Mohon tunggu...
Anni Rosidah
Anni Rosidah Mohon Tunggu... Guru - Penulis Buku Arah Cahaya

Jaga Selalu cita-cita dan mimpimu. Jangan Pernah kau padamkan. Mesti setitik, cita-cita dan mimpi itu akan mencari jalannya

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Arah Cahaya Part 10 (Tertanam Dalam Jiwa)

14 Agustus 2023   13:22 Diperbarui: 7 September 2023   16:27 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

                "Maaf Pak, rumah ustadz Munir sebelah mana ya?" tanya Ahmad.

                "Ow, Abah Munir yang punya pondok karyawan?" jawab pedagang tersebut.

                "Iya," jawab Ahmad.

"Lurus saja, sekitar seratus meter ada gang belok kiri, berjalan sebentar nanti ada tulisan pondok masuk. Ya itu rumahnya," terang penjual bensin itu lagi.

                "Terima kasih Pak," ucap Ahmad dan teman-temannya.

                Setelah berjalan sesuai petunjuk tukang bensin tersebut, sampailah Cahaya dan kelima temannya di rumah dosen. Waktu itu azan Magrib sudah mulai terdengar. Segera mereka menuju rumah bercat putih dan merah agak kusam itu. Di dalam, sudah tampak tamu yang hendak pamit. Setelah  beberapa tamu keluar, Cahaya dan teman-temannya masuk dan bersalaman dengan sang dosen.

                "Kok tahu rumah saya?" tanya ustadz munir kepada mahasiswa-mahasiswanya.

                "Iya ustaz, tanya di jalan depan tadi," jawab Ahmad.

                "Alhamdulillah. Silakan diminum dulu, habis ini kita jama'ah di pondok sebelah," pinta ustad]z Munir kepada keenam mahasiswa-mahasiswinya.

                Saat salat Magrib, Cahaya dan teman-temannya baru tahu jika dosennya itu juga mempunyai pondok khusus untuk para pekerja. Rumahnya yang berada di kota besar dan dekat dengan pabrik, tidak membuat dosennya tesebut membuka tempat kos. Tapi lebih memilih menggunakan untuk pondok untuk karyawan. Disela-jam kerja, para karyawan melakukan salat jamaah dan ngaji kitab pada malam hari dan sesudah Subuh. Dilihat dari jumlahnya, mungkin memang tidak terlalu besar layaknya pondok-pondok lain yang mempunyai santri hingga ribuan. Dari kamar yang ada, mungkin sekitar 20 karyawan.

                Setelah salat maghrib, Cahaya dan keenam temannya segera kembali ke rumah dosen. Sudah tampak enam mangkuk bakso beserta minuman hangat disuguhkan di lantai dengan alas karpet khas. Segera, sang dosen menyuruh mereka berenam makan apa yang ada. Setelah menghabiskan semangkuk bakso yang ada di depannya masing-masing, Cahaya dan temannya juga diberi minum air zam-zam yang dihidangkan dalam gelas bening kecil. Sebelum pamit, Ahmad meminta doa kepada dosennya itu. Sang dosen mengeluarkan beberapa kertas kecil berwarna hijau dengan tasbih yang dibungkus dalam plastik tebal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun