdasarkan hasil wawancara, gejala depresi banyak terlihat pada gangguan tidur, berkurangnya selera makan, perasaan lelah untuk melakukan sesuatu hal, serta adanya kehilangan berat badan. Penyebab depresi secara umum adalah karena tekanan kuliah, tugas pembelajaran yang banyak, ujian, tugas ilmiah di akhir pendidikan, masalah dalam pertemanan dan masalah keluarga.

Status gizi responden sebagian besar tergolong normal, dan sisanya sebesar 40,59% tergolong malnutrisi, baik gizi kurang, overweight atau kegemukan. Masalah gizi kurang pada remaja dapat diakibatkan oleh diet yang ketat (yang menyebabkan remaja kurang mendapat makanan yang seimbang dan bergizi), kebiasaan makan yang buruk, dan kurangnya pengetahuan gizi dan adanya gangguan stres seperti depresi dan cemas. 

Hal tersebut dapat menimbulkan berbagai dampak antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit (Soekirman, 2000). Sangat disayangkan apabila subyek dalam penelitian berada pada kondisi yang kurang sehat, karena mereka tidak lama lagi akan menjalani tahap kepaniteraan klinik yang lebih berat, melelahkan dan membutuhkan daya tahan tubuh yang baik.

Gizi lebih (baik overweight maupun obesitas) juga tidak baik. Gizi lebih menyebabkan remaja menjadi malas, kurang aktivitas dan akan terbawa sampai usia dewasa dan lansia, keadaan gizi lebih merupakan faktor risiko dari beberapa penyakit degeneratif dan metabolik.

Pada semua kategori depresi, responden sebagian besar memiliki status gizi normal, yang persentase terbesar pada depresi sedang yaitu sebesar 69,56%. Dan menggambarkan bahwa subyek yang mengalami depresi sedang akan mengalami obesitas dengan persentase sebesar 21,75%.

 Hal ini bisa menggambarkan bahwa keadaan depresi yang dialami oleh subyek penelitian akan membuat subyek berperilaku makan lebih, sehingga status gizi juga semakin meningkat bahwa sampai tahap obesitas. Tetapi di sisi yang berbeda, subyek yang mengalami depresi ringan memiliki status gizi kurang dengan prevalensi sebesar 18,92%, dimana hal ini menggambarkan bahwa depresi yang dialami subyek bisa membuat subyek tidak mau makan sehingga memiliki asupan makan yang kurang. 

Pada keadaan depresi, seseorang cenderung lupa akan pemenuhan kebutuhan dasar, seperti kebutuhan akan makanan, kebersihan diri dan istirahat. Apabila asupan makanan rendah dan berlangsung dalam jangka waktu yang relatif panjang, seseorang akan mengalami defisiensi zat gizi yang berakibat pada penurunan status gizi (Bonnie et al., 2000)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun