Mohon tunggu...
Anna Melody
Anna Melody Mohon Tunggu... -

Melihat dari sudut pandang berbeda...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pak Jokowi Perlu Revolusi Mental

28 Oktober 2016   18:28 Diperbarui: 29 Oktober 2016   14:05 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Revolusi Mental, sumber gambar : piyunganonline.org

1 tahun Jokowi-JK penuh pujian karena masih baru "belajar berjalan", tahun kedua mulai terlihat hasil kerjanya, dan sayangnya mulai terlihat pula bahwa fokus pemerintahan ini belum menyentuh ke kualitas, hanya ke kuantitas fisik seperti pemerintahan2 sebelumnya.

Langsung saja to the point, hal2 mendasar yang belum tersentuh :

1. 50.000 Puskesmas (Cermin Pelayanan Kesehatan)

Ini adalah janji Jokowi yang ini sudah diingatkan berulang kali oleh Fadli Zon, bahkan sangking cintanya kepada Jokowi, FZ makin kreatif aja sajak-sajaknya hahaha. Puskesmas jelas ujung tombak pelayanan kesehatan kepada rakyat, angka 50ribu puskesmas ini meski tidak bisa terwujud semua, setidaknya ada program dan progress menuju kesana.

  • Hingga saat ini tidak ada perbaikan kebijakan yang nyata untuk mengatasi problem2 yang ada selama bertahun-tahun :
  • Dokter tetap kurang = Kuliah kedokteran tetap mahal dan dipersulit = tidak ada langkah nyata untuk mencetak ribuan dokter umum dan spesialis baru
  • Alat2 kesehatan mahal  =  tetap dipajaki seperti barang mewah 30%, ini hanya perlu 3 menit untuk tandatangan  mengubah kebijakan, tapi tidak dilakukan
  • Akses obat minim, tidak merata dan tidak adil = Obat-obatan generik belum semua masuk Indonesia, apalagi masuk BPJS, akses obat masih dikuasai pasar paten, stok obat juga kacau balau tidak tersedia di lapangan
  • Suap dan permainan mafia obat tetap berkeliaran
  • Obat palsu dan makanan berbahaya tetap bertebaran tanpa langka nyata
  • Harga ROKOK tetap murah = padahal bila mahal dan terjadi subsidi silang, maka kita punya budget berlebih untuk meningkatkan pelayanan kesehatan secara drastis, bahkan setara negara tetangga

2. Wajib Belajar 9 Tahun (Pelayanan Pendidikan)

Hanya program Kartu Indonesia Pintar yang dijalankan = program bagi-bagi duit alias "pencitraan" yang pelaksanaannya tidak jelas apakah dipakai untuk sekolah/tidak. Plus program bela negara yang juga tidak jelas apa efek dari training yang hanya 1 bulan? Selain menghabiskan anggaran?

Sangat disayangkan, siapapun menteri pendidikannya, karena anggaran pendidikan adalah yang tertinggi di APBN, tetapi tetap saja kurang ada gebrakan, padahal banyak hal yang bisa dilakukan, misalnya :

  • Perluas akses internet hingga tingkatan semua kantor desa dan sekolah, bekerja sama dengan kememinfo (kerja sama dengan balon google tidak jelas juga)
  • Buat materi interaktif digital sebanyak-banyaknya, sehingga bisa didownload di kantor/sekolah desa dan diakses secara offline bagi siapa saja
  • Sejuta sabak/gadget bagi anak-anak miskin dengan konten terkendali

FOKUS UTAMA dalam pendidikan harus di PEMERATAAN akses materi pendidikan dan buku digital. Semua anak memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk mengakses konten pendidikan secara gratis dari tingkat PAUD hingga kuliah dari mana saja dan kapan saja. Bukan fokus ke bangunan2 sekolah yang megah2, dll yang hanya berebut duit proyek.

3. Lapangan Pekerjaan

Sangat heran dengan kebijakan pemulangan TKI, apalagi ditengah krisis ekonomi dunia seperti ini, seharusnya TKI justru digenjot habis-habisan, kalau perlu jemput bola yang pengangguran di "paksa" kerja ke luar negeri semua.

Hanya karena rasa gengsi tidak jelas,akhirnya tidak bisa menerima realita bahwa memang sebagian besar rakyat masih lulusan SD-SMP kesalahan masa lalu, pura-pura kaya dan pintar, serta menghibur diri kita negara besar dll.

Tidak ada negara besar tanpa fokus ke pendidikan, kesehatan dan SDM! Beda 180 derajat dengan China yang sangat pandai, semua tenaga kerja mereka sebisa mungkin diexport ke seluruh dunia, dari tenaga kerja kasar hingga halus, yang penting semua bisa makan, dan ada uang untuk pendidikan dan kesehatan generasi berikutnya!!!

4. Hit and Run

Hal yang paling nyata dari pemerintahan kita, baik yang lalu maupun yang sekarang, adalah pola hit and run = pemadam kebakaran.

  • Ada masalah vaksin palsu, disiram air alias diredam, lalu berikutnya tidak jelas ada kebijakan apa untuk mencegahnya.
  • Penjara penuh, koruptor dilepaskan dengan remisi, wkwkwk...

Ditengah segala keterbatasan yang ada, harus diakui ada beberapa keberhasilan seperti pemangkasan subsidi bbm, tax amnesty dan pembangunan infrastruktur. Tetapi itu semua bersifat fisik dan bukan bersifat kualitas rakyat sesuai dengan janji revolusi mental Jokowi.

Pembangunan manusia melalui kesehatan dan pendidikan tidak terlihat selain program bagi-bagi duit KIS dan KIP yang akhirnya hanya untuk membeli rokok murah.

Memang 2 tahun ini berat karena ekonomi dunia sedang hancur, tetapi tetap disayangkan karena banyak sekali kebijakan2 baik untuk kesehatan dan pendidikan, seperti penghapusan pajak alat kesehatan diatas, yang sebenarnya hanya bermodal tandatangan, tapi tidak dilakukan juga.

Seberat itukah ekonomi kita, hingga alat-alat kesehatan harus ditarik PUNGLI???

Revolusi mental hingga sekarang hanya muncul di iklan TV, jangan sampai program-program dan pencapaian yang ada ternyata juga hanya iklan di TV? Lama-lama negara kita jadi negara opera sabun/telenovela yang menarik untuk disimak tapi tidak ada kualitasnya.

Sehebat apapun terlihatnya suatu pemerintahan, bila pendidikan rakyatnya masih tetap SD_SMP dan kesehatannya memprihatinkan = nol besar

Dan kini semakin jelas pula, bahwa selama ini yang butuh revolusi mental di indonesia ini bukan rakyatnya, tetapi presidennya...

#FridayIntermezzo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun