"Ini amalan yang saya beri untuk kalian, sebisa mungkin kalian amalkan," pinta Pak  Dosen.
        "Iya Pak, terima kasih," jawab mereka kompak.
        Segera Ustaz Munir memimpin doa diamini para mahasiswi dan mahasiswanya. Tepat setelah berdoa, tampak banyak tamu bergerombol di luar rumah. Cahaya dan teman-temannya segera pamit.
        Sesampai di tempat kos, Cahaya yang menyeberang jalan layang dan berjalan kaki agak jauh dari jalan raya ke kosnya segera membuka hadiah dari dosennya. Tasbih dengan butiran hijau berjumlah tiga puluh tiga dengan kertas hijau bertuliskan wirid Al-Ghozali tertulis di atasnya. Wirid yang diawali dengan kiriman fatihah bagi pemberi ijazah itu berisi dzikir harian yang harus dibaca sebanyak seribu kali setiap hari.
"Jumat-ya Allah, Sabtu-laailahaillAllah, Minggu-ya hayyu ya qoyyum, Senin-la hawla walaquwwata illa billahil 'aliyil adhim, Selasa-Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad wa ala alihi sayyidina Muhammad, Rabu-astraghfirullohal adzim, Kamis-subhanAllahu adhimi wabihamdih. Imam AL-Ghozali rahimahullah berkata, aku memperoleh kebahagiaan dan keberkahan dengan mengamalakan segala wirid ini," ucap Cahaya membaca lirih kertas kecil yang ia bawa.
        Sejak saat itu, setiap kali berkunjung ke rumah dosen atau orang alim, ia selalu minta ijazah atau amalan untuk memperoleh kemudahan dalam hidupnya. Nyicil doa, itulah yang ada di hati Cahaya. Memohon kepada Allah terhadap apa yang diinginkan pada masa-masa sekarang dan akan datang dalam hidupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H