Mohon tunggu...
Annas Maulana
Annas Maulana Mohon Tunggu... Administrasi - Pena Impian

Pena Goresan Tinta Emas Perjuangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Balik "Putut Nonok"

19 April 2020   21:37 Diperbarui: 19 April 2020   21:54 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon beringin dalam bahasa dayaknya Putut Nonok oleh Obi Seprianto

Dia juga mengatakan sering orang yang lewat daerah hutan Putut Nonok ditakut-takuti oleh mahluk/hewan yang tidak dapat dilihat dengan mata manusia, yang mendiami hutan tersebut sehingga Putut Nonok di kenal oleh masyarakat setempat khususnya Desa Simpang Naneng sebagai tempat yang angker (tampak menyeramkan) dengan segala cerita mistiknya.

Nenek Jumpet juga menceritakan Tidak jauh dari hutan tempat Putut Nonok berada sekitar 200 meter, tepatnya dekat SDN 2 DAYU di Desa Simpang Naneng . Terdapat sebuah jalan tanjakan yang sering dikenal dengan sebutan "wungkur buta" dan konon kata orang dulu disitu terkenal juga dengan sebutan "Damung Wungkur Buta maleh, Raden Karungang Runsa" atau "bukit yang tidak melihat raja atau putra raja melintas Karungang Runsa" (Karungung Runsa adalah konon dulu nama sebutan daerah wungkur buta tersebut).

Memang secara histori ada alasan kenapa Jalan tanjakan tersebut dinamakan masyarakat  wungkur buta karena sering terjadi peristiawa kecelakaan tunggal atau pun tabrakan yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa, tetapi setalah namanya jalan tanjakan tersebut wungkur buta tetap terjadi kecelakaan motor atau mobil didaerah tersebut bahkan meningkat dari sebelumnya.

Beranjak dari peristiwa tersebut, daerah sekitar  wungkur buta kearah hutan Putut Nonok yang dikenal masyarakat Desa simpang naneng sekarang dengan nama Simpang Waringin dengan tujuan semoga dapat menepis atau menghilangkan banyaknya peristiwa aneh terjadi di sekitar daerah tersebut.

Di beri nama Simpang Waringin kata "Nenek Jumpet"  karna tetapnya didaerah tersebut terdapat sebuah persimpangan kearah Hepung Waringin ( Hepung adalah tempat berkumpulnya/pemukiman dan tempat orang dulu berkerja). Di Desa Simpang Naneng itu sendiri terdapat beberapa Hepung selain Waringin, seperti Hepung Manengeten dan Hupung Mabu.

Dari berbagai fenomena yang terjadi dan dipaparkan oleh Nenek Jumpet, hal yang memang masih dirasakan oleh masyarakat setampat secara terkhusus masyarakat Desa Simpang Naneng sampai sekarang adalah ketika berjalan lewat daerah hutan Putut Nonok seperti berjalan di dalam dunia lain terasa ada hawa dingin khususnya ketika malam hari.

Memasuki tahun 2000an, cerita tentang angkernya hutan Putut Nonok dengan cerita mistiknya sudah mulai memudar bahkan menghilang dari dalam tataran masyarakat setempat karna kemajuan jaman dan cepat perubahan yang terjadi. Hal tersebut disebabkan karna mengalir derasnya arus globalisasi yang tidak dapat terbendung oleh manusia, sehingga menjadikan masyarakat yang moderen dalam segala lini kehidupan. eperti 

Seperti mulai dari cara berpemikiran, bertingkah laku secara dinamis, realistis dan sistematais ,ada juga karena faktor aliran kepercayaan masyarakat setempat yang sudah kebanyakan pindah agama dan masuk kedalam agama kristen protestan dan katolik sehingga percaya untuk hal-hal bersifat mistik mulai berkurang.  

Banyak contoh lain yang dapat kita lihat secara kesat mata, seperti mulai banyak rumah dan bangunan berdiri disekitar daerah hutan Putut Nonok  bahkan di tengah pulau tersebut sekarang sudah berdiri kantor Desa Simpang Naneng yang bagus.

Lalu Bagaimana nasib mahluk tidak terlihat di sekitar Hutan Putut Nonok. Apakah pindah ketempat yang baru sebab cahayanya di kalahkan cahaya Hp android yang lebih terang atau bersedih karna melihat manusia yang tidak takut lagi dengan mahluk tak terlihat.

Buktinya tempat mereka mulai dikuasai manusia. sebab manusia lebih takut apabila paket datanya (koutanya) habis dari pada duduk sendirian di pinggir hutan/tengah hutan asalkan Hpnya hidup dan paket data ada .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun