Cahaya di tempat kursus dengan penuh warna. Antre mandi di kos setelah Subuh, menyewa sepeda onthel untuk berjalan-jalan di obyek wisata atau untuk pergi ke pasar, jamaah salat lima waktu di mushola dekat kos, mengisi malam minggu dengan berjalan kaki bersama-sama menuju  pusat keramaian. Serta melihat para petani sayur memanen tanamannya seakan menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi Cahaya.
Hari-hari dilaluiSetelah hampir satu bulan lamanya, akhirnya mereka sampai juga pada acara perpisahan. Di tempat kursus, biasa disebut farewell party. Para tutor meminta peserta kursus menampilkan penampilan terbaik yang dipunya.
"Tomorrow. Please write your show. We wait your perform in stage," ungkap Mister Tri, salah seorang tutor Cahaya di kelasnya.
Setelah sampi di kos, Cahaya dan teman-temannya berunding untuk menampilkan apa. "Suaramu kan bagus, pintar Qiroah. Kamu Qiroah ya Zum," pinta sulis kepada Zumarah.
Wanita berkaca mata tebal dengan hidung mancung yang berasal dari pulau Bawean ini memang suaranya merdu dan pintar Qiroah. Namun ia menolak dengan alasan belum siap katanya.
"Aku gak siap, yang lain saja," pinta Zumaroh kepada teman-temannya.
"Bagaimana kalau kita tampil grup menyayikan lagu Hadad Alwi dan Sulis yang lagi booming. Zumaraoh vokalnya, kita jadi backsound-nya," ungkap Diana.
"Setuju, kita harus mensyiarkan kampus kita dengan talenta yang kita punya.
"Latihannya bagaimana?" tanya Dayat.
"Biasanya kalau sore kan kita main ke sawah atau barongan. Setiap sore kita latihan di sana saja," ungkap Cahaya.
"Setuju," jawab kelima temnnya kompak.