[caption caption="Sajak Tamu, sumber gambar: facebook.com/katamaiyah"][/caption]
Sebuah gambar kata mutiara/sajak berjudul TAMU dari Cak Nun (diatas), "dipergunakan" oleh para Haters untuk "menyerang" Ahok maupun untuk menggambarkan situasi etnis tertentu di Indonesia, mereka tertawa ria mengatakan kata mutiara ini cocok sekali.
Penulis tergelitik untuk membedah sajak tersebut, karena sebenarnya isinya tidak jelas, yang lagi disindir Cak Nun itu TAMU atau TUAN RUMAHNYA? hahaha..
Catatan : kata "dipergunakan" diatas sudah jelas berarti bahwa sajak ini bukan spesifik untuk pihak tertentu, tetapi hanya "dipergunakan" oleh orang2 yang tidak bertanggung jawab.
Berikut hasil pembedahannya bila dilihat dari sudut pandang berbeda:
1. Paragraf pertama - Ada Tamu datang, membersihkan rumah. dan secara canggih dan tegas mengusir tikus-tikus, kami sekeluarga terpesona.
Pertanyaan buat kita Tuan Rumah :
- kenapa tamu yang membersihkan rumah? dimana tuan rumah selama ini?
- kenapa bukan tuan rumah yang membersihkan rumahnya sendiri? kenapa tikus2 dibiarkan berkeliaran oleh tuan rumah?
2. Paragraf kedua - Kami menerimanya sebagai keluarga, karena tamu itu lebih menguasai pengelolaan rumah dibanding kami sekeluarga.
- kenapa bisa tamu yang lebih menguasai pengelolaan rumah milik tuan rumah?
- apa kerjaan tuan rumah selama ini sampai tidak mengenal rumahnya sendiri?
3. Paragraf ketiga - Akhirnya rumah kami menjadi rumahnya, dan kami numpang berkat kebaikan hatinya.
- kenapa tuan rumah tidak belajar dari si tamu bagaimana mengelola rumah dan kemudian mengelola sendiri?
- kenapa tuan rumah membiarkan tamu tersebut terus mengelola rumahnya?
Â
Dari pertanyaan2 di atas sudah jelas, bahwa Tuan Rumah mempunyai ANDIL kenapa bisa Tamu yang mengelola rumahnya :
- karena tuan rumah tidak mau/malas/tidak bisa bersih-bersih
- karena tuan rumah membiarkan tikus2 berkeliaran di rumah selama berpuluh tahun
- setelah kronis akhirnya menyerah dan meminta pertolongan jasa bersih2 tikus alias tamu
- setelah tamu datang, tuan rumah hanya menunggu dan melihat tamu bekerja, tanpa mau belajar dari si tamu = tetap sampai kapanpun tamu lebih menguasai ilmu pengelolaan rumah daripada si pemilik rumah
- setelah bersih, tuan rumah memilih tidak mau repot dan tetap menyerahkan pengelolaan rumah ke tamu
Â
Kesimpulan
Jadi bila setelah jangka waktu panjang, akhirnya si tamu yang menguasai rumah, salah siapa sebenarnya?Â
Dan lebih lucunya lagi, ternyata Haters lebih memilih hidup di rumah yang kotor dengan tikus2 yang berkeliaran selamanya, daripada bersih-bersih sendiri, daripada menggunakan "jasa pengusir tikus", daripada hidup di rumah bersih dan nyaman = situasi kondusif untuk belajar mengelola rumah sendiri kedepannya.
Dont play as a victim anymore (kita jangan terus merasa jadi korban), tamu memang bersalah karena "ngelunjak" setelah sekian lama dipercayakan mengurus rumah, tapi kesalahan terbesar justru ada di tuan rumah yang pasif sejak awal hingga akhir.
Sadari, bahwa yang menang di dunia ini bukan yang suka meratap ataupun komplain..
tetapi yang memilih untuk aktif bertindak, belajar dan bekerja, titik tanpa koma apalagi embel2 zara (karena merk zara sekarang sudah dipatenkan, hahaha)...
Â
Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H