Mohon tunggu...
Anni Rosidah
Anni Rosidah Mohon Tunggu... Guru - Penulis Buku Arah Cahaya

Jaga Selalu cita-cita dan mimpimu. Jangan Pernah kau padamkan. Mesti setitik, cita-cita dan mimpi itu akan mencari jalannya

Selanjutnya

Tutup

Book

Arah Cahaya Part 7 (Siapa Bilang Cinta Itu Buta)

11 Agustus 2023   12:09 Diperbarui: 7 September 2023   16:29 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                Setelah peristiwa tersebut, Ary semakin berani mendekati Cahaya. Ary yang biasanya datang terlambat ke sekolah dan kabur sebelum jam pulang sekolah berakhir seakan telah berubah. Kini ia datang dan pulang sekolah tepat waktu. Rajin dan giat belajar. Penampilannya juga lebih fresh dengan gaya rambut baru. Tak lagi gondrong dengan kunciran. Meski tidak ada kata jadian, mereka semakin dekat satu dan lainnya.

                Pagi itu, sebelum jam pelajaran dimulai, Ary membawa seikat bunga flamboyan warna merah dan putih dan memberikannya kepada Cahaya. Meski hanya bunga liar, tapi Cahaya sangat senang. Seperti biasa, Cahaya tidak menunjukkan rasa sukanya. Ia hanya meletakkan bunga itu di sampingnya tanpa memegang.

                Waktu demi waktu, ia lalui masa sekolah dengan suntikan semangat dari saudara dan  teman-temannya. Sebenarnya, jika mau Cahaya bisa saja berpacaran dengan Ary seperti teman-temannya yang lain yang sudah punya pacar atau bahkan sudah bertunangan. Tapi bagi Cahaya saat ini, pacaran bukanlah prioritasnya.

                Setelah hampir setahun memasuki kelas tiga Madrasah Aliyah, ujian nasional segera dimulai. Seperti biasanya, setiap akan ujian, sakit thypus yang diderita Cahaya kembali kambuh. Beban ujian dan hubungan orang tua yang tidak harmonis seakan menjadi masalah besar bagi Cahaya yang tak kunjung menemukan solusi. Akhirnya, ia pun melalui ujian nasional dalam keadaan sakit. Mengerjakan ujian sambil menyenderkan kepala di bangku dan tentu saja hasilnya tidak maksimal karena kondisi tubuhnya yang sangat lemah. Dari pada tidak ikut ujian, dan harus mengikuti ujian susulan, pikirnya.

                Setelah berbulan-bulan menjalani kisah tanpa kunjung mendapat jawaban tentang kepastian hu-bungannya, akhirnya hubungan Cahaya dan Ary mulai merenggang. Ary kembali pada kebiasaannya yang lama, datang ke sekolah terlambat dan pulang sekolah sebelum waktunya. Bahkan suatu hari, seminggu sebelum pe-ngumuman kelulusan. Ary tiba-tiba duduk di samping Cahaya tanpa bicara apa-apa. Cahaya mencium bau alkohol dari baju Ary. Hal itu tentu saja semakin menguatkan Cahaya untuk tidak berhubungan lebih jauh dengan teman sekelasnya itu. Bagi Cahaya, tipe laki-laki pilihannya adalah laki-laki yang lurus, tidak banyak tingkah, kalau bisa tidak pernah pacaran dan rajin beribadah. Sementara Ary, bukanlah tipenya meski sebenarnya ia sangat menyukainya.

                "Siapa bilang cinta itu buta. Cinta seharusnya mampu membawa kita pada hal yang lebih baik, bukan sebaliknya. Karena kalau tidak semua hanya akan berujung pada penyesalan belaka. Karena pelajaran hidup bisa diambil dari mana saja, tidak harus dari pengalaman diri sendiri. Tapi beribu kisah yang pernah ada. Entah itu dari film, sinetron bahkan keluarga, saudara, teman dan tetangga. Kali ini, aku ingin mengambil pelajaran dari hubungan bapak dan emiknya," gumamnya dalam hati.

                Mengetahui kondisi orang tuanya yang selalu bertengkar menjadi beban sendiri bagi Cahaya untuk memilih bagaimana nanti pendamping hidupnya. Baginya, yang terpenting sekarang adalah banyak berdoa agar bisa melanjutkan kuliah, bekerja dan nanti bertemu jodoh dengan orang yang baik, berbahagia selamanya. Mengetahui kepahitan rumah tangga orang tuanya, pelan-pelan mengubah pemikiran Cahaya menjadi lebih dewasa dari pemikiran gadis seusianya.

Saat banyak remaja memilih menjadi nakal, terjerumus dalam pergaulan bebas, narkoba atau kenakalan remaja lainnya untuk melarikan diri dari masalah, Cahaya justru berbeda. Ketimbang menambah masalah keluarga, ia ingin menjadi anak yang baik. Penurut, pendiam, tidak banyak mau agar mampu meringankan beban keluarga.

Nyicil doa jangka pendek untuk kesehatan dan kelancaran sekolah. Tak lupa juga doa cicilan jangka panjang untuk kuliah, pekerjaan dan harapan harmonisnya keluarganya nanti. Perlahan tapi pasti, Cahaya seakan menemukan kekuatannya. Ia yang selalu saja sakit saat mendengar orang tuanya bertengkar atau saat ujian, kini bisa bertahan dengan harapan dan nyicil doa untuk jangka panjang dan jangka pendek dalam kehidupannya.

Apalagi saat kuliah dan jauh dari rumah. Cahaya yang tak pernah lagi mendengar pertengkaran dan kekerasan dalam rumah tangga yang diterima oleh ibunya, seakan menjadi obat mujarab akan kesehatan fisik dan mentalnya.

"Aku yakin, tak ada sesuatu sekecil apa pun di dunia ini yang diciptakan sia-sia. Semua pasti punya maksud dan tujuan. Hanya saja perlu waktu untuk bisa memahaminya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun