Mohon tunggu...
Anni Rosidah
Anni Rosidah Mohon Tunggu... Guru - Penulis Buku Arah Cahaya

Jaga Selalu cita-cita dan mimpimu. Jangan Pernah kau padamkan. Mesti setitik, cita-cita dan mimpi itu akan mencari jalannya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Drama Ikan Asin

29 Desember 2023   08:23 Diperbarui: 29 Desember 2023   08:30 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Penjelasan dosen mata kuliah Komunikasi Politik itu tidak dapat diterima Fina dengan baik. Ia tidak bisa focus dengan materi yang disampaikan dosen favoritnya itu.  Jika biasanya jam mata kuliah pak Ali, dosen sekaligus sekretaris jurusan dikampusnya adalah waktu yang ia tunggu, tapi kali ini berbeda.

"Ada apa denganmu Fin, kamu sepert tidak tenang," tanya Afni penasaran.

Penjelasan dosen mata kuliah Komunikasi Politik itu tidak dapat diterima Fina dengan baik. Ia tidak bisa focus dengan materi yang disampaikan dosen favoritnya itu.  Jika biasanya jam mata kuliah pak Ali, dosen sekaligus sekretaris jurusan dikampusnya adalah waktu yang ia tunggu, tapi kali ini berbeda.

"Ada apa denganmu Fin, kamu sepert tidak tenang," tanya Afni penasaran.

"Tidak apa-apa," Jawab Fina sambil mengeluarkan senyum paling manisnya.

Afni adalah teman kuliah yang sangat dikagumi dan digilai teman-teman Wanita dikelasnya. Afni pria kalem nan gantheng dengan postur tubuh tinggi besar dengan rambut ikal yang katanya anak seorang anggota dewan. Meski dengan banyak kelebihan, ia sama sekali tidak sombong. Afni bahkan seringkali mengajak teman-temannya untuk refreshing ke tempat wisata disela-sela libur kuliah atau mengajak menjenguk teman kuliahnya yang tidak masuk kuliah lama karena sakit. Bisa dibilang Afni mempunyai jiwa sosial yang tinggi.

Pagi itu, Fina duduk di bangku kedua deret Sebelah kanan. Sebelah kanannya adalah tembok. Sedangkan Afni duduk di sebelah kirinya. Dibelakangnya, ada Restu, Farid dan Fajar. Ia sebenarnya sangat senang duduk bersebelahan dengan Afni. Karena jarang sekali ia bisa duduk dengan pria tampan yang banyak menjadi idaman teman-teman kuliahnya itu.

"Dalam komunikasi politik, sama dengan komunikasi jenis lainnya. Ada komponen-komponen didalamnya agar proses komunikasi dapat berjalan semestinya dan pesan dapat sampai ke pendengar atau lawan bicara," Terang dosen berkacamata itu.

"Proses komunikasi politik akan menghasilkan efek yang berupa dukungan, pengetahuan hingga persuasi yang telah sampai pada partisipasi aktif dari khalayak dalam hal politik. Contohnya, komunikasi politik untuk mendukung salah satu actor politik," tambahnya.

Panjang lebar penjelasan dosen seperti tak masuk dalam otak Fina. Ia seperti menahan rasa yang tak biasa.

"Ya Allah, kenapa lama sekali mata kuliah ini," Gerutu Fina dalam hati sambil melihat jam tangan warna silver ditangan kanannya.

"Ada pertanyaan," Tanya Pak Ali kepada mahasiswa-mahasiswanya yang berjumlah dua puluh lima.

"Maaf pak,",.

"Ada apa Fin,".

'Iya, silahkan bertanya,".

"Maaf pak, saya tidak bertanya, tapi mau ijin ke toilet sebentar," jawab Fina pelan.

"Huuuu," Riuh teman sekelas.

"Kebelet mungkin, ucap Nurya pelan.

Fina seperti tak memperdulikan protes teman-teman sekelasnya. Segera ia berjalan cepat ke arah Toilet Perempuan yang tampak penuh.

Ia berlari menuju kamar mandi dengan pinggiran tembok yang lancip membentuk sudut 90 derajat. Ia menggeser-geserkan punggungnya yang sedari tadi terasa gatal sambil menggaruk-garukkan kedua tangannya ke arah belakang.

"Alhamdulillah Ya Allah. Rasa gatal di punggung ini benar-benar menggangnguku. Kalau saja dibelakang atau samping tempat dudukku ada Nurya atau Rida, pasti aku minta tolong saja ke mereka. Tak perlu menahan rasa gatal ini sampai berlama-lama," gerutunya.

Tweety, susul Nurya dan Rida  ke kamar mandi.

Tweety adalah panggilan Nurya dan Rida kepada Fina. Mungkin karen Fina paling cerewet dari tiga bersahat itu. 

"Ada apa denganmu," Tanya Rida cengar-cengir.

"Sakit perut yah," tambah Nurya sambil mencubit lengan Fina.

"Masyaallah. Dari tadi aku menahan rasa gatal dipunggung yang sangat-sangat menyiksa. Lama-lama tak bisa aku menahannya," jawab Fina masih sambil menggaruk-garuk punggungnya.

"Ha.............ha...........ha..........,"Tawa kedua sahabatnya itu dengan lepasnya.

"Makanya jangan suka makan ikan asin. Sudah tahu kalau makan ikan mesti gatal-gatal. Terus saja dimakan," seru Rida dengan puasnya.,

"Ayo garukin punggungku dulu. Trus kita masuk kelas," Pinta Fina kepada dua sahabatnya itu.

"Heee......sudah istirahat. Sesaat setelah kamu ijin ke toilet, jam kuliah habis," Timpal Nurya.

Segera ia menggaruk punggung sahabatnya itu.

"Cie ......cie... yang duduk disamping Afnii," Goda Nurya lagi.

"Sumpah, menggaruk rasa gatal lebih melegakan dibanding duduk dekat dengan cowok idaman sejuta Wanita," terang Fina sambil mengangkat jari Telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V sambil tertawa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun