"Saya pernah ke sana. Dari tempatnya Cak Nun ke mana?" tanya nya lagi,"
        "Ke Barat Pak, sekitar lima kilo ke Barat, Selatannya sungai," jawab Cahaya.
        "Kamu di Surabaya kos?" imbuhnya pria yang tampak beberapa uban di rambutnya.
        "Iya Pak," jawab Cahaya gugup.
        "Kamu ikut lomba izin dulu nggak sama ibumu?" tanya juri penasaran.
        "Nggak Pak," jawab Cahaya.
        "Kenapa?" jawabnya lagi.
        "Di rumah tidak ada telepon dan HP, Pak. Biasanya telepon rumah paman yang ada di desa sebelah. Nanti anaknya paman memanggilkan ibu. Saya tidak mau merepotkan mereka," jawab Cahaya jujur.
        "Baik, silakan kamu presentasikan beritamu," pinta juri.
        Cahaya yang dari tadi membaca doa dalam hati agar diberi kelancaran tampak bersemangat. Hampir lima menit mempresentasikan beritanya, Cahaya tidak menduga dapat menyampaikan beritanya dengan lancar tanpa kendala. Tak ada lagi gugup dan gemetar yang ia rasa.
"Berita ini baru tadi malam, tapi kamu sudah sangat menghafal ya. Bagus, lancar. Jangan lupa kalau ikut sesuatu, pamit dulu sama ibu," pesan juri di depannya yang ternyata adalah seorang jurnalis ternama, Karni Ilyas.