[caption caption="Demo Taxi di Jakarta, sumber gambar : okezone.com"][/caption]Hari ini demo supir taxi dan mobilnya menguasai jakarta, benar-benar menguasai, karena 1 supir 1 mobil, bisa dibayangkan space/jalanan yang diperlukan saat demo? Hahaha diluar perkiraan penegak hukum dan pemerintah, karena surat izin demo buktinya tetap keluar, hehe..
Kita semua berdebat, ada yang pro taxi "online" dan menyalahkan taxi konvensional yang tidak mau upgrade teknologi dll, padahal masalahnya bukan disana, dan penulis justru sependapat dengan menteri Jonan. Kenapa:
1. Perang Profesi/Lapangan Kerja -Supply Demand
Bukan hanya menggunakan aplikasi, tetapi uber dkk menggunakan sistem "crowd/keroyokan", artinya siapa saja, dimana saja dan kapan saja bisa jadi supir taxi. Jelas ini membuat supply dan demand kacau balau. Tiba2 ada ribuan supir liar yang berebut nafkah dengan super konvensional.
Ini persis sistem buruh partimer atau outsourcing.Maukah kita bekerja di perusahaan tapi semuanya tidak pasti? Kita sendiri menginginkan pekerjaan tetap dan pendapatan relatif stabil bukan? Kepastian itu hilang dan tidak akan pernah terjadi dengan sistem supir keroyokan, karena supply berlebihan bahkan bisa tidak terhingga, karena hanya dianggap pekerjaan tambahan/selingan oleh supir2 uber dkk.
Â
2. Perang Tarif
Taxi "online" ini adalah investor global/dunia yang masuk ke banyak negara dengan permodalan hampir tidak terbatas. Mereka, maaf, sengaja menerapkan tarif promo, alias tarif rugi terus menerus untuk "mematikan" moda transportasi lainnya yang konvensional. Jelas ini bukan persaingan bisnis yang sehat.
Jadi jelas masalahnya bukan online atau offline. Karena untuk membuat aplikasi online mah mudah dan murah. Tetapi masalahnya adalah di tarif yang ngawur. Siapa yang ga mati usahanya kalau tarifnya hancur-hancuran bahkan rugi tetap lanjut, sedangkan taxi konvensional, supir harus mengejar setoran?
Jadi tidak bijak bila kita membela taxi/moda transportasi online mati-matian, kita tentu membela, karena sebagai customer tentu ingin tarif murah. Ilusi tarif murah itu akan hilang setelah moda transportasi konvensional mati, mereka merajai pasar dan terserah mereka mau tarif berapa.
Tidak mungkin usaha tidak untung sampai selamanya, mereka hanya bermodal besar sehingga bertahan rugi bertahun-tahun di awal masa perkenalan/promosi.
Â
Â
Jadi solusinya bagaimana?
Keduanya tetap harus diakomodasi :
- Semua kedepan pasti sistem online, tetapi semua tetap harus terdaftar rapi dan harus ada yang bertanggung jawab bila terjadi kejahatan dll (tidak lagi lagi supir tidak jelas dan keamanan penumpang/masyarakat harus diutamakan)
- Tarif harus ada batas bawah dan atas dari pemerintah, tidak bisa seenaknya promo naik taxi gratis dst, karena itu secara tidak langsung mematikan lapangan kerja orang lain.
- Wilayah operasional juga perlu diatur, jelas tidak sehat juga kalau wilayah kecil ada ribuan ojek, ribuan taxi dst.
- Supir angkutan umum harus fulltimer, tidak bisa partimer, karena ini membuat supply dan demand tidak bisa diprediksi dan tidak seimbang. Bagi pengemudi gojek dllpun, kalau gojeknya ada 100ribu supir, apa mereka masih bisa mencari pelanggan?
Para supir taxi yang konvensional adalah gambaran rakyat yang tidak/belum punya mobil, mereka tetap harus diutamakan, bukan orang-orang yang punya mobil plat hitam yang diutamakan untuk mencari duit tambahan.
Demo anarkis memang salah, tetapi pahamilah sulitnya mencari nafkah dengan saingan ribuan supir ojek dan taxi liar. Dan ternyata terbukti anarkis terjadi di kedua belah pihak bukan?
Taxi konvensional harus berbenah, itu pasti, tetapi bukan dengan membiarkan persaingan tidak sehat terjadi. Ini bukan taxi online vs offline,ini perang tarif dan perang profesi. Profesi supir angkutan umum tiba2 terbuka untuk siapa saja, dimana saja dan kapan saja =serbuan ribuan supir partimer dengan harga ngawur jelas membuat profesi supir konvensional mati.
Dan lucunya, kita masih mengatakan no to asing, globalisasi dst.. padahal taxi2 online tersebut investor asing semua, di saat yang sama kita malah "terbuai" dan senang dimanja tarif promo dan membela mereka mati-matian, wkwkwk..Â
Jalankan bisnis dengan tarif adil dan cara yang baik, maka semua bisa hidup damai berdampingan...
Â
Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H