Huahahahaha, itu respon pertama kawan penulis saat mendengar ide gerakan rush money 2511, kenapa? Berikut cuplikan percakapan kami (P=penulis, K=kawan penulis) :
K : huahahaha, gile tuh yang bikin ide rushmoney2511, lugu dan lucu banget.
P : kenapa lucu dan lugu?
K : yang bener aja man, logikanya saja, bukannya kelompok mereka (pencetus ide) itu yang sering komplain "katanya" ekonomi Indonesia 80% dikuasai etnis tertentu dan asing. Lha sudah tahu 80% dikuasai mereka, seandainya kita berhasil menarik FULL dana 20% saja saat 25.11, lalu apa yang terjadi bila para konglo itu  membalas dengan menarik dananya yang 80%? Hahaha...
P : tidak bisa dibayangkan, 20% saja berpotensi kacau, apalagi +80%, babak belur Indo.
K : nah mikir logis dikit donk, wong IHSG begitu asing ngacir 2 hari karena trump effect saja langsung terjun bebas, kalau asing keluar semua dari IHSG, bisa jadi 1000 tuh IHSG, balik ke zaman belanda, hahaha.
Belum lagi rupiah yang pasti terjun bebas bisa saja 10x lipat seperti 98, harga beras jadi Rp 100.000/kg, rakyat miskin menderita tidak bisa makan, kekacauan dimana-mana.
Akhirnya? Nyerah dan minta bantuan Asing-aseng, seperti Zimbabwe yang akhirnya pake yuan (mata uang China), hahaha
P : waduh, jadi rush money malah langkah tercepat untuk menyerahkan diri ke asing donk?
K : ya jelas donk, dimana ada kekacauan, asing berpesta pora.
Lebih konyolnya duit ditarik hanya untuk dipindah ke bank syariah, bukannya sama saja muter-muter duitnya di Bank Indonesia? Apanya yang rush, kalau duitnya balik ke Bank Indonesia? Hahaha
kalau para konglo/asing yang rush, nah itu yang pusing, karena duitnya keluar negeri.
P : hahaha bener juga ya.
K : lagipula di dunia yang ekonominya sudah tanpa batas seperti sekarang, emang ada bank syariah yang 100% murni pemiliknya muslim? Emang kita tahu siapa pemilik saham/pemodalnya? Jangan-jangan sami mawon pemilik saham/modalnya sebagian juga kerja sama dengan asing, wkwkwk
P : haaah?Â
K : nah makanya, mari berpikir dengan tenang dan jernih. Kasus penista agama kok malah ngeleweng ke presiden dan ekonomi, ini jelas ada yang menunggangi, persis pidato Jenderal Gatot.
P Â : siapa ya yang kira2 menungganggi bro?
K Â : banyak kepentingan, dari kekuatan asing yang memang ingin menguasai Indonesia, internal lawan politik yang haus kekuasaan, hingga ISIS.
P Â : lho kok ISIS jadi ikutan bro?
K Â : sederhana saja, elo pikir ISIS itu bisa tiba2 seganas sekarang? Ada proses cuci otaknya, contohnya nih kalau di lingkup lokal kita :
 - awalnya memang murni membela agama karena Ahok = disulut apinya agar timbul rasa tidak terima dan sakit hati yang meluas.
- lama-lama ditarik ke ketidaksukaan dan tidak percaya terhadap pemerintah, penegak hukum dst.
- sekarang mulai ingin ada gerakan untuk menerapkan hukum agama, dari perbankan syariah yang masih bagus dulu, baru beranjak ke yang makin radikal.
- kemudian diprovokasi agar membenci etnis tertentu, agama tertentu (memecah belah)
- lalu mempertanyakan ideologi pancasila.
- finalnya ingin mendirikan negara berbasis agama = persis sama tujuannya dengan ISIS
P : waduh, terus gimana donk cara kita menghindari supaya tidak tercuci otaknya?
K : mudah, waspada dengan cara-caranya. Semua agama mengajarkan untuk mencapai sesuatu harus dengan cara yang benar dan damai. Waspada bila cara-caranya sudah menyimpang:
-awalnya 100% damai
-dikompori agar saling caci maki dan menebar kebencian di medsos menjadi kebiasaan
-lama-lama, jangan mau dibohongi dengan kata "damai", harus sedikit keras
-sedikit keras ternyata tidak cukup melawan pemimpin dzolim, harus pakai kekerasan
-finalnya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan yang kadung dianggap suci (membela agama), termasuk didalamnya menebar kebencian hingga            membunuh
P Â : (glek) sambil membayangkan bagaimana dulu ISIS bisa lahir...
K Â : tanda-tanda pemerintah dan kaum elit politik sudah tahu itu juga nyata, dengan didengungkannya NKRI harga mati. Ga nyambung kan kasus Ahok kok jadi NKRI? Artinya ancaman dan gerakan untuk membelah-belah Indonesia ataupun mendirikan negara berbasis agama itu nyata adanya.
P Â : kalau negara berbasis agama, apa salahnya bro? Tentu itu menjadi pertanyaan banyak orang juga.
K Â : itu hanya indah di bayangan, tapi tidak dalam praktek, apalagi di zaman modern dimana perekonomian dan hubungan dunia sudah tanpa batas seperti sekarang. Lihat saja contoh2 negara di afrika dan timur tengah, pakistan dst, fanatisme berlebihan, radikalisme, perang dan kemiskinan justru terjadi dimana-mana, justru memberi kesempatan kepada asing untuk mengobrak-abrik negera mereka.
Negara-negara yang berhasil seperti Turki lebih memilih jalur moderat.
P Â : tapi bukannya yang radikal, isis dkk itu buatan barat bro?
K Â : nah justru itu, itu adalah bukti nyata bahwa fanatisme agama, agama apapun itu = memudahkan asing untuk masuk mengadu domba. Disulut sedikit apinya, kompornya langsung meledak dengan sendirinya.
Dan setelah kekacauan terjadi, akhirnya seperti Suriah, negara menyerah dan minta bantuan asing untuk menyelesaikan, apakah ada makan siang gratis? Hahaha       Â
P : wah kok makin njelimet ya...
K : lha memang politik itu njelimet, karena itu jangan mudah percaya provokasi dari siapapun juga, meskipun niatnya seakan mulia, tetapi bila cara-cara yang digunakan semakin tidak benar (menebar kebencian dst) = mengumpulkan dosa = jangan-jangan elo lagi diproses menjadi ISIS, hahaha.
Membela agama harusnya dipraktekkan dengan memperbanyak ibadah dan menebar kebaikan, buat umat agama lain terpesona dan menjadi mualaf, lha kalau membela agama sambil mencaci maki dan menebar kebencian, yang ada bukannya malah menista agama sendiri?
P  : sayangnya rakyat kita belum siap berpikir cerdas pro, pendidikan kita selama ini dijajah dan diabaikan "kaum birokrat" kita sendiri, jadi ya terima nasib saja  kalau gampang diadudomba, lha rakyat mau mikir panjang ga nyampai otak dan gizinya.
K Â : yang penting kita sadar aja, kawal kasus Ahok tetap pada tujuan awal yaitu targetnya Ahok saja, titik tanpa koma kemana-mana. Semua tujuan selain itu = adu domba asing, kalau elo lengah, tanpa elo sadari, setahun lagi bendera ISIS ada di rumah elo = elo resmi menjadi antek Mamarika deh, wkwkwk...
P Â : (glek)
Â
Â
#salamcerdas
#FridayIntermezzo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H